Manisnya Pernikahan

1.7K 66 0
                                    

Keesokan paginya. Ketika itu jam menunjukkan pukul 03.00 WIB. Kini Fatih menatap wajah perempuan cantik yang kini telah sah menjadi istrinya berbaring   tubuhnya berhadapan dengan tubuhnya.

Fatih tersenyum lalu membelai lembut pipi mulus istrinya.

"Ya bibti... Ayo Tahajjud... "

Bisik Fatih lembut.

Naya menggeliat, Naya berpura pura tidak merespon ajakan Fatih. Fatih pun mengambil jurus berikutnya. Dengan spontan, Fatih lalu menghujani Naya dengan kecupan secara memburu yang membuat Naya menjadi geli dan bangun dari tidurnya.

Naya tersipu malu. Ditutupinya wajahnya dengan selimut, lalu bergerak menjauhi Fatih.

"Ayok mandi bib... Saatnya Tahajjud... "

Ajak Fatih sekali lagi.

Fatih mendekati tubuh Naya yang tergulung dengan selimut membelakangi Fatih.

Dengan hati hati, Fatih mendekap tubuh Naya dari belakang, lalu berbisik mesra.

"Masih banyak sunnah Rasul yang belum kita laksanakan"

Bisik Fatih lembut. Membuat Naya semakin tersipu.

Dengan gerakan sakratisnya, Fatih lalu membopong tubuh Naya menuju kamar mandi, dan mandi bersama.

Mereka berdua melaksanakan sholat tahajjud bersama, kemudian dilanjutkan dengan tilawah bersama, dan bercerita tentang satu sama lain hingga waktu subuh.

Setelah sholat subuh, mereka pun kembali bertilawah dan bercerita sampai pukul 09.00 WIB.

Naya meminta izin kepada suaminya untuk membantu Ummi di dapur. Fatih mengangguk, dan mengajaknya untuk ke dapur bersama. Meskipun malu malu mereka tidak bisa menyimpan kebahagiaan satu sama lain.

Fatih adalah seorang pria yang santun, kepribadiannya membuat Naya terjibaku. Dan mulai meleleh. Fatih menggandeng tangan Naya menuju ruang makan.

Dari kejauhan, dua orang santriwati yang menjadi khodimah di dapur keluarga Nyai,   tersenyum senyum malu menatap kedatangan pengantin baru dengan wajah yang berseri seri.

Melihat kedua santrinya yang bertingkah aneh, Ibu Nyai langsung menuju fokus arah penyebab keanehan tersebut.

Ibu Nyai pun tak kalah bahagianya menyaksikan kemesraan sang pengantin baru. Naya yang baru sadar kalau kedatanganny bersama Fatih, membuat orang lain gagal fokus, langsung melepaskan ikatan tangan Fatih dan segera berlari menuju dapur dan mengalihkan perhatian.

"Assalamualaikum Ummi, Naya bantu ya mi... "

Ucap Naya lalu meraih telapak tangan Hj. Shofiya dan menciumnya lalu segera mengambil alih pekerjaan ibu mertuanya yaitu mengaduk bumbu pecel.

Ibu Nyai Shofiya tetap tersenyum senyum menatap wajah Naya, apalagi setelah mengalihkan pandangan kepada anak sulungnya yang juga nampak cerah dan berseri seri duduk di ruang makan sambil menatap mesra istrinya di dapur.

"Subhanallah cantiknya anak Ummi... "

Sanjung Ibu Nyai Shofiya kepada Naya yang begitu fresh menggenakan jubah berwarna biru muda.

"Syukron ya Ummi.. "

"Sudah gak usah bantu di dapur, temani Suamimu yang kini tak mengalihkan pandangannya sedikit pun hanya padamu, Ummi saja tak Ditatapnya sedetik pun.. "

Kata Ibu Nyai, menyindir Fatih.

Naya pun semakin tersipu, setelah mengedarkan pandangannya ke arah Fatih yang tetap dengan senyum manisnya menatap ke arahnya.

"Ini makanan kesukaan Fatih, Bumbu pecel...  Mau kapanpun itu, pagi siang malam, kalau ada menu pecel pasti dia makan ini... Suka sekali dia.. "

Tutur Ibu Nyai.

"Fatih itu orangnya sangat penyayang, perhatian, 27 tahun dia hidup di dunia ini, tidak pernah sedikitpun dia menyusahkan Ummi, saat kuliah di Mesir, di Maroko.. Tidak pernah menyusahkan kami.. "

Kata Ibu Nyai seolah olah bernostalgia menyebutkan kebaikan anak sulungnya.

Naya mengangguk anggukan kepalanya.
Sarapan sudah siap, Naya dan dua orang santriwati tadi mengangkat semua menu, ke meja makan.

Seperti biasa, Fatih selalu bersemangat setelah melihat menu yang dihidangkan di atas meja.

"Alhamdulillah... Uhibbu pecel hubban jamman... "

Sanjungnya, dengan suara seperti anak kecil.

Naya pun kaget dengan sifat manis Fatih.

Naya mengambilkan nasi ke piring Fatih, dan Fatih tetap memandang ke arah istrinya. Ibu Nyai tertawa sambil mengegeleng gelengkan kepalanya, lucu.

"Dasar pengantin baru.. "

Ucapnya.

"Syukron ya bibti... "

Ucap Fatih kepada Naya lalu mempersilahkan Aya untuk duduk di sampingnya.

"Mana Abi mi? "

Tanya Fatih kepada Umminya.

"Oh ya, Abi berangkat ke Madura tadi malam mendadak.. Ada Temannya waktu mondok dulu meninggal"

Tutur ibu Nyai Shofiya.

"Innalillahi wa inna ilaihi raajiun.. "Ucap Fatih dan Naya hampir bersamaan.

"Nanti malam ada undangan walimah di rumah H. Nawawi, tetangga desa sebelah, rumahnya dekat Masjid Al Muttaqin, Abah berpesan Kamu dan Naya untuk menghadiri walimah tersebut"

Fatih menatap ke arah Naya. Lalu berkata.

"Insyaallah Ummi.. "

"Tapi masalahnya abah ke Madura pakai mobil Fatih soalnya mobik abah sedang diservise di Bengkel.. Jadi... "

"Pakai motor? Tak apalah Ummi.. "

Jawab Fatih.

Fatih memakan sarapannya. Dan langsung memuji makanannya.

"Subhanallah.. Kok pecelnya rasanya sangat enak Ummi..? "

Ibu Nyai pun tertawa terpingkal pingkal. Lalu menepuk pipi Fatih.

"Ya Enaklah.. Yang ngaduk pecelnya siapa dulu? Trus makannya disamping bidadari cantik, ya tambah enak toh le... "

Dua santriwati tadi pun ikut tertawa menyaksikan sikap Fatih. Naya pun juga tak bisa menahan tawanya. Ternyata receh sekali, tingkat kehumorisan seorang Gus Fatih ini, eh suaminya.

Fatih begitu lahap menyantap sarapannya. Ibu Nyai Shofiya sangat senang melihatnya. Naya sangat perhatian, dia mengambilkan semua kebutuhan Fatih, kurang sambal lah, kurang sayur lah, butuh air lah. Ini lah itu lah. Fatih berubah menjadi sangat manja.

Ibu Nyai Shofiya pun tak habis pikir dibuatnya. Fatih sangat bahagia. Tak salah rasanya, KH. Ahmad memilihkan jodoh untuk anaknya. Sangat tepat dan cocok sekali. Ibu Nyai Shofiya menghembuskan nafasnya lega.

"Manisnya pernikahan... Mereka seolah olah sedang kasmaran setelah halal... Indahnya.. "

Ucapnya dalam hati. Lalu senyum senyum sendiri mengingat masa masa awal pernikahannya yang juga hasil dari perjodohan dengan KH. Ahmad dahulu kala.

******

Untukmu, ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang