Gejolak Hati

1.9K 60 7
                                    

Dinginnya air subuh, tak menggoyahkan hati perempuan berumur 23 tahun tersebut untuk mengurungkan niat sucinya. Jam dinding kamarnya menunjukkan pukul 03.00, di saat sebagian orang tengah terlelap dan merajut mimpi indahnya, Allisiya Arranaya, putri satu satunya keluarga H. Abdullah tersebut, tengah duduk bersimpuh di atas sajadahnya mengangkat kedua tangannya menghadap sang Ilahi Rabbi.

Merupakan tugasnya sebagai seorang hamba yaitu mengharap ridho sang Pencipta. Maka di waktu tahajjud itulah, dia memanjatkan doa doa nya. Dia adukan segala keluh kesahnya kepada Nya. Karena dia tahu, tidak ada satupun yang akan mengerti dirinya, kecuali Allah, Tuhannya.

Pagi itu, Naya bersiap siap menunggu jemputan sepupu kesayangannya. Sembari menunggu, Naya memilih untuk membantu mamanya yang sedang menyiapkan sarapan di dapur, sementara abahnya, tengah serius menonton berita di televisi duduk di atas sofa ruang tengah yang letaknya tidak terlalu jauh dari dapur.

"Subhanallah... Cantik sekali anak mama ini... "

Puji Mama Naya, terhadap kedatangan anak gadisnya yang nampak rapi dengan baju atasan berwarna krem dengan sedikit ornamen di dada, kombinasi lengan yang berwarna coklat dan scarf berwarna hitam keabuan dengan motif bunga yang begitu feminin. Cantik.

"Sini ma, biar Naya bantu.. "

Sambut Naya, membawakan beberapa makanan yang telah ready menuju meja makan. Mama Naya, tersenyum dibuatnya.

"Ada jam kuliah hari ini?"

Tanya Abahnya tiba tiba beranjak menuju ruang makan.

Naya menyambut kedatangan abahnya dengan menciumi punggung tangan beliau. Hormat.

"Tidak bah, ada seminar di kampus, dan Naya serta Sarah diundang hadir"

Abah Naya mengangguk anggukkan kepalanya. Paham.

"Minggu depan, Naya kosongkan jadwalnya ya.. Abah ingin bicara sesuatu kepada Naya"

Perintah abahnya, tiba-tiba.

Naya mengernyitkan alisnya.

"Bicara apa abah? Kenapa tidak sekarang saja.. "

Respon Naya. Sembari mengambilkan nasi ke atas piring abahnya.

"Ada deh... Pokoknya kosongkan semua jadwalmu di hari itu"

Naya mengangguk lemah. Patuh. Walaupun dia sebenarnya tidak tahu, apa rencana Abahnya minggu depan.

Tit tit... Suara klakson Motor Matic Sarah terdengar dari teras halaman. Naya terperanjat lalu segera meraih tas tangannya di atas meja dekat dapur.

"Loh, gak sarapan dulu tah Nak? " Tanya Mama Naya. Melihat anak semata wayangnya kini mulai bergegas tanpa menyentuh sarapannya.

"Ndak Ma.. Naya harus berangkat pagi, kata Sarah, takut kena macet soalnya sekarang banyak pawai pagi di jalan.. "
Ucap Naya lalu meraih punggung tangan mamanya. Pamit.

"Berangkat ya Bah... "

Naya menciumi punggung tangan abahnya. Yang tengah akan memulai sarapannya.

"Hati hati nduk... Jangan lupa sarapan sampai di kampus"

Petuah Abahnya.

"Insyaallah Bah... "

Ucap Naya lalu segera berlalu meninggalkan ruang makan menuju teras rumahnya.

Sampainya Naya di luar, tampak sepupunya, Sarah sudah manyun menunggu kedatangannya.

"Lamanye..... "

Celoteh Sarah.

"Sudah ayok cepat berangkat... Nanti terlambat... "

Untukmu, ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang