#29 Restu!!

2.4K 158 3
                                    

"Gak usah cantik-cantik ... Cuma mau ke kampus kan?"
Ucap Felix sedikit tidak suka dengan penampilan Zahra.

"Ini biasa aja Bang" Jeda Zahra "Ara juga gak dandan ... Seperti biasanya kok"
Elak Zahra.
"Abang aja yang suka sensi"
Lanjut Zahra lagi.

"Ckkkk ... Terserah kamu mau bilang apa" jeda Felix "yang terpenting awas aja kalau macam-macam sama cowok lain"
Peringat Felix.

"Enggak Abang" ucap Zahra meyakinkan.
"Ya udah ayok berangkat"
"Heum"
Zahra mengikuti Felix dari belakang.
Di balik sikap Felix yang posesif, Zahra sangat bahagia karena dari cara bicara Felix terlihat jelas kalau Felix sangat menyayanginya.

Sesampainya di halaman rumah dimana Felix memarkirkan mobilnya, dengan sigap Felix membukakan pintu mobil untuk Zahra.

"Terimakasih Bang"
Ucap Zahra sambil menampilkan senyumnya kepada Felix.

"Iya sama-sama"
Ucap Felix dan membalas senyuman Zahra.

***

"Nanti kalau kuliahnya sudah selesai telfon ya?"
Ucap Felix setelah sampai di depan kampus Zahra.

"Iya Bang!"
"Ya udah sana cepetan masuk"
"Abang pergi dulu ... Baru Ara masuk"
"Ckkkk ... Ok tuan putri"

"Assalamu'alaikum"
Salam Felix sebelum melajukan mobilnya menuju kantor.
"Wa'alaikumsalam ... Hati-hati"
Felix mengangguk kemudian melajukan mobilnya perlahan.

Untung di tempat Zahra turun dari mobil Felix hanya beberapa orang lewat. Zahra dan Felix memang sengaja tidak memberitahu tentang pernikahannya dengan semua anak kampus maupun para dosen. Termasuk sahabat Zahra.

Entah bagaimana nanti kalau sahabat Zahra mengetahuinya.

Saat Zahra memastikan mobil Felix sudah tidak terlihat lagi tiba-tiba suara tidak asing untuk Zahra memanggil namanya.

"Zahra?"
Panggil seorang wanita seumuran dengannya.
"Iya? Ehhh kamu Nis?"
Orang itu adalah sahabatnya. Niswa.

"Alhamdulillah kamu udah masuk kuliah lagi Ra"
Ucap syukur Niswa.
"Salam dulu"
Ucap Zahra mengingatkan.

"Assalamu'alaikum?"
"Wa'alaikumsalam!"

"Kamu berhutang penjelasan sama aku dan Anggik"
Ucap Niswa.
"Penjelasan apa?"
Ucap Zahra pura-pura tidak mengetahui dengan ucapan Niswa.

"Nohhh pura-pura tidak tahu kan kamu?"
"Hehehehe iya ... Iya nanti aku akan jelaskan semuanya"
"Nah gitu dong"
Zahra membalasnya dengan cengengesan.

"Tadi yang anterin kamu Pak Felix kan?"
"Ssstttt gak usah keras-keras Nis"
Ucap Zahra lirih dan memperingatkan Niswa.

"Emang kenapa?"
"Anak kampus dan dosen enggak ada yang tahu tentang ini" jeda Zahra "Kecuali adik Pak Felix"

"Adik Pak Felix kuliah disini?"
"Iya ... Aku aja baru tahu"
Zahra celingak-celinguk agar tidak ada orang yang mendengar pembelajaran mereka berdua.

"Sebaiknya ngomonginnya jangan disini deh Nis"
"Ok ... Ok"
"Anggika kemana?" Jeda Zahra "Belum dateng ya?"
"Udah ... Dia ada di kantin"
"Ya udah ayok kesana dulu" jeda Zahra "sekalian kita ngomongnya disana aja"
"Heum" jawab Niswa dengan anggukan.
Mereka berdua berjalan beriringan menyusul Anggika yang sedang sarapan di kantin.

"Hai ... Zahra ... Niswa"
Sapa Anggika yang sedang makan.

"Assalamu'alaikum"
Ucap salam Zahra dan Niswa kompak.
"Hehehehe Wa'alaikumsalam"
Balas Anggika cengengesan.

"Udah beneran sembuh Ra?"
Tanya Anggika.
"Alhamdulillah udah" jeda Zahra "Makanannya di habisin dulu baru cerita"
"Ok"
Dengan kilat Anggika menghabiskan semua makanan yang ada di depannya.

Jodohku Seorang Mualaf || Complete ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang