Part 42: Masalah

4.3K 559 53
                                    

Syg, Mas plg agk telat.
Ktmuan dl sm Aga.

Siti membaca pesan singkat yang dikirim Irvan dua puluh lima menit lalu. Begitu lah cara Irvan berkomunikasi lewat chatting. Singkat, padat, tetapi kadang kurang jelas untuknya yang tak terbiasa membaca kata singkatan. Bertolak belakang ketika bertatap muka dengan lelaki itu. Irvan pasti banyak bicara—dalam artisan enak diajak berdiskusi, dan sesekali menyisipkan candaan.

Lelaki itu memutuskan untuk keluar rumah setelah lama bergelung di kamar. Siti memilih tetap berdiam diri di rumah daripada mengikuti Irvan yang hendak mengambil berkas di rumah sakit sekaligus menjemput anak-anak.

Siti yang tengah mengupas kentang untuk menu makan siang anaknya kembali berhenti ketika ponselnya berdering beberapa kali. Pesan masuk tersebut bukan berasal dari Irvan, melainkan dari Tika.

Picture received.
Picture received.
Video received.
Mbak, aku minta maaf sudah melakukannya dua kali
Aku nggak bermaksud nyakitin mbak
Maafin aku mbak. Aku terpaksa.
Ini akan jadi yang terakhir. Aku janji.

Dahi Siti bertaut ketika membaca pesan absurd itu satu per satu. Terlebih ketika foto terakhir yang dikirim Tika memuat seorang lelaki dengan seorang perempuan yang duduk di pangkuannya. Foto tersebut diambil dari samping, dimana hanya wajah si perempuan yang tertangkap kamera. Sementara wajah si lelaki berada di ceruk leher si perempuan, dan otomatis tidak dapat diprediksi siapa lelaki itu. Tapi, bukankah Tika tidak akan mengirim pesan tersebut kepadanya jika tak ada kaitannya dengan dirinya?

Lama Siti memandang dan memerhatikan foto tersebut. Dalam foto tersebut bahkan tertera tanggal dan waktu foto tersebut diambil. Hari ini, tepat lima belas menit yang lalu. Lantas dirinya terkesiap. Bukankah Irvan juga mengenakan setelan tersebut hari ini? Siti masih ingat jika lelaki itu mengenakan kaus polos warna hitam dan dipadukan dengan jeans panjang berwarna krem.

Menyadari fakta tersebut membuat jantung Siti ketar-ketir dibuatnya. Kalau memang benar, betapa menyedihkan nasib pernikahannya yang baru berjalan semalam.

Tetapi rasa penasaran membuat Siti memilih untuk melihat video seperti apa yang mengiringi foto tersebut. Rupanya tidak lebih baik, dan Siti merasa meneliti foto lain yang dikirimkan perempuan itu akan lebih baik disbanding menyaksikan adegan tak patut itu. Kali ini hasil jepretan itu memuat sebuah punggung seseorang di balik selimut. Tak begitu jelas siapa sosoknya, tetapi tidak kabur. Siti menduga foto tersebut diambil ketika malam hari. Serupa dengan foto sebelumnya, foto ini pun mencantumkan tanggal foto tersebut diambil.

Perlahan, air mata Siti menggenang. Ia kenal sekali milik siapa punggung di dalam foto tersebut. Bukankah semalam lelaki itu memamerkannya di hadapan Siti dengan dalih terbiasa tidur tanpa mengenakan pakaian. Tanpa terasa ia sudah terisak, melupakan acara memasak untuk anak-anaknya. Rasanya menyesakkan ketika harus kembali menjadi seorang istri yang disakiti lantas kemudian ditinggalkan. Sebenarnya apa yang salah dengan dirinya?

Ia kian terisak ketika menyadari bahwa janji seluruh lelaki hanya kata-kata tanpa makna apa-apa. Tanpa kebenaran. Tanpa perasaan.

"Bunda kenapa?" tanya Akbar khawatir.

Siti segera menghapus jejak basah di pipinya dan menengok ke arah meja makan, menuju sumber suara itu berasal. Benar saja, Akbar berada di sana setelah menyimpan tas sekolah di atas kursi. Anak lelaki itu menatapnya heran. Lalu ketika matanya bersirobok dengan Irvan yang tengah menggendong Yasna—dan ikut menatapnya khawatir bercampur heran, Siti membuang pandangannya. Ia benci melihat lelaki itu dengan kaus hitam dan celananya.

"Bunda nggak kenapa-kenapa, Sayang. Mata Bunda perih habis ngupas barang."

Mendengar ucapan Siti yang tidak sinkron dengan benda di atas meja pantry, Irvan segera menurunkan Yasna dan meminta keduanya agar segera berganti baju dan tidur siang. Meski heran, baik Akbar maupun Yasna tak memiliki alasan untuk membantah.

[Bukan] Wisma Impian - REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang