Lima Belas

26.5K 2K 109
                                    

Happy Reading 💓


"WOI KAMPRET,MAU MATI LO PELUK ADEK GUE!"

Lalu sebuah tarikan kencang Kirana rasakan pada bahunya,hingga pelukannya pada Baling terlepas.

"ABANG!"jeritnya terkejut saat sosok Evan sudah memberikan bogeman pada rahang Baling.Mereka semua membelalak kaget.

"JANGAN ADA YANG BERANI MAJU!"Teriak Evan saat melihat teman-teman Baling bersiap mendekat."Urusan gue sama nih,Bangsat."desisnya tajam.

Tatapan Evan penuh dengan amarah, rahangnya mengeras dengan tangan terkepal erat.Dadanya bergemuruh melihat semua kejadian barusan,balon yang berserakan,bunga yang ada pada tangan sang adik semakin membuat tombol amarahnya meningkat.Di deketinya sosok cowok yang sudah berdiri dengan sudut bibir berdarah itu dengan langkah pasti.

"Berapa kali gue peringatin.Jangan berani deketin adek gue,Anjing!"seru Evan lagi dan memberikan satu pukulan telak hingga Baling kembali tersungkur dengan pandangan berkunang-kunang.

Kirana sudah menangis terisak dan memberontak mencoba lepas dari pegangan Elvan.

"Hiks.. Abang.. bantuin kak Baling..jangan pukul lagi...hiks....Abang."mohonnya tidak jelas pada sang kakak dengan air mata penuh isakan.

Tidak ada yang berani mendekat ataupun menolong,semua hanya berani diam melihat Evan yang tanpa ampun menghajar Baling.Cowok yang terus-menerus di pukuli itu hanya menerima tanpa membalas, meskipun dia mampu membalas semua pukulan Evan,dia hanya tidak ingin.Mengingat laki-laki di depannya ini adalah kakak dari gadis yang dia ajak berpacaran tadi.Bisa di bilang ini adalah konsekuensi yang harus Baling terima.

"ADA APA INI?!"

Teriakan itu membuat beberapa murid berlarian menjauh,takut di berikan hukuman.Sedangkan Evan menulikan pendengaran,tangannya tidak berhenti memberikan pukulan pada bocah kurang ajar ini.

"EVAN,BERHENTI!"Teriak seorang guru mencoba memisahkan.

Guru tersebut—Ibu Jiah—tidak berani langsung melerai saat melihat Evan yang semakin membabi buta memukuli lawannya yang sudah babak belur,darah sudah mengotori kemeja putih sekolahnya.

"Kenapa kalian diam saja! Pisahkan mereka!"bentak sang guru pada beberapa siswa yang hanya menonton tanpa membantu melerai.Mendapat perintah itu mereka akhirnya berani maju dan mencoba menarik Evan yang sudah menduduki tubuh Baling.

"LEPAS,ANJING!"Teriaknya memberontak.

Siswa berjumlah tiga orang itu kewalahan memegangi Evan yang semakin beringas memberontak.Ketiga teman Baling sudah mendekat dan membantunya berdiri.

"Evan,diam!"bentak Ibu Jiah tegas.

Dengan nafas yang masih memburu Evan melepaskan tubuhnya dari tiga siswa yang memeganginya.Sorot matanya masih memandang tajam Baling.

"Apa-apaan kalian ini? Seperti anak kecil saja bertengkar di tengah lapangan.Tidak malu di lihat banyak murid lainnya?!Kalian ini kakak kelas,berikan contoh yang baik bagi adik kelas kalian!"Omel sang guru."Dan ini,kenapa lapangan ini penuh dengan balon? Sudah berubah menjadi anak TK lagi? Iya?!"

Mereka semua terdiam mendengarkan.

"Bereskan semua kekacauan ini.Baling dan Evan ikut saya ke kantor!"perintahnya tidak terbantah.

Evan berdecih tidak menanggapi,dia melangkah mendekat kearah di mana Kirana dan Elvan berdiri.Adiknya itu masih saja menangis, mungkin masih terkejut melihat dirinya yang memukuli Baling dengan membabi buta.

[FA#1] Five Abang [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang