MAKAN PEDES

6.5K 155 1
                                    

Mereka masuk kelas setelah menjalankan hukuman,walaupun mereka hingga kelewetan dalam menyelesaikan hukumannya.

Seina dan Sandra sedang mengantri di stand yang menjual bakso. Hari ini, Seina ingin makan makan sambal pakai bakso. Pasti sangat enak, apalagi dirinya kini sedang ngatuk juga. Jadi, lumayan untuk membuka mata hingga pelajaran akhir.

Seina akan meracik baksonya sendiri, ia memperhatikan ke semua sudut kantin untuk memastikan bahwa Baron belum berada di kantin.

Setelah dirasa tidak ada, Seina menuangkan kurang lebih 6 sendok sambal dengan takaran yang penuh bahkan hingga meluber. Setelahnya ia tutupi dengan bihun dan bahan lainnya.

Lima menit kemudian, bakso Seina sudah siap dan mereka duduk didepan stand bakso tersebut.

"OY?" ucap Baron mengagetkan Seina yang sedang membawa bakso, hampir saja Seina menjatuhkan baksonya.

Seina sudah berhasil menaruh mangkuk diatas meja dan Baron mengucapkan sesuatu yang membuat Seina mendengus.

"Jangan banyak-banyak sambalnya!" titahnya saat Seina baru duduk.

"Bawel lo!" ucap Seina seraya meraih sendok sambal dengan takaran yang sangat penuh. Baron yang melihat itu segera menghentikan Seina.

"Lo mau sakit? jangan makan terlalu pedas, nanti perut lo sakit. Entar gw juga yang cape nenagin lo yang uring-uringan." jelas Baron, Baron ini sangat tega Seina kira ia khawatir ternyata ia malah curcol perihal dirinya yang selalu mencari Baron untuk menenangkannya.

Baron menarik sendok sambal dan menuangkan sambal tersebut kembali.

"Kok ga make sambel si? ga enak nanti!" ucap Seina kesal.

"Iya,iya, nih...." ucap Baron seraya menuangkan satu sendok sambal tidak terlalu banyak.

Seina tersenyum miring, Baron tidak tahu saja bahwa dibalik mie ini ada harta karun yang siap memporak-porandakan mulut Seina.

Catat! Selain suka es, Seina sangat suka makanan pedas. Apapun itu.

"Ya udah pergi sono!" ucap Seina tak sabar, ia ingin segera menyantap baksonya.

"Kok gw curiga ya?" ucap Baron seraya menatap Seina dekat.

Seina mendorong wajah Baron yang dekat sekali dengan wajahnya "Beruk, lo ngapain si?"

"Mau nyium lo." ucap Baron seraya mencium pipi Seina dan berlari ke meja teman-temanya.

"SI MONYET MAIN NYOSOR AJA!" teriak Seina.

×××

Sepulang sekolah, Baron tak langsung pulang seperti biasa ia akan ke rumah monyetnya dan menumpang makan disana.

Seperti sekarang, bak raja ia duduk ongkang-ongkang kaki(sedang nyantai) sedangkan Seina sedang memasakan sesuatu untuk ia makan.

"Ennaaaaakk ya! gw masak,lo enak-enakan nonton. Emang gw pembantu lo apa?" ucap Seina seraya berjalan menuju Baron yang sedang menonton kartun boboyboi.

"Enaklah,  lo itu bukan pembantu gw. Tapi, ibu dari anak-anak kita."

"Bacot lo, nih makanan." ucapnya seraya menyodorkan nasi dengan telur mata ayam.

Baron menatap makanan yang diberikan Seina kemudian berujar.

"Yaelah, goreng telor doang jugaan."

"Si bangke, ga tau diuntung. Ya udah sini, biar gw yang ma-"ucapan Seina terhenti ketika merasakan sakit pada perutnya.

"Awsshhh, aduhhh sakit."rintih Seina dan langsung membuat Baron menatap Seina yang kesakitan.

"Awshhhh Baronnnn perut gw sakit, aduuuhh."

Baron segera bangkit dan membantu Seina untuk duduk disofa.

"Lo kenapa? kok bisa sakit perut?"tanya Baron khawatir.

"Kayaknya, gara-gara gw makan bakso pakai sambal deh."

"Lah, sambelnya 'kan sedikit kok bisa kayak gini?" ucap Baron masih bingung, padahal ia memberikan takaran sambal untuk Seina itu sangat sedikit. Bahkan, Baron yakin bahwa itu tidak terasa pedas sama sekali bagi Seina.

"Eummm...sebenarnya ga cuma satu sendok." ucap Seina takut.

"Maksudnya? coba jelasin ke gw!" ucap Baron datar, tanda ia marah kepada Seina.

"Tapi, lo jangan marah...."ucap Seina seraya menunduk takut.

Baron memeluk Seina dan mengusap punggungnya.

"Coba jelasin, gw ga akan marah kok." ucap Baron lembut, ia tahu bahwa Seina telah menuangkan sambal dalam mangkok bakso tanpa sepengetahuannya.

Seina mendongak menatap wajah tegas Baron dari bawah "Janji?" ucapnya seraya memberikan jari kelingkingnya untuk ditautkan dengan jari Baron.

Baron tersenyum dan menautkan jarinya "Janji!" ucapnya.

Seina melepaskan pelukan Baron dan mulai berapa cerita dari awal hingga ia membohongi Baron.

"Maaf." ucap Seina menunduk takut.

"Iya, lain kali jangan gitu lagi. Pantes lo sakit perut, perut kosong langsung diisi yang pedes pedes. Bahaya!"

"Iya, tapi gw masih boleh makan pedes kan?" tanya Seina waspada, ia taku Baron akan melarangnya.

"Ga."

Tukan benar, pasti Baron akan melarangnya, huh.

"Gw ga akan biarin lo makan pedes lagi."

"Yaiyalah, gw 'kan lagi sakit. Bego aja kalo gw makan pedes... nanti kalo gw dah sehat gw akan mengembangkan hobi makan pedes gw! ayo! cepat sehat ya perut!" batin Seina

Seina mengelus perutnya seraya tersenyum yang membuat Baron jadi menatap curiga.

"Lo lagi ngapain?" tanyanya.

Seina terkejut dan lalu berujar "Lagi bayangin kalo kita punya anak pasti anaknya lucu banget kayak gw,,, secara gitu loh gw kan unyu."

Seina menghela nafas, untung saja ia dapat merangkai kata - kata, huh.

"Sa ae lo kutil, anaknya tuh bakal ganteng kayak gw."

"Dih pede gila lo! ga terima gw. Dia bakal mirip gw," ucap Seina seraya bangkit dari sofa.

Preeet

Seina kentut dan ia langsung berbalik menatap wajah Baron dengan cengiran.

"ANJER! BAU BANGET BEGO KENTUT LO!" ucap Baron ketika mencium bau kentut Seina.

"Apa? wangi kok. Heeeuuumm, haruuumm." ucap Seina seraya menghirup dalam-dalam aroma kentutnya.

Baron langsung menarik Seina dan menutup hidungnya.

"Jorok bego, ga habis pikir gw sama lo."

"Ya udah ga usah lo tutup juga idung gw, gw yang hirup lo yang ga suka si."

"Biarin, abisan lo jorok. Siapa tau dikentut lo itu ada virusnya. Nanti, lo tambah sakit,gw ga mau!"ucap Baron ngawur namun khawatir.

Seina menangkup wajah Baron " Iya, ya ampun.. segitu banget khawatir ama gwnya. Bucin banget lo!"

Baron mendusel dusel wajahnya pada ceruk leher Seina dan Seina mengusap rambut Baron.

"Gapapa, sama calon istri ini. Kita nikah yuk?"


















Author: kuylah kali ga kuy!

Seina: Genit lo thor,-

COUPLE TOXICTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang