Jalan Takdir (End)

2.1K 76 6
                                    

Aula pesantren yang tidak begitu luas sudah dihiasi oleh ornamen berwarna putih. Beberapa hiasan berupa bunga mawar putih dan melati menghiasi pelaminan dan tiap sudut ruangan.

Beberapa kerabat Naya, Keluarga H. Abdullah dan Kiai Fudail menghadiri acara pernikahan yang memang di setting sederhana dan hanya mengundang kerabat terdekat saja.

Dengan polesan make up yang tidak mencolok, gaun berwarna putih dengan kerudung putih susu yang sangat sederhana tentu saja tidak mengurangi estetika keindahan wajah seorang Naya. Naya tampak cantik dan bercahaya dengan senyum yang dapat menenangkan setiap orang yang memandanginya.

Naya menatap pantulan wajahnya di cermin. Di dalam fikirannya saat ini, hanya ada senyum Fahad, suara riangnya ketika dia bermain dengan Fatan, betapa tenangnya dia ketika bersama Fatan. Baginya, kebahagiaan Fahad adalah segala galanya.

Sementara Fatan, tengah duduk bersiap di balik meja kecil yang telah dihiasi dengan alas meja putih dengan renda putih yang lebih terang. Wajah Fatan tampak pucat namun tetap berseri seri.

H. Abdullah, ayah Naya beserta Kiai Ahad dan Kiai Fudail duduk bersama membentuk halaqoh mengelilingi Fatan. Hingga akhirnya H. Abdullah mengulurkan tangannya, dan langsung dijabat oleh Fatan dengan sigap.

"Ananda Muhammad Fatan, ankahtuka wa zawwajtuka bibinti Allisiya Arranaya binti Abdullah bimahri suroti ar rahman haalan"

Ucap Ijab H Abdullah, mantap. Lalu mengayunkan tangan laki laki yang sebentar lagi akan sah menjadi menantunya.

"Qobiltu Nikahaha wa tazwijaha bil mahril madzkur haalan wa rodhitu bih.. "

Jawab Fatan lugas dan fashih.

"sah? " Tanya Kiai Ahmad kepada para saksi.

Semua tamu dan saksi menjawab serempak sahhhhhhhh....

Kiai Fudail memimpin doa yang lalu diamini oleh sang pengantin dan para tamu yang hadir.

Kemudian acara dilanjutkan dengan pembacaan surat ar rahman sesuai dengan mahar yang Naya pinta.

Proses akad berlangsung khidmat dan lancar. Setelah pembacaan surat ar rahman oleh Fatan, Naya dituntun oleh Nyai Shofiya dan mamanya menuju tempat akad lalu bersanding di pelaminan bersama Fatan.

Fatan tak henti hentinya menatap Naya dengan penuh rahmah, sementara Naya, terus menunduk malu dan sesekali tersipu ketika dia tersadar bahwa sedari tadi, Fatan selalu curi curi pandang ke arahnya.

Beberapa saudara hadir dalam acara pernikahan Fatan dan Naya. Tak terkecuali sepupu Naya yang sudah lama sekali tidak dijumpainya semenjak pindah ke rumah Fatih.

Ya. Siapa lagi kalau bukan Sarah. Sarah sudah lulus kuliah dan sekarang persiapan untuk melanjutkan S2 nya di Yogyakarta. Sarah datang bersama Zaki. Ternyata mereka berdua baru saja melaksanakan proses pertunangan dan akan menikah pada bulan depan.

Sarah dan Zaki menyampaikan ucapan selamat kepada Naya dan Fatan. Mereka pun sesekali tertawa mengingat kejadian pertama kali pertemuan mereka di aula kampus saat itu.

"Masyaallah.. Kalau jodoh tidak kemana.. "

Ucap Sarah dengan gaya bicaranya yang tetap ceplas ceplos.

Naya dan Fatan tersenyum dan tersipu.

Tiba tiba semua mata para tamu undangan kini berpaling kepada seorang perempuan berumur sekitar empat puluh delapan tahunan yang tengah berjalan menuju tempat pelaminan. Bukan karena apa, tapi karena baju perempuan tersebut yang begitu ketat berwarna merah yang sangat mencolok serta mengenakan kacamata hitam.

Perempuan tersebut terus berjalan lurus menuju pelaminan. Sementara itu, Betapa kagetnya Fatan ketika perempuan tersebut  menaiki pelaminan dan membuka kacamatanya.

Setelah kacamata terbuka, barulah Fatan sadar siapa yang datang. Tanpa basa basi dan kerinduan yang memuncak, Fatan langsung menghambur memeluk perempuan itu.

"Mommy.... "

Fatan tidak mampu menahan tangisnya.

Perempuan yang ternyata Mrs. William tersebut adalah ibunya. Entah darimana dia mengetahui kabar pernikahan anaknya, dia datang walaupun tanpa diundang.

"Maafkan Fatan Mom... "

Mrs. William menepuk pundak Fatan dan mulai meneteskan air mata. Naya dan para tamu pun ikut terharu.

"No Problem My Son, ini pilihan hidupmu dan mommy sangat menghargai itu... "

Ucapnya lalu melepaskan pelukan Fatan dan mengalihkan pandangan kepada Naya. Dengan spontan Naya langsung membungkuk di hadapannya dan meraih tangannya lalu menciuminya dengan penuh hormat.

"Semoga berbahagia Nak, titip anak Mommy ya.. "

Ucapnya lalu mengeluarkan kotak perhiasan berwarna merah. Dan segera mengeluarkan sebuah gelang emas berlian lalu memakaikannya ke tangan Naya.

"This is present untuk menantu Mommy.. "

Ucapnya sekali lagi lalu mengalihkan pandangan ke arah Fatan.

"Mommy pergi dulu.. Fatan pasti kaget kan kenapa Mommy bisa tahu? Ya itulah Fat, sejk awal kamu pergi dari rumah, Mommy sudah mengutus detektif untuk mencari dan memata matai kamu selama disini... Dan Mom pikir kamu bahagia dengan pilihanmu.. It's no problem... You just alive like what do you want... Asal kamu bahagia..Mom akan selalu mendukung.. "

Ucapnya panjang lebar.

Fatan mulai terharu lalu memeluk mommynya.

"How about Daddy? "

"Dad baik baik saja.. Tapi mungkin untuk saat ini, mungkin Daddy belum terima, tapi yakinlah suatu saat Daddy pasti berubah, Mom sangat mengenali Daddy, Dad hanya butuh waktu lebih lama lagi.. Bersabarlah... "

Ucapnya menenangkan.

Perempuan tersebut tersenyum, lalu undur diri dan segera meninggalkan tempat.

Naya menenangkan suasana hati Fatan yang masih tidak karuan. Fatan pun tersentak dan tersentuh ketika untuk pertama kalinya, Naya begitu peduli terhadapnya dan merangkulnya di hadapan para tamu.

Setelah sadar, bahwa dia kini menjadi tontonan, Naya melepaskan tangannya dari tubuh Fatan lalu berusaha menetralkan suasana walaupun sebenarnya dia benar benar merasa malu.

***

Malam penuh bintang meramaikan suasana indah malam itu. Hujan rintik rintik tiba tiba turun memberikan soundtrack alam pada malam yang begitu syahdu.

Fatan tak memalingkan sorotan matanya sedikit pun. Di hadapannya kini berbaring seseorang yang didambanya. Kini perempuan yang selalu memesonakan matanya itu tidur berhadapan dengannya.

Mereka saling menatap satu sama lain. Tanpa ada yang mengeluarkan kata kata. Suara hati merekalah yang sedang berkomunikasi. Sesekali Naya melempar senyum kepada laki laki halal di hadapannya.

Bagi Fatan, ini semua adalah mimpi. Mimpi yang menjadi nyata. Mimpi indah dan semoga tidak ada takdir lain yang akan merusak mimpi indahnya.

"Aku mencintaimu, Allysiah Arranaya... "

Ucap Fatan dengan lembut. Setelah mengumpulkan keberanian, tangan kanannya mulai membelai rambut panjang Naya.

Naya memejamkan matanya. Lalu sekejap dia membuka matanya perlahan. Dan tersenyum ke arah Fatan.

"Bismillah, aku juga mencintaimu, Suamiku... Muhammad Fatan... "

Balasnya lirih.

Aroma tubuh Naya sangat menenangkan.

Malam itu keduanya tenggelam dalam keromantisan. Menjemput cinta yang halal meniti jalan hidup di bawah ridho dan naungan Ilahi Rabbi.

Semuanya sangat indah. Skenario Tuhan yang begitu menakjubkan. Percayalah, Allah Maha Tahu apa yang terbaik bagi kita.

Happy Wedding
Allysiah Arranaya Dan Muhammad Fatan

-The End-

Untukmu, ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang