#1

13.6K 543 13
                                    



Sesosok pria mungil terlihat tengah berkeliling di dalam rumah besar miliknya. Langkah kakinya terkesan terburu-buru juga pandangan matanya senantiasa melirik ke arah kiri dan juga kanannya.

Jimin terus mengelilingi isi rumahnya itu sambil sesekali memeriksa dimana sekiranya Taehyung, sekretaris yang kemudian merangkap menjadi asisten rumah tangganya. Jimin terlihat begitu gelisah apalagi setelah melihat semua letak perabotan rumah yang nampaknya tidak sesuai dengan apa yang di inginkannya.

Karena  saking tidak sabarannya ia pun mengomel di tempatnya sambil sesekali meneriakkan nama sekretarisnya itu.

" Taehyung-ssi? Kim Taehyung! Cepat kemari atau aku akan memecatmu."
Dadanya yang kembang kempis membuktikan bahwasanya jika saat ini Jimin benar-benar marah pada Taehyung.

Terus seperti itu sampai akhirnya Jimin merasa bosan sekaligus kelelahan memanggil nama Taehyung. Sementara sang dalang dari semua kekacauan yang kini terjadi malah asyik bersantai ria sambil menonton tv di ruang keluarga.

Sesekali pria itu akan berteriak jika dirasa tontonannya itu semakin menarik. Pandangan matanya fokus ke arah tv sambil sesekali menaikkan volume tv. Suasana yang tenang membuat Taehyung merasa seperti sedang berada di bioskop. Bahkan karena saking fokusnya ia sampai  tidak menyadari jika sang tuan rumah kini berdiri di bagian belakang sofa yang saat ini ia duduki. Jimin merasa sebentar lagi akan keluar api dari dalam bola matanya. Kelakuan Taehyung memang selalu berhasil membuatnya terkena hipertensi mendadak. Jimin sebisa mungkin mencoba menahan ledakan amarahnya walaupun tak dipungkiri jika di dalam hatinya saat ini ia sedang mengumpati pria itu habis-habisan.

"Ekhem" Keberadaannya sama sekali tidak anggap oleh Taehyung. Maka jangan salahkan Jimin jika ia kemudian berteriak kencang.

"Kim Taehyung!" Taehyung yang merasa kaget pun secara tidak sengaja meneriaki tuannya itu kembali. "Hei, bisakah kau diam sebentar. Apa kau tidak lihat aku sedang menonton tv sekarang? "

Jimin tak kalah kagetnya bila dibandingkan dengan sekretarisnya itu. Kedua matanya membelalak, memikirkan tentang seberapa kurang ajarnya seorang bawahan yang berani meneriaki atasannya. Karena saking kesalnya Jimin pun langsung menjewer telinga Taehyung.

"Akhhh... " Taehyung mengaduh kesakitan.
Sementara Jimin tak kunjung mau melepaskan jewerannya. Taehyung mencoba meminta maaf pada pria itu namun alih-alih memberikan maafnya, Jimin malah semakin menambah penderitaannya dengan ikut menjewer sisi lain dari telinganya itu. Jadilah Taehyung hanya bisa berteriak menahan rasa perih yang kian merambat dan membuat wajahnya ikut memerah.

"Apa kau tidak sadar siapa yang baru saja kau teriaki, oh? Aku ini bosmu, apa kau lupa?"

Jimin menghela nafas sesaat sebelum kemudian melanjutkan perkataannya.
"Harusnya aku yang marah disini karena sejak tadi kau seperti berpura-pura tidak mendengarkan suaraku. Aku menggajimu untuk bekerja dan bukannya malah asyik-asyikan bersantai disini."

Taehyung yang baru menyadari kesalahannya itu pun hanya bisa cengengesan di tempatnya.
"maafkan aku, Tuan. A-aku pikir tadi Hoseok hyung yang meneriakiku makanya aku balas meneriakinya kembali. Hehe...Sekali lagi tolong maafkan saya tuan."

.
"ok, baiklah. Kali ini aku akan memaafkanmu. Harusnya kau berterima kasih karena memiliki bos sebaik diriku." Mendengar pernyataan sepihak yang Jimin katakan membuat Taehyung hampir saja memuntahkan kembali isi perutnya. Baik katanya? yang benar saja. Jangan asal berbicara.

Daripada muntah disini lebih baik ia tanyakan saja apa maksud pria itu memanggilnya tadi. "ngomong-ngomong ada keperluan apa tuan memanggilku,
apa terjadi sesuatu? aku rasa aku sudah menyelesaikan semua tugasku dan lagi bukankah hari ini tuan tidak memiliki jadwal apapun."

Jimin sebisa mungkin menahan emosinya. Menghela nafas panjang untuk membuat pikirannya jauh lebih tenang. "Ya, memang benar hari ini kita tidak ada jadwal apapun. Kita berdua juga tidak masuk kantor. Aku memanggilmu karena  ingin menanyakan sesuatu padamu." Jelas sekali jika saat ini Taehyung merasa kebingungan. Apalagi Jimin sama sekali tidak memberikan bocoran apapun mengenai pertanyaan yang ingin ia ajukan pada Taehyung.

"Sebenarnya apa yang baru saja terjadi sampai tuan harus berteriak-teriak seperti itu? " Kedua tangan di letakkan di pinggang rampingnya. Cukup, pikir Jimin sudah cukup waktunya bagi Taehyung untuk berpura-pura tidak tahu mengenai permasalahan ini.

"siapa yang berani memindahkan letak perabotan kesayanganku. Bukannya aku sudah melarang siapapun untuk menyentuh barang di dalam rumah ini tanpa seizinku."

Taehyung yang merasa tersinggung mendengar ucapan Jimin pun sampai terbata-bata saat memberikan jawabannya."ah, i-itu. Sebenarnya saya yang memindahkan perabotannya,Tuan. Saya pikir letaknyq kurang pas jadi saya memindahkannya ke tempat yang lebih baik. Sekali lagi maafkan atas kelancangan saya, Tuan."

Melihat raut wajah Taehyung yang seperti itu membuat Jimin jadi bertambah kesal saja. "Daripada hanya meminta maaf, bagaimana jika kau mengembalikan semuanya ke tempatnya semula." Bisa Jimin lihat seberapa tidak bersemangatnya Taehyung setelah mendengar apa yang baru saja ia katakan.

"Kenapa kau malah diam di tempatmu. Cepat laksanakan atau aku akan memecatmu sekarang juga!" Karena saking takutnya mendengar ancaman dari Jimin, Taehyung pun segera berlari kencang. Namun sepertinya semangatnya itu tidak membuahkan hasil yang sebanding dengan apa yang kemudian ia alami saat ini. Dimana ia yang terlalu bersemangat secara tidak sengaja menyenggol tubuh bosnya. Masih untung bosnya itu tidak sampai jatuh dan mencium lantai untuk yang kesekian kalinya. Bukannya ini sebuah kemajuan? Sepertinya Jimin perlu betbangga diri atas pencapaiannya hari ini yakni sudah mampu menyeimbangkan tubuhnya sendiri.



.


.



.








Mereka berdua sibuk memindahkan barang-barang. Ah, tidak! lebih tepatnya hanya Taehyunglah yang mengerjakan semuanya disini. Mulai dari mengangkat barang hingga meletakkannya ke posisi semula.

Mencoba untuk jadi orang penyabar namun yang ada ia malah mengumpati pria mungil itu di dalam hatinya. Walaupun Taehyung sudah lelah dan juga merasa kesal dengan  tingkah laku Jimin selama ini itu bukan berarti ia harus menyatakan perasaan tidak sukanya itu secara gamblang di depan  Jimin. Ia masih sayang dengan pekerjaannya. Bukankah sudah dikatakan bagaimana susahnya mencari pekerjaan, jadi lebih baik Taehyung menahan semua itu di dalam hatinya.

Sementara itu di sisi lainnya Jimin sibuk mengoceh di tempatnya. Memerintahkan Taehyung dan bahkan sesekali juga mengajukan protesnya jika dirasa ada hal yang tidak ia sukai.

"Taehyung-ssi?"

"Ya, Tuan."

"Letakkan pot bunga itu di atas meja makan dan bukannya di atas lemari pakaian. Jika  kau meletakkannya sembarangan seperti itu maka itu sama saja kau telah menghilangkan nilai estetik dari keindahan bunga itu sendiri. Coba kau pikir mana ada orang yang mau meletakkan bunga secantik itu di atas lemari kalau bukan kau. Jadi sekarang cepat letakkan pot bunga di atas meja makan" Perintah Jimin sambil bertolak pinggang.

"Taehyung-ssi, coba seimbangkan antara kanan dan juga bagian kiri dari bingkai lukisan itu. Apa kau tidak melihatnya. Naikkan bagian kanannya sebanyak 2cm."

"Yak, posisi rak itu tidak seharusnya di situ."

"Taehyung-ssi?

"taehyung-ssi! "

"Taehyung-ssi!!!"

Begitulah seterusnya sampai akhirnya Taehyung pun merasa kelelahan. Sementara Jimin yang merasa puas melihat hasil pekerjaan Taehyung hanya bisa tersenyum di tempatnya.

Menjalani kehidupan yang sempurna adalah hal yang paling Jimin dambakan di dalam  hidupnya. Jadi tak mengherankan lagi jika Jimin rela melakukan apapun  demi mewujudkan semua impiannya itu. Jimin sudah sukses, kaya raya bahkan di saat usianya masih sangatlah muda. Jimin pikir ia sudah hampir memiliki seluruh isi dunia namun ia tak sadar jika ada satu hal yang hingga hari ini belum bisa ia dapatkan yaitu kebahagiaan.




Tbc.

Revisi: 22 September 2021


















 trouble couple's (kookmin/jikook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang