Curahan Hati

1.4K 59 0
                                    

Semenjak kejadian pada hari itu, Naya menjadi sedikit pendiam. Naya tidak tahu, mengapa demikian. Mengapa dia sangat begitu terluka. Mengapa dia sangat begitu marah menerima kenyataan bahwa Fatan adalah seorang non muslim.

Terus apa hubungannya? Naya masih belum memahami hal tersebut.

Semenjak hari itu pun, Fatan, sang ketua BEM yang famous sudah tak nampak lagi batang hidungnya. Menghilang tanpa kabar bak ditelan bumi. Semua mahasiswa  pun bertanya tanya. Bahkan ketika ditanyakan ke keluarga Fatan, tidak ada konfirmasi dari kedua orangtua nya.

Entah bagaimana, Naya jatuh sakit. Akhirnya selama dua hari, Naya terpaksa di rawat intensif oleh ibunya di rumah. Naya demam.

****

Tok tok tok...

"Nak... Ini ada Sarah.. "

Teriak mama Naya setelah sebelumnya mengetuk pintu. Dan memutar gagang pintu kamar Naya, yang notabene segaja tidak dikunci.

Naya yang tengah rebahan lemas di atas kasurnya, membenarkan letak duduknya dan menjawab lemah.

"Ya Ma... "

Tak lama, Sarah yang berada tepat di belakang Mama Naya, langsung muncul dengan ciri khasnya yang ceria.

"Assalamualaikum kakak... "

Ucapnya sembari melompat seperti anak kecil dan segera duduk di bibir kasur Naya.

Naya tersenyum, lemah.

"Waalaikumussalam... "

Mama Naya, tersenyum melihat tingkah keponakannya tersebut.

"Mama tinggal masak dulu ya. ."

Katanya lalu meninggalkan kamar Naya setelah Sarah dan Naya tersenyum ke arahnya, mengisyaratkan persetujuannya.

Setelah pintu kamar tertutup. Mulailah Sarah merekcoki Naya.

"Ya Ampun, Kakak sakit apa ih? Kok sampai demam gini? "

Tanya Sarah.

Naya membuang muka ke arah jendela. Lalu menghadapkan tubuhnya ke Sarah.

"Entahlah... Semenjak hari itu, Kakak kok jadi berat gitu ya.. "

"Berat bagaimana? Jadi kakak selama ini gak tau, kalau Kak Fatan itu..... "

Kata Sarah.

Seolah paham, Naya cepat menggelengkan kepalanya.

"Kakak juga bingung, kenapa kakak juga harus marah ya?"

Kata Naya, sambil memperbaiki lipatan kerudungnya.

Sarah menaikkan alis kanannya, lalu mendekatkan wajah bulat nya pas di hadapan wajah Naya.

"Kak Naya ada rasa kan sama kak Fatan?"

Naya mencubit pipi Sarah.

"Ih, kamu nih... "

"Loh iya loh... Sarah tau kok... Sarah bisa melihat, kalau Kak Naya dan Kak Fatan sama sama punya rasa, sama sama suka, tapi diem diem bae kan... ?"

Kata Sarah, menghunus.

Naya menghela nafas.

"Entah.. Kakak gak tau rasa apa ini? Yang pastinya kakak kecewa banget.. "

Kata Naya lalu menutup mukanya.

"Uluh.. Uluh kakakku.. "

Kata Sarah memeluk kakaknya yang tengah kasmaran.

"Eh ya kak.. Kakak tau gak? Beberapa hari ini, kak Fatan gak ada nampak di kampus, dan anehnya gak ada yang tau dia dimana.  Sampai Zaky pun tak tahu dia. Teman temannya pun tak ada yang tahu. Pokoknya bagai menghilangkan gitu dah.. "

Papar Sarah.

Naya terperanjat.

"Iyakah? "

Sarah mengangguk cepat.

Naya menerawang. Otaknya berpikir dan bertanya tanya.

"Mungkin kak Fatan sedang menenangkan diri, eh entahlah... "

Tebak Sarah.

"Ya udah deh.. Cepat sembuh ya kakakku... Sarah mau berangkat ngampus dulu... Cepatlah.. Biar nanti saya ajak jalan jalan deh.. "

Naya tersenyum lalu memeluk Sarah.

"Terimakasih ya.. Udah ngertiin kakak... Semangat kuliahnya..."

Kata Naya sembari mengepalkan tangannya.

Naya menghela nafas panjang setelah kepergian Sarah. Otaknya kini mulai berfikir, menerka, dimanakah seorang Fatan? Apa dia pergi gara gara kejadian pada hari itu?

Entahlah. Naya pun memilih untuk istirahat. Bagaimanapun juga, tebakan Sarah memang benar. Naya sudah terlalu jauh menaruh harapan kepada seorang Fatan. Sehingga kalau sudah seperti ini, dia lah yang akan menanggung segalanya. Kekecewaan, kesedihan, kerinduan.

Hhhh.... Entahlah..

Untukmu, ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang