Dia Kembali

1.4K 62 0
                                    

Matahari kini mulai menyingsing bersiap siap kembali ke peraduannya. Hari sudah mulai sore, Beberapa santri mulai berlarian menuju masjid utama. Padahal adzan baru saja berkumandang, namun menurut ketentuan pondok, setelah adzan adalah batas keterlambatan mereka, sehingga mereka harus menanggung resiko harus berdiri di depan masjid dengan satu kaki.

Naya memandang setiap wajah santri yang tertunduk lesu berhadapan dengan salah seorang pengurus, sepertinya.

Ah, rindu sekali Naya akan masa masa dia dulu ketika masih mondok di sebuah pondok pesantren di Madura.

Tok tok tok...

Seseorang mengetuk pintu. Naya tersadar dari lamunannya. Dan bergerak menuju pintu dan membukanya.

"Ummi... "

Ucap Naya menatap Umminya datang dengan mengenakan mukenah.

"Ayok, sholat di masjid... "

Ajak Ibu Nyai Shofiya.

Naya memalingkan wajahnya ke arah Fahad yang masih tertidur di atas kasur.

"Fahad masih tidur Ummi.. Takutnya nanti dia terbangun dan tidak ada siapa siapa di sampingnya... "

Ujar Naya.

Ibu Nyai Shofiya tersenyum seakan seakan mengerti.

"Oh iya ya.. Hmmm.. Nanti setelah sholat ashar, ada taklim... Kalau Fahad sudah bangun, nanti ikut ya... "

Ucap Ibu Nyai Shofiya memegang pundak Naya.

Nay tersenyum. Lalu menjawab.

"Insyaallah Ummi... "

Ibu Nyai Shofiya tersenyum lalu pamit dan segera menuju masjid.

Kemudian Naya menuju kamar mandi dan mengambil wudhu kemudian melaksanakan shalat fardhu ashar sendirian di kamar. Setelah bertilawah beberapa lembar surat al kahfi, akhirnya Fahad terbangun dari tidurnya. Merengek mencari ibunya.

"Ma... Mah.... "

Rengek Fahad.

Naya meletakkan al Qur'an nya Lalu menghampiri Fahad yang langsung mengulurkan tangannya untuk minta digendong.

Dengan penuh kasih sayang,  Naya menyambut tangan Fahad dan menggendongnya.

"Mamah disini gak kemana mana.. "

Fahad mulai tenang.

"Fahad mau ikut mamah kajian di masjid ya.. "

Ucap Naya.

Fahad tak merespon dia hanya terdiam mematung di pelukan Naya.

Naya segera mengganti baju Fahad dan segera bersiap siap menuju masjid.

Setelah siap, Naya menggandeng tangan Fahad yang mulai berjalan pelan pelan. Di tangannya terdapat biskuit bayi yang begitu disukainya. Naya menyusuri taman taman hijau yang tumbuh subur di setapak jalan dai kamar Naya menuju masjid.

Terdengar suara khusyuk dzikir dari arah dalam masjid. Naya pun memilih bermain di kolam dekat masjid memandangi ikan ikan bersama Fahad.

Setelah dzikir selesai, terdengar suara seeorang mengucapkan salam yang disambut oleh seluruh jamaah di dalam masjid. Naya pikir, kajiannya sudah akan di mulai.

Naya mengajak Fahad untuk masuk masjid. Sampainya di muka masjid, sudah tertengger tabir yang memisahkan jamaah laki-laki dan perempuan. Di depan mimbar, terdapat satu meja pembicara yang tengah akan memulai kajiannya.

Naya berusaha menyoroti setiap penjuru masjid, mencari keberadaan Ibu Nyai Shofiya, namun tak ditemuinya. Naya akhirnya memutuskan untuk duduk di dekat sebuah tiang dekat pintu utama.

Sang pembicara memulai kajiannya.

Naya tidak terlalu terkonsentrasi dengan kalimat pembuka sang pembicara karena Naya sibuk memastikan kenyamanan Fahad berada di ruangan yang tengah dipenuhi beberapa orang.

"Ikwan Akhwat... Yang dimuliakan Allah..
Sesungguhnya Sebaik baiknya perhiasan di bumi ini adalah perempuan sholihah, jadi hendaknya para akhwat mulai berbenah dan menyiapkan diri menjadi perempuan Sholihah yang akan menjadi bidadari surga kelak... Aamiin.. "

Ucap sang pembicara begitu semangat. Lalu disambut riuh oleh santriwati. Mengaminkan doa sang Ustadz.

"Masyaallah semangat sekali akhwat ini ya Hahaha.. "

Ucap sang Ustadz diiringi gelak tawa khasnya.

Tiba tiba, Naya tersentak. Dia kaget setelah mendengar suara gelak tawa khas yang begitu dikenalinya. Dan tidak asing di telinganya.

Seketika, jantung Naya berhenti berdetak. Matanya kini mulai menerawang dari kejauhan menatap seseorang berkacamata yang memakai peci hitam duduk di meja paling depan.

Bibir Naya mulai kelu. Tangannya bergetar. Shock dengan apa yang dilihatnya. Menghilangkan rasa penasarannya, Naya pun memberanikan diri untuk bertanya kepada seorang santriwati di depannya.

"Afwan Ukhti,,, siapa yang menjadi pembicara di depan itu ukhti? "

Tanya Naya begitu hati hati.

"Oh.. Beliau Ustadz kami kak,,, Ustadz Fatan"

Cetttraaaarrrrrrr...

Serasa disambar petir, Naya pun semakin membelalakkan matanya. Tangannya secara refleks langsung menutup mulutnya, kaget.

"Sejak berapa lama Ustadz Fatan mengajar disini.. ?"

Tanya Naya semakin penasaran sekaligus memastikan.

"Kurang tau sih kak, soalnya ana baru beberapa tahun disini, tapi menurut teman teman sih, beliau juga pendatang disini..."

Jawab santriwati tersebut, polos dan apa adanya.

Naya semakin tidak percaya dengan apa yang terjadi.

Apakah dia benar benar Fatan?

Naya tidak dapat melihat wajah sang pembicara begitu jelas dikarenakan jaraknya cukup terlampau jauh.

Tiba tiba terdengar sekali lagi suara tawa sang pembicara. Kini Naya benar benar gemetar. Dia langsung menggendong Fahad dan segera keluar masjid dan meninggalkan kajian begitu saja.

Untukmu, ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang