Prolog

102K 4.1K 12
                                    

Ternyata lebih baik mati,dari pada hidup dengan rasa bersalah.

_

"Jangan,jangan pukul Mami Nana..hiks,"Isak gadis remaja dengan tangan terikat begitupun dengan kedua kakinya.

"Mami..hiks..mami!"teriaknya kesakitan melihat pemandangan di depannya.

Dua orang laki-laki sedang memukuli seorang wanita yang sudah tergeletak tidak berdaya di atas lantai dingin yang kotor.

"Sudah, sepertinya dia sudah hampir sekarat, mungkin sebentar lagi akan mati."ucap salah satu dari pria itu untuk menyudahi aksi memukul temannya pada wanita yang sudah terdapat banyak darah dan memar di sekujur tubuhnya itu.

"Dasar penjahat! Kalian yang akan mati bukan Mami Nana!"jerit gadis itu dengan tangis yang semakin kencang.

Dua pria itu menoleh menatap gadis itu lalu tertawa mengejek dan menyeringai kejam.

"Mami kamu sudah mati gadis manis,"ucapnya terkekeh"Lihat ini."lalu kakinya bergerak untuk menendang tubuh wanita itu yang sudah tidak bergerak lagi,bahkan matanya sudah terpejam rapat sedari mereka terus memukul dengan balok kayu.

"Hiks..Enggak..Mami Nana enggk mati! MAMI NANA MASIH HIDUP!!"jeritnya tidak terima meskipun kenyataannya dia melihat wanita yang sangat dirinya cintai itu sudah tergeletak mengenaskan, melihat kondisi itu menambah rasa sakit di sekujur tubuhnya semakin bertambah,terutama pada hatinya.

Menangisi keadaan yang membuat mereka seperti ini, berdoa semoga Papi-nya segera datang dan menyelamatkan Mereka,lalu menghukum para penjahat tidak punya hati seperti mereka itu mendekam di penjara.Atau perlu langsung mengirimkan mereka ke neraka.

"Setelah Mami-mu itu mati,kami akan mendapatkan uang yang banyak,lalu kamu?"Pria dengan tato pada tangan kanannya itu kembali bersuara"Ah,kuberi kamu pilihan;ingin ikut dengan Mami-mu ke neraka atau jadi anak penurut dan ku jual dengan orang kaya untuk menghasilkan uang diriku? Bagaimana?"

Kirana menggeleng dengan isakan tangis,lebih baik dirinya mati ikut dengan Mami-nya daripada harus hidup dengan menjijikkan seperti itu.

Suara telepon dari salah satu penjahat itu berbunyi,Kirana melihat dia mengangkat panggilannya lalu tak lama mengkode temannya untuk ikut keluar.Setelah tubuh mereka hilang di balik pintu Kirana memanggil sosok ibunya yang masih terbaring tak bergerak.

"Mami..hiks..bangun,Mi liat Nana,"ucapnya dengan isakan di ujung kalimat.

"Bentar lagi pasti Papi dateng, jadi Mami harus bangun..hiks...Mami."panggilnya putus asa saat tidak ada pergerakan sedikitpun dari tubuh ringkih itu.

Tak lama timbul suara gaduh dari luar dan pintu yang terbuka dengan dua orang yang masuk dengan tergesa.Salah satunya menghampiri Kirana yang sontak langsung berteriak dan mencoba melepaskan diri dari cengkeraman penjahat itu dari tangannya.

Kirana melihat penjahat yang satunya sedang memegang  sebuah jerigen dan menumpahkan isinya yang langsung menimbulkan bau bensin yang menyengat.

"ENGGAK!JANGAN ! MAMI! BANGUN MAMI!"jeritnya sekuat tenaga. Memberontak mencoba melepaskan cengkraman pada pergelangan tangannya yang berakhir percuma.

Degub jantung Kirana menggila saat dirinya sudah berada di luar gedung dan di seret menuju sebuah mobil dan memaksanya masuk yang di tolaknya dengan memberontak.Masih memikirkan hal gila yang sedang di rencanakan kedua iblis itu pada Mami-nya.

"BAWA MAMI NANA..Hiks..JAHAT KALIAN JAHAT.MAMI!NANA MAU MAMI!"Kirana masih menjerit sekuat tenaga yang membuat penjahat yang sejak tadi memegang dirinya menggeram marah karena sedikit kewalahan yang pada akhirnya karena tidak tahan lagi dengan sekali sentakan di benturkan kepala gadis itu pada kaca pintu dengan sekuat tenaga yang mengakibatkan darah segar keluar dari keningnya.

Pandangan Kirana memburam,nafasnya terasa berat dengan pening yang luar biasa, bahkan suaranya tercekat sulit berbicara.Pandangan terakhir yang dirinya lihat adalah sosok yang tadi dirinya lihat di dalam sekarang dengan gila sedang menyalakan sebuah korek api lalu sedetik kemudian kobaran api membumbung tinggi di udara.Air matanya mengalir sebelum sebuah kegelapan menyapa penglihatannya.

Matanya terbuka yang langsung mengarah pada padatnya hilir mudik mobil khas kemacetan ibukota.Mencoba melupakan kejadian menyakitkan itu.Angin sejuk menerpa anak rambutnya.Pandanganya kosong ke depan dengan hati sesak luar biasa.Menikmati rasa nyeri pada pergelangan tangannya.Tidak ada air mata, karena dia lelah menangis selama seminggu setalah kajadian mengerikan itu.

Lalu pandangannya turun mengarah kebawah,pada pergelangan tangan yang sudah mengeluarkan darah hingga menetas ke lantai kasar atap gudang rumah sakit.Sedangkan tangan satunya sudah terdapat pisau pengupas buah yang dirinya ambil dari ruangan inapnya.

Tubuhnya jatuh terduduk bersandar pada pembatas atap gedung dengan mata yang semakin berat,tetapi meskipun begitu hatinya tetap berdenyut sakit.Telinganya berdengung.Bunyi sebuah pintu yang terhempas kasar di barengi dengan memanggil namanya dengan lantang.

"KIRANA ALANZA!"

Kirana tidak peduli lagi.Dia lebih memilih memejamkan matanya.

Maafin Kirana,Ma.

TBC

SEE YOU CHAPTER 1 GUYS💙

[FA#1] Five Abang [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang