54.

1.3K 161 24
                                    

Jimin melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan kerja milik sang ayah dengan terburu-buru, sebenarnya Jimin masih berada di dalam perjalanan pulang saat ia menerima panggilan telfon dari ayahnya itu.

" Selamat malam,  Ayah.  sebenarnya ada apa Ayah memanggilku kemari, apakah ada hal yang penting?"

Jimin segera duduk di kursi seberang meja kerja sang ayah jadi saat ini posisinya ia dan sang ayah sedang duduk berhadapan.
sebenarnya tidak benar-benar berhadapan karena sang ayah kini lebih memilih untuk memutar kursinya , membelakangi sang putra.

Tuan park langsung berdiri dari posisi duduknya namun masih enggan untuk menatap wajah sang putra, Dengan kedua tangan yang ia letakkan di depan dadanya Tuan park pun berdehem pelan sebelum memulai pembicaraannya.

"Langsung saja pada intinya karena aku tidak ingin membuang-buang waktuku hanya untuk hal-hal yang menurutku tidak penting sama sekali."

Tuan Park duduk kembali di kursi kebesarannya lalu mengangkat satu kakinya untuk ia tumpukan di bagian sebelah kakinya.

"Untuk apa kau menemui mereka berdua di rumah sakit hari ini, bukankah sudah kukatakan beberapa kali padamu untuk tidak  berinteraksi dengan mereka, mengapa kau malah melanggarnya, hah?"

Walaupun dalam pencahayaan yang minim seperti ini Jimin masih bisa melihat bagaimana wajah murka sang ayah apalagi saat ayahnya kemudian mengebrak ujung meja kerjanya, Jimin hanya bisa bergetar di tempatnya.

"M-memangnya apa salahnya jika aku ingin melihat keadaan putraku, ayah? aku dengar ia sedang sakit dan aku sebagai ibunya...."

Tuan park semakin bertambah murka dengan langkah yang cepat ia pun berjalan menghampiri sang putra dan langsung menarik bagian depan kerah baju Jimin.

"kenapa? apa kau ingin mengatakan pada Ayah bahwa anak itu adalah tanggung jawabmu, begitu?"

Ingin sekali Jimin berteriak di depan wajah sang ayah mengatakan bahwa apa yang di katakan oleh ayahnya itu memang benar adanya  namun apa daya bibirnya seperti di jahit menggunakan jarum jahit dari dalam. Ia jadi tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Itu memang benar , Ayah. Dia Anakku dan aku yang telah melahirkannya jadi sudah sepantasnya aku memedulikannya. Mengapa ayah melakukan ini, dia itu Cucu Ayah!!!"

Tuan park seketika tertawa , ia kemudian melepaskan tubuh sang anak dan membiarkan tubuh mungil itu merosot ke bawah lantai. Jimin menangis, Benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pemikiran sang ayah.

"Cucuku?"
yang benar saja, mana mungkin aku sudi mengakuinya sebagai Cucuku jika ia terlahir dari perpaduan dirimu dan juga orang miskin itu, enak saja."

Tuan park memalingkan wajahnya ke samping. kedua tangannya ia kepalkan erat-erat, benar-benar risih dengan pembahasan mereka saat ini.

Tuan park  benar-benar khawatir karena beberapa waktu yang lalu telah banyak sekali  rumor yang beredar dan semuanya itu mengenai hubungan sang putra dan juga pria miskin yang bernama " Jeon Jungkook" itu.

"Ayah tidak ingin membahas ini lagi , jadi kalau kau ingin mereka semua tetap dalam keadaan baik-baik saja maka turuti semua perintah ayah dan berhentilah untuk membangkang, Kau mengerti?"

Tangan Jimin mengepal, bagaimana bisa ayahnya tega melakukan hal sekeji itu hanya untuk menjaga nama baik perusahaannya.

                                    🌼🌼🌼

Jungkook dan ibunya segera berlari ke bagian administrasi  rumah sakit, kali ini mereka akan membayar lunas biaya perawatan Jungmin.

"permisi suster, saya ingin melunasi biaya perawatan putra saya."

 trouble couple's (kookmin/jikook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang