Dua

60.9K 3.5K 360
                                    

Jangan tunjukkan kelemahanmu pada dunia, karena dunia taunya kamu beruntung terlahir 'sempurna'.

_

Bel masuk nyatanya adalah penyelamat Kirana saat itu, karena kedua abangnya langsung memasang wajah kesal melihat adiknya memiliki kesempatan untuk lolos.

Persoalan Abang Afkar—kakak pertamanya—yang menelpon dirinya, Kirana hanya bisa mendengar segala macam omelan yang sudah sangat sering dia dengar.

"Abang tunggu di rumah."

Itu lah kalimat terakhir yang abangnya ucapkan sebelum sambungan telepon terputus.

"Lo belum jawab pertanyaan gue ih,Na."sedari tadi juga Via sudah sangat penasaran apa hubungan dirinya dengan kedua kembar tampan itu.

"Gak ada ihhh kan gue udh bilang cuma kenal doang."

"Masa cuma kenal udh manggil Abang-abang segala,sih,jangan coba bohongin gue ya,Na!"kesalnya

Kirana menghela nafas meladeni gadis berkacamata ini.Bel pulang baru berbunyi dan penghuni kelas sudah berhamburan keluar.Bukannya Kirana ingin menutupi status hubungan dengan dua abangnya,hanya saja Kirana pasti akan menjadi sorotan sekolah,dan dirinya tidak suka itu.

"Udh ih,gue mau pulang,supir gue udh mau jemput."selesai membereskan barang-barangnya Kirana langsung cepat beranjak sebelum Via kembali bertanya yang akan membuat dirinya bingung menjawab.

"Bye!"

"Ihh Kirana!"

Koridor masih sedikit ramai tapi tidak begitu sulit dirinya lewati mengingat tubuhnya yang kecil.Sampai di dekat parkiran dia melihat kedua abangnya sudah berada di motor masing-masing seolah menunggu dirinya.Kirana panik,dia tidak mau kebersamaan mereka justru akan memancing rasa penasaran murid-murid.

Dia berjalan cepat keluar gerbang agar mereka berdua tidak melihat kehadiran dirinya.Menunggu pak Tono bukan ide yang baik, karena pasti kedua abangnya langsung mengetahuinya jadi apa dia harus naik angkot? Kirana tidak pernah naik angkot mengingat bagaimana larangan garis keras abang-abannya.Taksi? Dirinya yakin taksi jarang sekali lewat di jalan seperti ini.Bus? Apa tidak apa-apa?tapi...sepertinya tidak terlalu buruk kalau dia naik bus.

Akhirnya langkahnya menuju halte yang juga masih sangat ramai oleh murid-murid sekolahnya.Bangku panjang di sana sudah penuh bahkan sebagian dari mereka banyak yang berdiri, Kirana pun ikut menunggu dengan berdiri dan melihat kendaraan beroda empat maupun dua berlewatan.

Ponselnya bergetar sejak tadi, Kirana menghela nafas panjang lalu mengambil benda itu dari saku roknya.Notifikasi terus muncul yang membuat dirinya mendengus dengan bibir mengerucut.

Abang Evan : Dimana Kirana Alanza?!

Abang Elvan : Abang nungguin nih,kmu di mana?

Abang Afkar : Udah pulang?

Abang Orlan : Nana mau Abang jemput?

Abang Adnan : Kmu dimana? Katanya hari ini sekolah?

Papi : Sayang,kenapa udh sekolah? Kan Nana lagi sakit.

[FA#1] Five Abang [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang