41. Bertemu

8 0 0
                                    

Bandara Incheon internasional Airport malam ini masih di padati oleh para calon penumpang ataupun para keluarga yang sedang menunggu sanak keluarga mereka yang akan datang ke negeri gingseng itu.

Mereka berlalu lalang mengisi ruang yang selalu terjaga keramaiannya bahkan jika waktu fajar belum tiba.

Tak ada hal yang salah di sana selain suhu udara yang kini telah mencapai titik-3°C.

Suhu yang dapat membekukan mu jika kau tidak mampu bertahan menghangatkan dirimu sendiri dengan bantuan jaket tebal juga sarung tangan hangat.

Biasanya di bulan Oktober adalah puncak dari musim gugur sehingga tidak mengherankan kalau angin malam di tempat itu sangatlah berbahaya dan menyebalkan bagi mereka yang tidak menyukai suhu dingin seperti Iris.

Sejak tadi Gadis itu tak pernah berhenti menggosok-gosokan kedua telapak tangannya berusaha menciptakan kehangatan untuk dirinya sendiri sesaat ia keluar dari burung besi raksasa itu.

Well, dia kira dia akan baik-baik saja lagi seperti beberapa tahun yang lalu saat ia terbiasa dengan segala hal yang ada di sini. Tetapi ternyata dia salah besar. Mendadak tubuhnya seolah menolak keberadaan dirinya sendiri di tempat ini.

Padahal dia sudah memantapkan hatinya untuk menjadi sosok baik-baik saja yang bisa memaafkan masa lalu dan menerima kenyataan saat ini di tempat ini.

Ternyata memang benar apa yang orang-orang katakan 'berbicara memang jauh lebih mudah daripada melakukannya' dan itu berlaku juga padanya.

Dia telah menanamkan berbagai sugesti di otaknya bahwa kembali ke tempat ini bukanlah hal yang buruk dan berbahaya, dan memaafkan dirinya sendiri atas kenyataan yang telah ada adalah sebuah keharusan.

Tapi lagi-lagi seolah tertampar kenyataan.

Sesaat langkah kakinya melangkah tubuhnya hampir limbung kalau saja tidak ada tangan hangat yang menahan tubuhnya itu.

Jika tidak, ia yakin dia akan menjadi badut dadakan yang bertingkah bodoh di tempat itu.

"Dingin?" Tanya Kyungsoo mengambil alih koper di tangan Iris yang malah di jawab dengan delikkan kesal Iris.

"Masih nanyak?" Kesalnya yang membuat Kyungsoo mau tidak mau tertawa pelan melihat tingkah Iris.

"Iya. Harus" Kekehnya menarik tangan Iris dengan satu tangannya yang lain dan membawanya ke arah lobi yang di sana sudah tersedia satu mobil yang menanti mereka sejak tadi.

"Ohoo... Direktur Do" ejek Iris sesaat Kyungsoo membukakan pintu mobil itu untuknya.

Sepanjang perjalanan menuju kediaman Iris dulu Gadis itu hanya diam menatap keluar jendela yang terlihat memantulkan ingatan miliknya dulu.

Ingatan tentangnya yang membuat dia harus merasakan kehilangan yang besar dalam waktu yang singkat.

Dia bisa melihat dirinya yang dulu di usianya yang masih baru merayakan hari kelahirannya yang menjadi hari dia harus kehilangan orang tuanya juga.

Mendadak hatinya merasa sakit kembali ketika melihat bagaimana indahnya dulu mereka saat di dalam mobil yang seharusnya mengantarkan mereka semua ke rumahnya,,, Bukan malah memisahkan mereka.

"Kau mengantuk?" Tanya Kyungsoo khawatir.

"Eum" sahutnya memejamkan matanya,menyenderkan kepalanya pelan pada kaca pintu menghentikan laju kerja matanya dan fikirannya akan ingatan miliknya dulu.

"Tidurlah, nanti akan aku bangunkan ketika sampai" seru Kyungsoo tenang menutupi badan Iris dengan jaket miliknya yang ia jadikan selimut untuk gadis itu.

Uncontrolably (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang