Pertemuan (2)

1.6K 74 5
                                    

Matahari pagi mulai menyinari bumi hijau Tambak Sari. Sebuah pedesaan yang dikelilingi sawah hijau, padi padi muda menunaskan keteduhan dengan warna yang menyejukkan mata.

Seharian hari itu, Naya memutuskan untuk tidak keluar kamar, bahkan untuk sarapan pun, dia enggan untuk keluar. Dengan terpaksa Ibu Nyai Shofiya mengantar sarapan berupa lontong sayur ke kamarnya, sehingga membuat Naya tidak enak dan merasa bersalah.

"Maafkan Naya Ummi.. Tidak seharusnya ummi melakukan seperti ini, Naya menyesal..."

Ucap Naya, lalu duduk bersimpuh menciumi tangan ibu nyai Shofiya.

Ibu Nyai Shofiya tersenyum.

"Ndak apa apa Naya... Kamu ini anak Ummi...  Ummi rasa Naya sedang tidak enak badan.. Ummi takut Naya sakit.. "

Ucap beliau.

Naya menghela nafas.

"Naya tidak apa apa mi... "

Ibu Nyai Shofiya merangkul bahu Naya. Dan memintanya untuk duduk beriringan dengannya di sisi kasur. Sementara Fahad masih terlelap di tengah kasur.

Ibu Nyai Shofiya meremas tangan memantunya.

"Nay...  Sudah hampir 4 Tahun...  Fatih meninggalkan kita... Dan selama itu pula Ummi merasa bersalah kepada Naya.. "

Ucap Ibu Nyai Shofiya, tiba tiba terisak.

Naya terperanjat. Hatinya terenyuh melihat mertua yang sudah dianggapnya seperti orang tua kandungnya meneteskan air mata.

"Ummi... Apa yang Ummi katakan..? " Naya mulai menunduk mengiba di hadapan Ibu Nyai Shofiya.

"Dan selama itulah.. Ummi tak pernah lagi melihat senyuman Naya di bibir Naya... Ummi bersalah.... Seandainya Ummi tidak mengizinkan Fatih untuk pergi, pasti hidup Naya tidak akan sesedih ini.... Hks.. "

Ibu Nyai Shofiya menumpahkan air matanya, sesak pula terasa di dada.

Naya pun tak bisa menahan haru. Dia ikut menangis dan memeluk Ibu mertuanya.

"Istighfar Ummi... Ini ketentuan Allah.. Bukan salah Ummi... Hks.. Hks.. "

Naya mengelus punggung Ibu Nyai Shofiya, menenangkan.

Dua perempuan itu menangis haru dan saling berpelukan.

"Ummi jangan sedih lagi ya, sampai kapan pun Naya akan membersamai Ummi.. Ada Fahad.. Ada Naya... Kami akan selalu ada untuk abah dan Ummi.. "

Ucap Naya.

Ibu Nyai Shofiya semakin terharu, dia memeluk erat menantu kesayangannya.

"Berjanjilah demi Fatih dan Fahad, Naya akan selalu bahagia... Jangan bersedih lagi... "

Ucap beliau.

Naya mengangguk pelan, menguatkan ibu mertuanya, walaupun sebenarnya dia tidak tahu, bisakah dia menepati janji untuk selalu bahagia tanpa belahan jiwanya, Fatih Hizbullah As Syadzili.?

****

Setelah Sholat Isya, Naya diminta Nyai Sumayyah untuk mengambil sprei baru di kamarnya. Naya mengambil sprei berwarna merah muda dengan gambar bunga sakura ke kamar ibu Nyai.

Tanpa banyak bicara lama, hanya bertegur sapa saja, Naya kembali ke kamarnya melewati jalan koridor menuju kamarnya.

Secara tiba tiba dan tak disangka sangka, muncul Fatan dari arah berlawan menuju rumah utama Nyai Sumayyah. Fatan mengenakan kemeja berwarna biru dengan motif garis putih di sisi lengan dan dada. Berpeci dan bercelana hitam panjang.

Untukmu, ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang