#31 H-1 Pernikahan!!

2.4K 142 2
                                    

"Nomor siapa ya?"
Tanya Zahra pada diri sendiri.
"Kayaknya ada hal yang penting, sampai telpon dua belas kali gini?"

"Aku coba angkat saja, tau aja ada yang penting"
Merasa penasaran dengan nomor tanpa nama di handphone nya, akhirnya Zahra mengangkat panggilan telepon yang sudah berbunyi beberapa kali.

"Hallo?"
Sapa Zahra terlebih dulu.
Namu tidak ada jawaban dari seberang telepon.

"Hallo? Maaf ini dengan siapa?"
Tanya Zahra lagi.

"Hallo! Ini gua, Alena"
Jawab suara seorang wanita dari seberang telepon.

"Alena?"
Ulang Zahra.

"Iya gua Alena, pacar Felix!"
Alena sengaja menegaskan kata 'pacar' dalam kalimatnya.

"Pacar?"
Ulang Zahra lagi.
Zahra membulatkan matanya karena mendengar ucapan Alena.

"Iya"
Jawab Alena tidak mengenakan hati orang yang mendengar.
"Gua pengen ketemu sama lo"
Lanjut Alena lagi.

"Bertemu? Maaf kalau boleh tau, Mbak mau ngapain ya?"
Tanya Zahra memberanikan diri.

"Pokonya besok kita ketemuan di kafe!"
Jelas Alena memberitahu tempat untuk janjian.
"Nanti alamatnya gua kirim!"
Lanjut Alena lagi.

"Insya Allah mbak"
Ucap Zahra menyanggupi yang untuk berjanjian ketemu.

Alena mematikan teleponnya secara sepihak dari Zahra.

"Ada hal penting apa ya? Sampai mbak Alena minta untuk bertemu besok?"
Ucap Zahra monolog.

***

"Ma?"
Panggil Felix.
"Iya sayang"
Jawab Marisa.

"Mama istirahat saja"
Saran Felix untuk Mamanya.
"Sebentar Fel"
Tolak Marisa lembut.
"Felix gak mau, kalau besok pas dihari pernikahan Mama sakit"
"Insya Allah enggak Fel"
Sanggah Marisa lagi.

"Bener apa yang di katakan Felix Ma"
Sahut Aldrich tiba-tiba yang baru datang dari ruang tamu.
"Tuh kan? Papa juga bilang kayak gitu?"
"Biar Bik sri dan yang lain yang mengerjakan"
"Iya Ma"

"Ckkkkk ... Kalian ini!! Meragukan Mama ya?"
Tanya Marisa kepada suami dan anak sulungnya.
"Bukannya begitu Sayang" jeda Aldrich "Masak iya ibu dari pengantin jatuh sakit di hari pernikahan? Kan gak lucu Ma?"
Jelas Aldrich kepada istrinya.

"Ok ... Ok ... Mama ke kamar dulu"
Ucap Marisa menyerah.
"Gitu dong Ma"
Marisa menunjukan barisan gigi putihnya kepada Aldrich.

"Tolong dong Fel, panggil Bik sri buat lanjutin ini"
Mata Marisa mengarahkan ke sebuah benda yang akan di buat seserahan besok.
"Iya Ma"
Jawab Felix singkat.

Semenjak hubungan Aldrich dan putra sulungnya membaik, Felix tinggal di rumah orang tuanya. Atas keinginan Aldrich sendiri.
Felix baru diperbolehkan tinggal di rumah pribadinya setelah dia menikah.

Sekarang kediaman Aldrich kedatangan hanya beberapa saudara dari Aldrich maupun Marisa.

Soal keluarga kecil Aldrich yang berpindah agama, sempat mendapat cibiran dari kedua belah pihak keluarga besar.

Sekarang yang datang ke rumah Aldrich hanya beberapa saudara yang menghargai keputusan Aldrich dan keluarga kecilnya.

Itupun saudara yang sudah menjadi mualaf.

***

"Mi?"
Panggil Zahra.
"Iya Kak?"
Sahut Aisyah.

"Zahra keluar sebentar ya?"
Ijin Zahra untuk keluar rumah sebentar.
"Kakak gak boleh kemana-mana, Kakak itu lagi dalam masa dipingit"
Jelas Aisyah.

Jodohku Seorang Mualaf || Complete ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang