#20 Restu

2.3K 164 1
                                    


"Kak Umi beres-beres dulu nanti sore biar bisa langsung pulang"
"Iya Mi ... Mau Zahra bantuin?"
"Gak usah ... Kakak duduk saja"
Zahra berjalan menuju ke arah Uminya dan memeluk Aisyah dari belakang.

"Terimakasih Umi udah merawat dan mendidik Zahra selama ini"
Aisyah terkejut dengan pelukan tiba-tiba Zahra dari belakang.

"Itu sudah kewajiban Umi sebagai ibu untuk anak-anaknya sayang"
Tangis Zahra membuatnya tidak bisa membalas ucapan Aisyah. Aisyah membalikan tubuhnya menghadap Zahra. Zahra mencium pipi Aisyah dengan penuh kasih sayang Aisyah pun sebaliknya.

"Udah jangan nangis nanti pipi tembem kamu hilang" goda Aisya mencoba meredakan tangis Zahra.

"Kok bisa ilang Mi?"
"Iya dong ... Kan kalah sama mata kamu yang sembam karena nangis?"
"Umiiiiii"
Adegan peluk memeluk pun terjadi lagi.

Tidak sengaja selang infus Zahra tersenggol lengan Uminya.
"Aaaaa ... Aaaa sakit Umi"
Ringis Zahra karena merasa sedikit.

"Maaf ... Maaf sayang"
Wajah Aisyah terlihat sangat khawatir mendengar suara Zahra yang meng-aduh.

"Udah gak papa Mi"
"Tadi Umi gak sengaja sayang"
"Iya Zahra udah gak papa kok Mi"
"Beneran Kak?"
"Iya Umi"
"Ayok naik ke ranjang lagi"
"Siap Umi ku"

Walau pun sudah berjalan sendiri tanpa bantuan Aisyah dengan telaten menuntun Zahra naik ke ranjang pasien.

"Disini saja Umi mau beres-beres dulu"
Kepala Zahra mengangguk menyetujui permintaan Umi nya.

***

"Langsung pulang ke rumah Papa Dim"
"Baik Pak"
Dimas mengangguk patuh menerima perintah Bos nya dan kembali fokus dengan kemudinya.

Hati Felix menjadi lebih lega dan tenang setelah mendapatkan kajian-kajian dari Abah Yahya. Soal tentang bagaimana reaksi kedua orang tuanya nanti saat dia meminta restu mereka Felix siap menerima apa pun sikap mereka nantinya. Pastilah mereka akan sangat terkejut dengan keputusan yang telah diambil Felix.

Apa pun resikonya Felix tidak akan pernah menyerah untuk mendapatkan restu dari kedua orang tuanya. Entah bagaimana sikap Papa nya nanti terhadapnya karena Papa Felix memiliki watak yang sangat keras.

"Dim sekarang kamu boleh pulang ... Bawa mobil saya dulu gak papa"
Ucap Felix setelah turun dari mobil pribadinya.

"Iya Pak ... Kalau begitu saya pamit dulu Pak"
"Assalamu'alaikum"
Sesuai permintaan atasannya Dimas pamit pulang dengan membawa mobil Felix.

"Wa'alaikumsalam ... Hati-hati nyetirnya"
Sekarang Felix ingin membiasakan mengucapkan salam ketika pergi auatu tempat maupun datang.

"Assalamu'alaikum Bik"
Itu salam pertama dia ucap kan dirumah Papa nya kepada Bik nah.

Merasa tidak ada sahutan dari dalam rumah. Sekali lagi Felix menekan tombol bel rumah.

"Ehhhh Mas Felix? Maaf tadi bibik lagi ada di belakang Mas"
"Assalamu'alaikum Bik"

Salam Felix dengan nada lembut dan tersenyum ramah membuat mata Bik nah melotot karena terkejut dengan ucapan salam yang keluar dari mulut anak sulung majikannya.

"Ma ... Mas Felix?"
"Jawab dong Bik salam nya!?"
"Wa ... Wa'alaikumsalam"
Felix tersenyum geli melihat ekspresi wajah Bik nah karena terkejut dengan apa yang barusan terjadi.

"Alhamdulillah Mas Felix"
Syukur Bik nah terharu dengan mualafnya Felix sekarang.
"Iya Alhamdulillah Bik"
"Bibik sangat senang Mas Fel"
Felix hanya membalas dengan senyuman bahagia.

Jodohku Seorang Mualaf || Complete ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang