#18 Menjemput Hidayah

2.5K 168 2
                                    

"Az Zahra Hikmah Febriany Ibrahim"
Ibrahim diam membisu tanpa membalas ucapan Felix.

"Kamu serius dengan apa yang kamu ucapkan?"
Ucap Ibrahim setelah berfikir beberapa saat.

"Iya Om"
"Sebelum kamu melamar putri saya kamu harus datang ke alamat ini"
Ibrahim menyodorkan sebuah kartu nama lepada Felix.

"K.H Yahya Munthaha? siapa ini Om?"
"Kamu datang aja ke alamat itu ... Kamu akan tau jawaban dari lamaran kamu"
"Iya Om saya akan datang ke alamat ini"
"Semoga kamu bisa"
Tangan Felix membolak-balikan  kartu nama yang diberikan Ibrahim dengan penasaran.

***


Ceklekkkkkk ...

Suara pintu dari ruang rawat Zahra terbuka seseorang keluar dan menghampiri Ibrahim dan Felix.

"Saya pamit Om"
"Kok buru-buru banget nak Rei?
"Iya Om ada urusan kantor yang belum saya selesaikan"
"Oooo ya udah kalau gitu"

Reihan selalu menampilkan senyum ramahnya. Setiap bertemu dengan orang yang dia kenal maupun tidak dia kenal dia selalu bersikap ramah dan sopan.

"Assalamu'alaikum"
""Wa'alaikumsalam hati-hati di jalan ya nak Rei?"
"Iya Om"
Reihan tersenyum ramah kepada Ibrahim dan ke Felix.

"Permisi Mas"
"Iya hati-hati"
Felix membalas senyuman dari Reihan.
"Kayaknya si Reihan menaruh hati sama Zahra deh Om"
"Om tahu tentang itu?"

"Iya pasti tahu lah ... Dari sikap dan saat dia memandang Zahra juga berbeda" jeda Ibrahim "makanya kamu juga jangan mau kalah sama si Reihan"
Ibrahim menpuk-nepuk bahu Felix seraya tersenyum heran.

Felix melihat arlojinya menunjukkan pukul sembilan dia harus segera pulang karena besok ada meteeng sore dan paginya dia berniat akan mendatangi alamat yang ada di dalam kartu nama.

"Udah jam sembilan saya pulang dulu ya Om?"
"Kok kamu juga ikut-ikutan sama si Rei?"
"Iya Om ... Besok ada meteeng sama client dari Singapura"
"Oooo ya udah kalau gitu ... Om kira kamu mau ikut jagain Zahra disini?"
"Emang boleh?"
"Hehehehe Om hanya bercanda"

"Saya kira beneran Om"
"Nanti kalau kamu udah sah sama Zahra aja"

Emang Abi Ibrahim sudah setuju?😉

"Hehehehe"
"Ya udah sana cepet pulang!"
"Om ngusir saya?"
"Hla katanya tadi mau pulang?"
"Iya ... Pulang sih pulang tapi gak diusir juga kali Om ... Saya mau pamitan dulu sama calon aing Om"
"Emang Om udah menerima lamaran kamu?"

"Ckkkk ... Om itu gak bisa lihat saya seneng dikit apa?"
"Hahahahahahaha"
"Udah lah Om saya mau pamit sama Zahra dulu"
"Hahahaha ... Iya iya sana ... Om tunggu diluar saja"
"Iya Om"
Felix pergi masuk ke ruang rawat Zahra untuk berpamitan pulang.

"Permisi"
Tidak ada sahutan dari dalam. Mata Felix melihat Wafiq yang audah tertidur sedangkan Zahra sibuk memainkan handphone sambil tersenyum-senyum sendiri sampai tidak mendengar suara Felix sedang masuk ruangan.

"Ckkkk ... Apa sih yang dilihat sampai-sampai gak denger kalau ada yang masuk"
Rasa penasaran Felix membuatnya menjadi kepo.

"Ara"
Masih belum ada sahutan dari nama yang dipanggil Felix.
"Ara" Ulang Felix.

"Ehhhh iya iya"
"Ckkkk ... Lebih menarik hp nya dari pada aku ya?"
"Iya"
Felix mengernyitkan dahinya karena kesal dan heran dengan jawaban Zahra.
Sadar akan jawabannya yang membuat wajah Felix berubah dengan cepat dia meralat ucapannya.

"Eehhhh maksud saya bukan ehhh salah tidak"
"Ckkkk ... Lihat apa sih Ra? "
"Bukan apa-apa Pak"
"Kalau bukan apa-apa kok lihat sambil senyum-senyum sendiri?"
"Oooo tadi WhatsAppan sama Anggika dan Zahra!"
"Yang bener? Awas kalau kamu bohong"
"Bener Pak Felix"

Jodohku Seorang Mualaf || Complete ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang