Dibalik Hujan

1.5K 58 1
                                    

Sore telah tiba, setelah sholat isyak, Naya dan Fatih bersiap siap menghadiri walimah di desa sebelah. Memenuhi pesan abahnya.

Naya tampak anggun dengan menggenakan gamis panjang berwarna merah muda dengan garis panjang dari bagian leher abu abu mengkilat ke bawah gamis dan scarf berwarna abu abu muda. Serasi dengan apa yang dipakai Naya, Fatih memakai kemeja lengan panjang berwarna abu abu dengan celana hitam rapi dan tak lupa peci hitam nasional.

Setelah berpamitan dengan Ummi, mereka berdua berangkat dengan menggunakan motor menghadiri undangan walimah. Menembus kegelapan dan keheningan malam.

Jalan menuju desa tujuan Fatih memang agak sepi, mereka harus melewati jalan setapak yang dikelilingi persawahan. Fatih menancap gasnya menembus kegelapan.

Tidak ada dialog antara mereka berdua, hanya suara jangkrik yang diam diam mengintai mereka berdua saja yang terus bersorak sorak ramai. Seolah menjadi backsound musik perjalanan mereka.

Tiba tiba, tak disangka sangka, suara petir mulai bergemuruh. Hujan rintik rintik mulai turun membasahi bumi. Melihat intensitas turunnya air semakin deras, Fatih memilih untuk mencari tempat teduh.

Karena posisi mereka jauh dari perumahan, dan terjebak di persawahan, maka mereka mengambil keputusan untuk menuju ke sebuah gubuk tua tengah sawah.

Hujan semakin deras. Petir semakin memburu. Naya mulai ketakutan.

Fatih membawa motornya dan meletakkannya samping gubuk tua tersebut, dan menggandeng tangan Naya untuk bersama sama mengetuk pintu.

Di depan gubuk tersebut hanya ada lampu taplek yang kedap kedip. Hujan semakin deras. Naya mulai kedinginan.

"Tok tok tok... Assalamualaikum.. "

Ucap Fatih.

Namun tidak ada jawaban. Fatih mengalihkan pandangan ke arah Naya, meminta pendapat kepada Naya, karena salam yang pertama tak dijawab oleh sang empunya gubuk.

Naya menggeleng, dan mengisyaratkan kepada Fatih untuk mencobanya lagi

"Tok tok.. tok.. Assalamualaikum... "

Tak ada jawaban lagi. Hujan semakin deras. Naya refleks mengeratkan tangannya menyentuh jas Fatih. Fatih seketika menatap wajah Naya yang sudah mulai memucat kedinginan.

Fatih membuka jasnya lalu memakaikannya kepada Naya. Naya yang sangat kedinginan, tak mampu berkata kata lagi, bibirnya mulai membiru.

"Assalamualaikum... "

Ucap Fatih dengan nada yang agak mendesak.

Ketika pintu dibuka, tiba tiba nampaklah sesosok ibu ibu tua yang mulai beruban dengan rambut tak beraturan muncul dari balik pintu begitu mengagetkan dan menyeramkan.

Naya pun tersentak lalu refleks memeluk Fatih dari belakang.

Fatih pun juga kaget sebenarnya, namun dia menetralkan rasa kagetnya dan meminta izin kepada nenek berpenampilan menyeramkan dihadapannya tersebut.

"Ma.. Maafkan nek.. Bolehkah kami menumpang berteduh sampai hujan reda nek? "

Tanya Fatih sopan.

Nenek itu tak bergeming, namun mengisyaratkan mereka berdua untuk masuk kedalam gubuk tua.

Dengan sedikit rasa ketakutan, mereka berdua memasuki gubuk tua dengan pencahayaan ruangan yang remang remang.

Gubuk kecil yang sudah tua tersebut terdiri dari 3 ruangan kecil. Dua kamar, satu dapur dan ruang utama. Tak ada barang spesial disana, perabotan rumah tangga yang mulai lapuk dan seadanya.

Untukmu, ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang