30. Tentang C

8 1 1
                                    

Park Chanyeol

Hai, setelah sebelumnya kalian udah ngobrolin banyak hal tentang Iris dan Baekhyun beberapa waktu lalu, mungkin kali ini giliran gue yang mau sedikit berkenalan dengan kalian.

Bukan hanya sekedar tau siapa nama gue juga siapa gadis yang gue sukai seperti yang kalian ketahui selama ini.

Gue cuman mau kalau setidaknya, gue bisa masuk ke jajaran orang yang bakalan kalian mengerti, bukan hanya di kenal.

Jadi dari mana baiknya kita mulai cerita membosankan ini?.

Bagaimana kalau kita sedikit berbicara tentang masa lalu juga agar semuanya terasa adil untuk kita.

Walaupun gue tau, saat ini kita hidup untuk hari ini dan hari esok.

Tapi gue yakin dan percaya kalau kalian juga sama kayak gue. Salah satu jenis orang yang selalu mengingat tentang hal lalu dan semua rasa yang pernah kalian rasakan.

Entah itu rasa sebuah makanan yang selalu kalian kecap tiap hari. Atau jenis rasa yang hanya bisa hati kalian yang rasakan.

Bukankah rasa adalah sebuah kenangan?.

Enggak perduli kenangan apa yang akan lo ingat tiap kali lo ngerasain sebuah perasaan yang sama pada saat itu.

Rasa yang buat lo selalu teringat dan berkata 'Aghhh, gue jadi ingat.... bla.. bla'. Sampai akhirnya lo akan merasa bosan hanya untuk membahasnya lagi pada mereka yang mendengarkan.

Dari kecil gue terlalu terbiasa untuk hidup sendiri tepat nya gue sebut sebagai kata mandiri. Bukan karena gue enggak punya kedua orang tua yang bisa biayai hidup gue atau pun kekurangan uang hanya untuk sekedar bisa memenuhi keinginan gue yang sebenarnya enggak banyak.

Iya enggak banyak, karena keinginan gue cuman itu-itu aja, kalaupun bertambah juga ujung-ujungnya bakalan sama kayak keinginan gue yang udah-udah.

Sejak kecil gue udah terbiasa untuk bisa melakukan hal-hal remeh yang anak-anak pada umumnya belum bisa lakukan dengan baik. Itu kata bibi Shin.

Katanya sejak kecil gue udah bisa bedain mana sepatu kanan dan kiri, mengancing kemeja seragam gue dengan benar, gue bisa makan sendiri di saat bocah ingusan berumur tiga setengah tahun lainnya masih harus di suapi oleh ibunya, bahkan gue bisa melakukan sesuatu hal dengan baik setelah gue melihat orang lain melakukannya, walaupun hanya sekali.

Sampai gue jadi lupa bagaimana rasanya untuk di khawatirkan karena melakukan sesuatu dengan baik.

Gue lupa kapan terakhir kali ibu gue bakal nyuapin gue, kapan ayah pernah ngajari gue naik sepeda. Rasanya gue sulit untuk mengingatnya.

Karena yang gue ingat, gue selalu jadi sosok yang akan memarahi Baekhyun ketika anak itu makan dengan berantakan dan berisik. Ataupun ketika kami yang bergantian saling mengulurkan tangan saat salah satu dari kami terjatuh dari sepeda milik gue.

Dan gue, entah kenapa mulai terbiasa menjadi anak Mandiri yang enggak bakalan di khawatirkan oleh kedua orang tua gue, bisa gue lihat dari betapa jarangnya mereka menanyakan kabar gue tiap kali kita makan malam bersama.

Obrolan di meja makan juga hanya seputar pembahasan diantara ayah dan ibu gue tentang masalah politik ataupun perusahaan. Just it!.

Kita selalu makan bertiga di meja kayu jati kesayangan nyokap, yang gue denger katanya ini pemberian dari nenek gue dulu sebagai hadiah pernikahan mereka. Hal yang gue syukuri karena meja ini mungkin satu-satunya tempat gue bisa menghabiskan waktu bersama dengan keluarga gue di rumah ini. 

Uncontrolably (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang