Ruang Waktu

1.5K 60 2
                                    

Naya mencoba untuk membuka kelopak matanya perlahan. Kepalanya begitu berat.  Namun dia berusaha untuk bangun dari pembaringannya.

Naya mulai menatap ke arah sekitar. Tak ada siapapun. Semua nampak putih. Naya pun semakin bingung.

Saya dimana?

Gumamnya dalam hati. Lalu mulai beranjak berjalan dengan tatapan memburu.

Naya terus berjalan. Meskipun dia tidak tahu apakah ada jalan di sebuah tempat yang tidak diketahuinya tersebut. Hingga sampailah Naya di sebuah sungai yang air nya mengalir begitu tenang. Suara gemericik air begitu menyegarkan telinga. Airnya jernih dan dipinggir sungai ditumbuhi bunga bunga yang indah.

Naya mencoba untuk menyentuh air dari sungai tersebut. Sesaat, Naya bergidik, karena air yang disentuhnya sangatlah dingin. Naya mencoba membasuh mukanya dan berkaca di atas air. Dari pantulan wajahnya di air, nampak seseorang yang amat di kenalinya kini tengah berdiri di belakangnya dengan senyum merekah di mulutnya.

Naya pun terperanjat lalu segera membalikkan tubuhnya. Naya menatap seorang pria di hadapannya dengan penuh arti. Dia pun tak kuasa menahan air matanya lalu menghambur jatuh dalam pelukannya. Naya menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria tersebut.

Naya terus menangis tersedu.

"Jangan tinggalkan Naya, Bi... Naya butuh bi.. Fahad butuh bibi.. Naya mohon jangan pergi... "

Rengek Naya. Naya memeluknya dengan erat.

Sementara pria tersebut menyambut pelukan Naya. Dan tersenyum tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Naya pun kini menangis sejadi jadinya, ketika seseorang yang baru saja dipeluknya kini sudah menghilang begitu saja dari dekapannya, bayangan tubuh pria tersebut berjalan menjauh menuju hulu sungai sambil tersenyum ke arahnya.

Naya mulai panik.

"Bi... Jangan pergi Bi... Jangan per.. gii.. "

Teriak Naya. Air mata hangatnya mengalir membasahi pipinya.

Kini pria tersebut hanya tinggal bayangannya saja. Dia menghilang seketika.

Naya berusaha memanggil nama pria tersebut dengan keras.

"Mas Faaaatihhhhh.... "

Teriaknya.

Naya tersentak dan terbangun secara tiba-tiba. Di sekelilingnya, beberapa santriwati dan Mama Naya yang sedari kemarin menemaninya ketika dia tidak sadarkan diri pun ikut kaget dan terperanjat.

Nafas Naya tidak beraturan. Seolah olah dia telah melakukan perjalanan yang panjang. Dia mulai terengah engah mengatur nafasnya.

Mama Naya yang menyaksikan keadaan putrinya pun tak kuasa menahan air mata. Beliau menangis dan langsung memeluk anak semata wayangnya. Baginya, cobaan ini pasti begitu berat bagi anaknya.

"Nduk... Sabar nduk.. "

Mama Naya menangis sembari mengelus kepala anaknya.

Naya terisak. Pertemuannya dengan Fatih di dalam mimpi seolah olah mengisyaratkan kepergiannya.

Beberapa santriwati yang menyaksikan secara langsung kondisi istri almarhum Gus Fatih tersebut terbawa suasana dan tak kuasa menahan air mata mereka. Mereka pun menangis seolah olah merasakan apa yang dirasakan Naya.

Naya melemas. Mama Naya menahan tubuh anaknya. Tatapannya amat kosong.

Tiba tiba, Ibu Nyai Shofiya memasuki kamar Naya. Beliau pun merasa sangat prihatin dengan kondisi Naya saat ini. Beliau langsung mendekati Mama Naya lalu membisiki sesuatu hal di telinga Mama Naya.

Untukmu, ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang