0.1. Tak Berjudul

8 1 1
                                    

(Ingetin kalau ada typo) 😅

Kali ini kita kembali lagi dengan Chapter tak berjudul lainnya.

Chapter yang enggak pernah jelas kearah mana cerita ini akan di bawa. Hanya saja satu yang pasti, di chapter ini paling enggak bisa mewakili perasaan yang pernah dirasakan oleh seseorang juga.

Jadi mari kita sedikit bercerita tentang kehidupan kita.

Galih Utama Marion

Entah kenapa saya harus mengisi bagian yang tidak jelas ke arah mana saya harus berbicara pada kalian.

Oh ya, lama kita tidak bertemu, Saya sampai lupa kapan terakhir kali saya bisa bercerita pada kalian tentang sesuatu berdasarkan pemikiran saya. Jadi mari kita coba untuk menjadi sosok yang tak terarah juga untuk kali ini.

Mungkin ada sebagian orang yang sering sekali berbicara hal tak berguna di sekitar kalian. Menjadi sosok pengganggu yang rasanya ingin sekali kalian musnahkan saat itu juga.

Tapi saya sering kali pula menjadi sosok tak berguna juga di depan adik saya bila kami sedang bersama-sama. Lucunya Iris biasanya akan selalu menanggapi semua ucapan tak penting saja dengan tetap mendengarkan dan juga kadang dia akan mengejek saya dan mengatakan candaan yang saya berikan tidaklah lucu baginya.

Dan berakhir dengan saya yang akan terus mengganggu adik kecil saya itu sepanjang hari sampai ketika appa pulang dia akan mengadukan hal-hal tak berguna juga pada appa.

Sebenarnya saya juga bingung mengapa saya bisa selalu merasakan perasaan menyenangkan tiap kali saya melihat gadis kecil saya ini kesal pada saya.

Rasanya seperti ketika kalian berhasil mendapatkan sebuah jackpot dalam permainan yang ada di timezone.

Mungkin alasan saya suka melihatnya kesal karena dia akan terlihat seperti anak kecil lagi, anak kecil yang merupakan adik perempuan saya satu-satunya, adik yang akan selalu berada di samping saya kemanapun saya pergi karena dia yang selalu takut dengan orang-orang baru yang dia lihat di sekitarnya.

Tapi apakah alasan saya masuk akal?, saya tak yakin dengan itu.

.....

Dari dulu sejak saya masih berada di bangku Sekolah Dasar saya terlalu terbiasa untuk ikut menjemput ataupun menunggu adik saya tiap kali dia pulang sekolah. Sampai-sampai saya akan menjadi terbiasa juga dengan rutinitas yang menurut saya cukup menyenangkan itu.

Sekolah bagi saya bukanlah tempat menyenangkan untuk orang-orang yang menganggap hidup ini terlalu berharga hanya bila untuk di habiskan oleh orang-orang tak penting yang sering kali bermuka dua.

Berbeda, bagi adik saya, dia akan selalu terlihat bersemangat setiap kali saya datang menjemput nya. Kecuali saat dia ingin pergi dengan teman-teman ataupun saat sedang dalam keadaan hati yang buruk saja. Dan saya selalu menantikan waktu yang tepat hanya untuk sekedar mengganggu adik kecil saya itu.

Sama seperti dulu, mungkin karena saya terlalu terbiasa menjemputnya pulang, jadi ketika dia sudah berulang kali menolak tawaran saya, berulang kali itu juga saya selalu berada di sini.

Menunggu adik saya dengan segala penampilan lusuhnya yang malah terlihat lucu itu ketika tiap kali dia melangkahkan kakinya keluar gerbang fakultas nya.

Selama ini, saya tidak pernah bertemu dengan teman adik saya kecuali dia pemuda yang saya lihat selalu membuat adik saya harus menahan amarahnya tiap kali mereka bersama.

Ekspresi yang sama ketika saya berhasil mengganggunya. Walaupun saya tidak menyukainya pemuda itu tapi setidaknya berkatnya saya bisa melihat wajah adik saya itu lagi.

Uncontrolably (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang