14.Embun

14 5 3
                                    

*pencet bintang dulu skuyyyyy*

Iris Moudi

Kata mereka embun itu buram..
Enggak seperti kabut yang hanya menutupi..
Mereka, kalian, kita, kamu, aku...
Semua kata ganti yang di gunakan hanya untuk menunjukkan pada sebuah subjek..
Subjeknya apa?..
Manusia...
Orang-orang yang memang tumbuh untuk jadi manusia yang sebenarnya..
Enggak cuma terlahir gitu aja...
Karena kita semua lahir dengan tujuan yang sama...
Belajar,

Sadar enggak sadar setiap hari kita selalu ketemu sama orang-orang baru.
Ada yang hanya sekedar datang, lalu lewat begitu saja. Tanpa kesan yang berarti di hidup kita.

Ada juga mereka yang datang tanpa kita sadari mereka singgah gitu aja dalam hidup kita, tanpa permisi dan izin...

Dan, ada juga mereka yang datang untuk tinggal, Dan juga tanpa kita sadari pula kehadirannya...

Sama seperti hidup ku, kalian juga, orang-orang datang selalu dengan cerita berbeda yang mereka punya.

Sometimes, buta itu bukan berarti mati rasa, malah mungkin mereka yang melihat itu yang enggak peka sama sekali. karena kalau di lihat lagi baik-baik, kadang kita bahkan mendadak berpura-pura tuli hanya untuk melindungi perasaan kita dari tajam nya perkataan orang-orang yang bisa nyakitin kita tanpa mereka sadari.

"Kak, kakak enggak benci aku lagi kan kak?"  satu pertanyaan yang selalu ingin aku tanyakan pada kak Galih... apa dia masih membenci ku?, atau dia hanya sedang berusaha menutupi perasaannya yang dingin itu?

"mikirin apa sih dek, dari tadi melamun terus ada cogan di samping malah di anggurin" ujar nya santai banget sampai membuat ku tak habis pikir bagaimana bisa ada orang dengan tingkat percaya diri yang terlalu tinggi seperti dirinya.

"Enggak mikirin apa-apa kok kak" 

"Enggak bakat kamu jadi pembohong Dek"

"Pura-pua percaya aja dong kak, kepo banget deh kakak"

"Oghhh ya jelas dong, dan bahkan harus" ujarnya dengan cengiran anehnya, mungkin jika orang lain yang melihatnya akan menganggap apa  yang dilakukannya itu manis, tapi bagi ku enggak sama sekali.

Tau apa yang membuatku tidak bisa bersikap sama seperti dulu padanya?, jawabannya karena dirinya sendiri yang bahkan berubah kepada ku.

Lucu bagaimana dulu dia selalu memanggil aku dan kau, kini berubah menjadi panggilan adek dan kakak. awalnya terdengar menjijikkan bagi ku, namun semakin lama terdengar manis dan lucu. tapi membuatku jadi kepikiran, kenapa harus berubah?.

"Coba cerita sama kakak" ujarnya lembut sambil mengelus rambut , nyaman dan tenang itu yang bisa aku rasakan.

"Kak, menurut kakak tujuh keajaiban dunia itu apa aja sih kak?" mendadak aku jadi teringat dengan ungkapan lucu pria aneh yang selalu membuat ku kesal itu.

"Ya sama yang kayak kamu tau dong dek sama kayak yang lainnya juga"

"Hmmm... Gitu ya kak, tapi ada seseorang punya versinya sendiri kak"

" Oghh ya?"

"Eummm,,, mau tau apa katanya?" tawar ku padanya dan di jawab dengan anggukan ringan

"Katanya, kita ini harus bersyukur kak sama apa yang kita punya sekarang kak, karena kita punya ketujuh keajaiban dunia di diri kita kak" dan yang bisa aku tangkap ada kerutan sama di dahinya, jelas dia sedang bingung mendengar ungkapan ku.

"kita masih punya mata untuk melihat semua yang ada di sekitar kita kak baik buruknya hidup ini, kita masih bisa dengerin apa pun yang ingin kita dengar atau pun enggak, kita masih isa nyentuh apa pun yang menarik perhatian kita" jeda ku sambil memainkan ilalang tinggi yang ada di sekitar kaki ku

Uncontrolably (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang