Untukmu, Imamku

1.8K 67 1
                                    

Keesokan harinya.

Adzan subuh membangunkan tidur Fatih. Dia tersentak, tidak biasanya dia terbangun ketika pas adzan subuh. Biasanya, ketika adzan dia sudah siap membersamai para santrinya untuk melaksanakan sholat subuh berjamaah di masjid pondok.

Fatih pun terenyuh melihat Naya, perempuan yang baru kemarin dinikahinya pun, juga tertidur di sisi seberang shofa.

"Astaghfirullah.. Ish.. Bagaimana ini? "

Ucap Fatih, menyesal dan menyalahkan dirinya.

Fatih membangunkan Naya. Meski agak canggung, namun Fatih harus membangunkannya. Mengingat bakda subuh mereka sudah dipesankan untuk segera bergegas menuju Pasuruan, kediaman Fatih untuk melaksanakan walimah disana.

"Nay... Nay... Qumi.. "

Kata Fatih, lembut.

Naya tak bergerak. Keletihan sangat nampak di wajahnya.

Fatih kembali membangunkan Naya, kali ini dia berlutut di hadapan Naya. Fatih menatap teduh wajah Naya yang tengah pulas tertidur. Hidungnya yang mancung, merupakan daya pikat yang kuat sang empunya hidung. Sangat indah. Membuat Fatih betah berlama lama menatapnya.

Tiba tiba, Naya terbangun. Fatih spontan gelagapan dan jatuh tersungkur. Naya pun kaget melihat Fatih sudah jatuh tersungkur di dekat kasur.

"Kenapa?" tanya Naya, gelagapan.

"Wak.. Waktunya sholat subuh.. Ma.. Mari sholat subuh.. Ana duluan ya.. "

Kata Fatih lalu bergegas ke kamar mandi duluan. Naya kembali menahan tawa atas tingkah lucu suaminya.

Mereka pun bergantian berwudhu dan melaksanakan sholat subuh berjamaah bersama.

Setelah sholat, mereka berdua segera berkemas dan berangkat menuju Pasuruan.

Sampainya disana, Naya dan Fatih langsung berganti pakaian pengantin ala Melayu, karena KH. Ahmad masih memiliki darah keturunan orang Melayu. Lingkungan pondok pesantren As Syadzili kini dipenuhi para tamu undangan. Beberapa santriwati berseliweran di dapur, membantu menyediakan katering para tamu.

Pondok pesantren yang dihuni lebih dari 1000 santri itu kini tambah sesak dengan berdatangnya para tamu dari berbagai daerah. Mengingat begitu masyhurnya KH. Ahmad Syadzili ini dikalangan ulama Jawa Timur, maka tak heran, banyak pimpinan dari pondok pesantren terkemuka di Jawa Timur turut hadir memenuhi undangan sang kiai.

Naya tampak anggun dengan baju adat melayu. Begitu pula, dengan Fatih, dia tampak gagah dengan lilitan kain khas melayu di celana bagian atasnya.

Setiap tamu dan para santri tak henti hentinya memuji keserasian mereka berdua. Gus Fatih, sebutan untuk Fatih oleh para santrinya, sangat gagah dan mempesona dan sangat serasi sekali bersanding dengan perempuan berhijab yang anggun dan juga mempesona.

Subhanallah... Tuhan sedang tersenyum dikala menciptakan mereka berdua

Ungkap, salah seorang santriwati terkagum kagum masih dengan senyum di bibirnya.

Resepsi berjalan khidmat hingga sore. Fatih sangat sibuk menerima tamu dari teman temannya, kerabat dan teman Abahnya.

Hingga malam pun tiba.

Naya dan Fatih memasuki kamar Fatih. Kamar artistik yang didominasi warna putih yang sudah dihiasi bak kamar pengantin pada umumnya.

Kelambu putih, bunga mawar putih, dan aroma menenangkan bunga lavender. Dengan sedikit canggung, Fatih mempersilahkan Naya untuk memasuki kamarnya.

Untukmu, ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang