Ingatan, sebuah kata sifat yang akan menjadi kata kerja bila kita menyebutnya sebagai mengingat. Alasannya, karena kita harus melakukannya. Berusaha untuk ingat kembali tentang hal-hal yang telah terkubur di dalam ingatan yang menjadi sumur dan celengan dari semua kenangan yang pernah kita punya.
Entah itu sebuah ingatan yang menyenangkan atau malah sebuah ingatan yang menyakitkan. Ingatan yang akhirnya akan merubah karakter seseorang untuk waktu yang sangat lama, bahkan hingga akhir hayatnya.
Bukan hal salah bila seseorang memiliki ingatan yang memiliki dampak besar pada hidupnya. Tapi yang salah adalah ketika kau membiarkan ingatan itu merusak dirimu sendiri, membuat diri jadi melupakan kalau sebenarnya ada banyak hal yang patut di syukuri dari ingatan buruk yang kita punya.
....
"Geseran dikit napa sih!!!" Sebuah suara teriakan yang cukup membuat orang-orang di sekitar mereka menaruh perhatiannya pada dua orang yang kini saling menatap tajam satu sama lain.
"Apa lo!, lo tuh yang sanaan, ngapain gangguin gue!" Balas Iris kesal dengan perilaku gila Baekhyun.
"Gue mau duduk elah, noh lihat penuh semua udah tuh meja, gue kudu makan di mana!?" Adu Baekhyun menunjuk pada jejeran meja di kantin itu.
Waktu kini sudah menunjukkan waktu makan siang, dan tentu kebanyakan mahasiswa ataupun para pekerja di kampus itu akan langsung beralih kegiatan menjadi atlet lomba lari maraton dalam mengisi meja untuk mereka gunakan makan nanti.
"Ya lo kan bisa tunggu kosong bentaran lagi, lagian kan lo biasanya enggak ke kantin" sewot Iris tapi tetap menggeser duduknya memberi ruang Baekhyun untuk duduk.
"Ya suka-suka gue lah, kan gue yang mau makan" ujar Baekhyun sambil mengeluarkan beberapa bungkus jajanan coklat yang dulu menjadi alasan Iris harus berjalan mengelilingi kantin satu kampus hanya untuk sebuah jajanan bernama Choki-Choki.
Dan melihat bagaimana Baekhyun dengan santainya mengemut jajanan itu cukup membuat Iris lagi-lagi kesal pada pemuda di sampingnya.
"Baek lo emang sengaja mau nyari ribut sama gue ya!" Sinis Iris yang hanya di lirik Baekhyun dengan ekor matanya saja.
"Nih buat lo, di internet biasanya kalau cewek marah biar adem lagi kudu di kasih yang manis-manis apalagi coklat" ujar Baekhyun menyerahkan dua bungkus cemilan panjang itu.
"Lo mau nyogok gue atau mau minta maaf sih?" Bingung Iris tapi tangannya tetap menerima jajanan itu, dia malah menatap pemuda di samping nya heran dengan pandangan menyelidik nya.
"Lo..." jari telunjuk Iris menunjuk pada Pemuda Byun itu yang langsung di tepis kesal Baekhyun.
"Apa!!!! Apa!!!!..."
"Hahhh..." helaan nafas yang udah jarang banget di dengar Baekhyun kali ini terdengar oleh pemuda itu.
"Lo masih nganggap diri lo enggak penting lagi?" Tanya Iris to the point.
"Apaan sih lo, ngerih bener itu pembahasan" elak Baekhyun.
"Baekhyun, listen to me. Gue emang enggak kenal banget sama lo, karena lo yang selalu bertingkah enggak jelas, sampai-sampai bikin gue bingung. Sebenarnya apa yang lo maksud dari semua yang lo lakuin"
"Then you just have passed by"
"Enggak bisa gitu aja... Lo ada di sekitar gue, enggak mungkin gue enggak perduli sama lo!" Dan ucapan Iris entah mengapa membuat Baekhyun diam.
"Lo, gue tau, lo enggak pernah benar-benar sebodoh itu untuk jadi kelihatan bodoh Baek".
"Ris, gue ini kayak jalan raya yang sering lo lewati tiap harinya. Lo bakalan nemuin hal-hal yang sama tapi dengan orang-orang yang berbeda. Sama kayak gue. Lo cuman perlu tau gue yang seperti biasa lo lihat. Tapi enggak dengan apa yang ada di pikiran atau hidup gue" ujar Baekhyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncontrolably (END)
FanfictionAkan kah seorang perfeksionis Chanyeol dapat menjalani hidupnya dengan seseorang yang selalu membuat sesuatu yang tidak di sengaja dan tidak terkontrol dalam hidup nya Mungkin kah dia bisa bertahan dalam menjalani kerja sama mereka, atau mungkin ak...