Pengakuan

1.6K 63 0
                                    

Tut tut...

Notif Wa masuk dari Hp Naya. Naya yang tengah berjalan melewati taman menuju kampus, berhenti sejenak, melihat siapa yang mengiriminya pesan.

Naya melirik layar hpnya. Tertera nama Fatan disana. Naya membuka pesan.

"Nay, saya tunggu di perpustakaan ya, ada sesuatu yang akan saya diskusikan"

Naya menyeringai. Akhir akhir ini, Fatan memang sering mengajaknya berdiskusi di perpustakaan. Naya pun mempercepat langkah kakinya menuju perpustakaan.

Di Perpustakaan.

Sampainya disana, Naya mengedarkan pandangan di sebelah kanan rak buku dekat jendela, dekat dengan tempat duduk Bu Dewi, penjaga perpustakaan. Tempat biasa yang sering digunakan Fatan dan Naya untuk berdiskusi. Tempat yang dirasanya paling aman agar tidak menimbulkan fitnah keji, dan untuk menjauhi khulwat.

Tapi dia tak menemukan batang hidung Fatan disana. Kemudian Naya mengedarkan pandangannya ke sayap bagian Perpustakaan sebelah kiri. Akhirnya, didapatinya punggung seorang yang begitu dikenalinya, tengah berdiri tegak menghadap jendela.

Naya menghampiri Fatan.

"Assalamualaikum Fatan"

Sapa Naya dari belakang tubuh Fatan.

Fatan membalikkan tubuhnya

"Waalaikumussalam"

Dan menjawab salam Naya, lirih.

Naya mengerutkan alisnya, ketika memperhatikan raut wajah Fatan yang jauh dari biasanya.

"What's going on, Fatan? Let's take a seat"

Ucap Naya menormalkan aura tegang dan keseriusan yang ditampakkan wajah Fatan.

Fatan menghembuskan nafas panjang. Sepertinya dia sangat menyiapkan waktu tersebut untuk mendiskusikan sesuatu hal yang penting dengan Naya saat itu.

Fatan dan Naya duduk di ujung meja besar bulat agak dekat dengan seorang mahasiswa tingkat satu yang tengah mengerjakan tugas. Menghindari fitnah.

"Nay, i think... Kamulah orang yang tepat Nay.. "

Ucap Fatan secara tiba-tiba, lalu menarik kalung salib berlian dari lehernya dan meletakkannya di atas meja tepat dihadapan Naya.

"Apa maksudnya? "

Tanya Naya kebingungan.

Fatan menatap dengan penuh keyakinan, perempuan yang tengah duduk berhadapan dengan nya.

"Bantu saya Nay... Bimbing saya Nay... Sepertinya hidayah itu turun sejak saya mulai mengenalmu dan Tuhan telah mentakdirkan pertemuan kita berdua.. "

Ungkap Fatan dengan suara lirih.

Otak Naya mulai menerka perlahan setiap bait kata yang disampaikan Fatan. Sementara hatinya kini terasa sedikit sakit. Jantungnya pun seolah berhenti berdetak. Ditatapnya dengan penuh nanar kalung salib dihadapan matanya.

"What? Tunggu.. Jadi selama ini..?"

Naya berdiri dari tempat duduknya. Shock. Seolah olah Naya merasa tertipu. Naya pikir, atas kedekatan dia selama ini, Fatan tak pernah menyampaikan hal tersebut.

"Nay, saya mohon dengarkan penjelasan saya dulu.. Saya akan ungkapkan semua"

Bujuk Fatan, meminta Naya untuk tenang dan mengisyaratkan perempuan berhijab hijau kalem dihadapannya untuk duduk kembali.

"Saya mohon, ajari saya Islam Nay... Saya mohon"

Butir-butir air mata kini mulai menyeringai di pelupuk mata Naya. Rasa kekecewaan dan perasaan dibohongi kini mulai menyelinap di relung hati seorang Naya.

Untukmu, ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang