59. Tears fall

1.3K 162 78
                                    





Kurang lebih sekitar 30 menit lamanya mereka berdua berada di rumah Seokjin, Ibu Jungkook. Sejak tadi Jungkook berusaha menenangkan Ibunya, meyakinkan jika peristiwa yang baru saja mereka alami murni karena musibah dan bukannya karena kesalahan ibunya.

"andai saja waktu itu Ibu tidak tidur mungkin sekarang Jungmin masih ada bersama dengan kita, Jungkook-ah. Hiks..Hiks.." punggung ibunya ia elus, berusaha menyalurkan perasaan tenang agar ibunya itu menghentikam tangisannya.

"ini bukan salah ibu, jadi kumohon berhenti menyalahkan diri Ibu, ok?" Junhkook berbisik di telinga ibunya membuat pria itu kemudian menganggukkan kepalanya dengan pelan.

Sementara satu lagi pria mungil di sampingnya kini menatap kosong ke arah ranjang bayinya, sejak kedatangan Jimin di rumah ibunya pria itu tidak pernah absen mengeluarkan air matanya. Pria mungil itu menangis sambil memeluk erat selimut Jungmin kecilnya, fakta bahwa  bayinya itu di culik oleh orang asing  semakin membuat hati Jimin sedih, ia bingung harus mencari putra mungilnya itu kemana lagi. Mengadukannya ke Polisi? sudah. Jimin bahkan baru saja menerima informasi bahwa pihak kepolisisan belum bisa menemukan keberadaan bayi mungilnya itu.

"Jungmin. Bayi kita, Jungkook-ah. Kira-kira di mana dia sekarang, apa dia akan baik-baik saja di sana, aku sangat mengkhawatirkannya, Jungkook-ah. Hiks..Hiks..." tubuh mungilnya ia peluk, Jungkook tahu jika saat ini pria mungilnya itu sedang frustasi, ia bisa merasakannya. Sebenarnya bukan cuma Jimin yang terluka di sini melainkan dirinya juga. Apalagi semenjak Jungmin di lahirkan Jungkooklah yang merawatnya. Dalam diam Jungkook menahan tangisnya, ia harus bisa menjadi sosok pria yang kuat di sini.

"kumohon tenangkan dirimu, Jimin-ah. Aku yakin sebentar lagi kabar baik pasti akan datang pada kita. Kau tak tahu bukan jika putra kita itu menggemaskan sekali, Aku yakin sejahat apapun orang itu pasti akan luluh juga bila melihat tingkah Jungmin yang lucu seperti itu, jangan khawatir dia adalah bayi yang kuat, aku yakin bayi kita pasti akan baik-baik saja. Percayalah padaku, ok?" tubuh mungil itu di tariknya ke dalam  pelukan. Jungkook menepuk-nepuk punggung Jimin pelan, berharap dengan segala upayanya ini mampu membuat hati pria mungil itu menjadi sedikit lebih tenang.



                                   ~🍂🍂~



Taehyung mencengkram kuat gagang pintu yang kini ia pegang, bisa ia lihat  jika di dalam ruangan itu ada majikannya Tuan Park, ayah Jimin. Pria berusia lanjut itu sedang duduk di sebuah kursi dengan tangan kanannya yang kini mengenggam batang rokoknya kuat-kuat. Kepulan asap itu ia biarkan membubung tinggi menyebar hingga memenuhi hampir keseluruhan dari ruangan tempatnya berada saat ini.  Sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk seringaian begitu dirinya melirik ke dalam ranjang mungil yang kini telah terisi bayi tampan tersebut. Tuan Park tertawa saat mendengar bayi mungil itu terbatuk-batuk di tempatnya bahkan suara tangisannya kini teredam oleh suara batuknya, nafasnya tersengal-sengal. Tidak ada lagi pasokan udara bersih yang masuk dan memenuhi paru-paru kecilnya. Jungmin menangis, tubuhnya gemetar menahan udara dingin akibat suhu dari AC yang memang dengan sengaja pria tua itu kurangkan.

Bayi mungil itu hanya bisa menangis, kaki mungilnya ia gerakkan ke sana kemari berusaha menendang benda apa saja yang berada di sekitarnya. Dada Jungmin kian bertambah sesak karena kini bukan hanya satu puntung rokok saja yang di letakkan persis di dekat ranjangnya melainkan tiga puntung sekaligus.

Taehyung berusaha sekuat tenaga untuk tetap bertahan di posisinya, niat hati ingin sekali ia menghajar pria tua sialan itu namun apa daya ia tidak ingin dirinya mati sia-sia di tempat itu, jikalaupun harus begitu maka biarkanlah dirinya mati dalam keadaan menjadi seorang pahlawan dan bukannya seorang pecundang. Taehyung hanya ingin dirinya  berguna tidak hanya untuk dirinya sendiri melainkan  bagi orang lain juga.




~~~

Tuan Park dengan teganya makin menurunkan suhu ruangan tersebut membuat tubuh mungil yang memang sudah menggigil itu kian bertambah menggigil saja.

"aku dengar udara dingin dan asap rokok sangat tidak baik untuk kesehatan bayi. Kau tahu, aku bahkan menginginkanmu mati sekarang juga. Jadi cepatlah mati, Bayi sialan!"

Dengan raut penuh emosi Tuan Park menutup pintu kamar putranya itu, meninggalkan bayi mungil itu sendirian di dalam sana, di ruangan yang bersuhu rendah dengan kepulan asap yang kini menutupi sebagian dari ruangan itu.

Hanya berselang beberapa detik saja setelah Tuan Park meninggalkan tempat itu, Taehyung segera keluar dari tempat persembunyiannya. Tangannya bergerak guna merogoh saku mantelnya yang kemudian mengeluarkan kunci cadangan dari dalam sana. Tanpa basa-basi pria itu segera membuka pintu kamar milik bos sekaligus sahabat karibnya itu. Taehyung menghela nafas panjang begitu melihat kepulan asap itu mulai keluar sedikit demi sedikit dari dalam ruangan namun rasa leganya itu tidak berlangsung lama karena setelahnya hatinya seperti di tarik paksa keluar dari posisinya.  kondisi Bayi mungil Itu jauh dari kata baik-baik saja. Tubuh kecilnya bergetar dengan deraian air mata yang hampir membasahi seluruh wajahnya . Tidak ada lagi suara tangis yang keluar dari belah bibirnya mungilnya itu, sekujur tubuhnya memucat. Pria berkulit tan itu menangis, tidak tahan melihat kondisi bayi malang itu. Bukankah bayi ini adalah cucu Tuan Park tapi mengapa pria tua itu malah tega melakukan hal sekeji ini, bayi kecil ini tidaklah patut untuk mendapatkan perlakuan sekejam ini. Kemana perginya sosok kakek yang seharusnya melindungi cucunya ini, kemana? apakah hatinya sudah mati?.

"bertahanlah, Nak. Paman berjanji akan segera membawamu pergi dari tempat ini. Kita akan bertemu dengan Ayah dan juga Ibumu. Jadi Paman mohon tetap buka matamu, sayang. HikS..Hiks.." bisik Taehyung lirih sambil mengeratkan mantel berbulunya itu untuk menutupi seluruh tubuh mungil bayi itu.

"ppa...."

Sebuah kata pertama yang berhasil bayi mungil tampan itu ucapkan, mata sipitnya memandang Taehyung samar-samar, mungkin Jungmin salah mengenali sosok Taehyung sebagai Ayahnya, Jungkook.

"kau bisa mengucapkannya lagi bila kau bertemu dengan Ayahmu nanti, ok? jadi paman mohon tetaplah bertahan. Tetap buka matamu seperti itu, Anak manis."

Setelah mengucapkan kata itu Taehyung segera berlari membuka jendela kamar Jimin. Tubuh mungil itu ia letakkan hati-hati  ke dalam ranselnya yang ia posisikan tepat di depan dadanya. Tali tambang telah terjulur ke dasar lantai, Taehyung dengan perlahan mulai menuruni lantai dua bangunan itu , dalam hati Taehyung berjanji akan segera menelfon Jimin setelah ini, memberitahu jika putranya saat ini sedang bersamanya.





Tbc.

Jungminku....😭😭

 trouble couple's (kookmin/jikook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang