Rumah Sakit

1.4K 77 5
                                    

Malam itu juga, Ibu Nyai Shofiya langsung ke RS Adi Kusuma yang terletak kurang lebih 1 KM dari pondok pesantren.

Di sepanjang perjalanan, Naya terus saja menangis menggenggam dan menciumi tangan ibunya. Naya sangat menyesal dan terus mengutuk diri sendiri. Karena dia lah, ibu nya menjadi drop dan jatuh pingsan tak sadarkan diri.

Fahad yang tengah tertidur ditinggal bersama Salah seorang santriwati kepercayaan Ibu Nyai Sumayyah. Karena ketika itu tidak memungkinkan sekali untuk dibawa ke rumah sakit.

Tak lebih dari setengah jam, mobil xenia berwarna hitam itu meluncur dan sampai di depan RS Adi Kusuma. Dengan sigap, ibu Nyai Shofiya langsung dibawa ke Unit Gawat Darurat (UGD).

Naya terus menangis, sementara Ibu Nyai Sumayyah berusaha menenangkan Naya. Kiai hanya duduk terdiam saja.

Beberapa dokter berpakaian serba putih memasuki ruangan Nyai Shofiya. Naya tampak cemas. Dia duduk lemas di pelukan Nyai Sumayyah.

Tak lama kemudian, keluar salah seorang dokter muda berjas putih dengan kacamata yang membuatnya tampak begitu elegant dan pintar.

Dengan mata yang sembab, Naya lantas menghampiri sang dokter.

"Bagaimana dengan ibu saya dok?"

Tanya Naya. Lalu diikuti Nyai Sumayyah. Memegangi tangan Naya agar lebih tenang.

Sang Dokter menghela nafas lalu membuka kacamatanya.

"Ibu anda ada penyakit jantung ringan, jadi.. Saya mohon jangan sampai pasien shock atau memikirkan sesuatu yang berat.. Itu sangat berpengaruh terhadap kondisi jantung yang mulai tidak stabil..."

Ucapnya dengan serius.

Naya menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya. Tidak percaya. Saat itu juga, Naya merasa hancur.

Aku yang menyebabkan Ummi seperti ini... Hks.. Maafkan Naya ...

Naya mulai melemah.

"Bisa kami menemui beliau dok?"

Tanya Nyai Sumayyah.

Dokter tersebut mengangguk lemah.

"Tapi jangan meribut dan menanyakan sesuatu yang berat kepada pasien.. "

Pesan sang dokter sebelum benar benar meninggalkan tempat dimana Naya dan Nyai Sumayyah berdiri.

Naya saling bertatapan dengan Nyai Sumayyah seolah olah memberikan aba aba untuk segera masuk ke ruang UGD.

Mereka berdua memasuki ruangan ber catkan krem tersebut. Ibu Nyai Shofiya terbaring lemah di atas kasur. Naya duduk di bagian sisi kiri kasur. Meraih tangan Nyai Shofiya dan menciuminya.

"Maafkan Naya Mi... "

Ucapnya lirih.

Ibu Nyai Sumayyah dan Naya memutuskan untuk menginap.

Dan di malam itu juga. Naya saling bertukar pikiran dengan Nyai Sumayyah. Bercerita kejadian yang di alaminya sebelum Nyai Shofiya pingsan.

Nyai Sumayyah dengan sabar mendengarkan dengan bijak dan berusaha menarik sebuah kesimpulan.

"Naya harus kuat, hidup Naya masih panjang, Naya juga tidak boleh egois.. Fikirkan juga masa depan Fahad..  Dia butuh sosok seorang ayah... "

Nyai Sumayyah menasehati.

Naya hanya mampu menangis mendengarkan petuah dari Nyai Sumayyah.

Malam itu juga, Naya melaksanakan shalat Tahajjud khususnya untuk mendoakan Ibu Mertua yang begitu dicintainya.

****

Keesokan harinya.

Kiai Ahmad beserta kedua orangtua Naya sampai di rumah sakit. Ketika mama Naya tiba, Naya langsung lari menghambur ke pelukannya. Naya terus menangis dan menyalahkan dirinya. Mama Naya berusaha menenangkan anaknya.

Jam 08.00 Ibu Nyai Shofiya mulai sadar. Naya pun langsung memeluknya dan meminta maaf.

Ibu Nyai Shofiya yang belum begitu pulih tersebut mengelus kepala Naya. Halus. Beliau meneteskan air mata.

"Maafkan Naya Ummi.. Naya akan melaksanakan semua yang Ummi minta.. Naya mohon maafkan Naya mi.. "

Ucap Naya. Membuat setiap orang yang berada di ruangan terharu.

Tidak diduga, tiba tiba datanglah Fatan dengan menggendong Fahad yang terus menangis.

"Assalamualaikum... "

Ucapnya. Semua mata kini tertuju kepada Fatan yang tengah mengengdong Fahad.

"Ummi sudah membicarakan ini dengan Mama Naya... Kami bersikap begini tidak bermaksud untuk menghapus kenangan almarhum bersama Naya, tapi ini untuk kebaikan Naya dan masa depan Naya... "

Ucap Nyai Shofiya terbata bata dan mulai terisak.

Naya tertegun. Apalagi kini, di ruangan tersebut ada Fatan yang akan mendengarkan apa saja yang bisa terjadi berikutnya.

Naya memejamkan mata sejenak, mengumpulkan kekuatan lalu memeluk Nyai Shofiya.

"Insyaallah Naya akan melakukannya untuk Ummi... "

Fatan mendengarkan dengan seksama setiap kata yang keluar dari mulut Naya. Dan akhirnya dia paham terhadap kondisi keluarga Naya yang sebenarnya.

Tiba tiba, Nyai Sumayyah dan Kiai menatap Fatan seolah olah menstranfer sebuah informasi.

Pada akhirnya, Fatan tercekat ketika menyadari bahwa janda yang akan dinikahkan dengannya adalah Naya.

Entah apa yang dirasakan Fatan ketika itu. Perasaannya bercampur aduk. Sementara Fahad tetap dalam gendongannya.

Nyai Shofiya tersenyum.

"Nanti kita bicarakan di rumah saja.. "

Ucap Kiai Ahmad.

Lalu suasana menjadi tenang dan begitu hangat.

Untukmu, ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang