Pertemuan

1.4K 62 1
                                    

Setelah adzan isya',  akhirnya Naya tersadar dari pingsannya. Ibu Nyai Shofiya yang sedari tadi menungguinya pun terperanjat, lega.

"Alhamdulillah... Nak.. Kamu tidak ada apa apa kan? "

Naya mengernyitkan alisnya. Kepalanya masih terasa berat.

"Ndak apa apa Ummi... "

Jawab Naya lemah.

Naya menatap sekeliling, Fahad tidak ada di dekapannya.

"Fahad kemana Ummi? "

Tanya Naya, khawatir.

Ibu Nyai Shofiya tersenyum sembari merapikan letak bantal Naya lalu berkata

"Fahad diajak berkeliling masjid dengan Kiai Fudail, suami Nyai Sumayyah"

Naya mengernyitkan alisnya kembali.

"Naya tenang saja, sekarang Naya makan ya.. Terus minum obat dan istirahat yang cukup.. "

Ucap Nyai Shofiya.

Naya tidak melawan, dia menuruti semua perintah ibu mertuanya. Walaupun sebenarnya, Naya sedikit khawatir dan gelisah mengenai apa yang dialaminya tadi sore.

Setelah melaksanakan perintah Nyai Shofiya, Naya melaksanakan sholat isya' kemudian membereskan barang barangnya.

Selepas itu, Naya beranjak keluar kamar. Naya mulai mencari keberadaan Fahad. Tepat di ruang tengah, dari belakang, duduk seorang laki laki berpeci putih menggunakan gamis putih sedang duduk bercengkerama dengan Kiai Fudail, Nyai Shofiya dan Nyai Sumayyah.

"Eh, Naya.. Sudah enakan nak..? "

Tanya Ibu Nyai Shofiya menatap kedatangan Naya. Semua mata tertuju pada Naya.

"Ummi... Fahad dimana mi? "

Tanya Naya.

Seorang laki laki memakai peci putih itu dan tengah menggendong Fahad itu membalikkan tubuhnya dan berdiri menghadap sumber suara.

Melihat sosok yang tak asing di hadapannya, Naya tercekat. Matanya terbelalak, membulat, tangannya spontan menutup mulutnya yang terbuka, kaget. Nafasnya kini sudah tak beraturan.

Sementara laki laki yang tak lain dan tak bukan adalah Fatan, juga tak dapat menyembunyikan kekagetannya. Dia terdiam mematung, matanya mengkilat tertuju ke arah perempuan yang pernah singgah di hatinya. Perempuan yang pernah diidamkannya. Perempuan yang selalu diimpikannya di setiap tidurnya.

Ya, Allisiya Arranaya, sekarang dia sedang berdiri di hadapannya.

Tiba tiba suasana ruangan menjadi senyap. Ibu Nyai Shofiya menatap keanehan antara Naya dan Fatan.

"Naya.. Sini nak.. "

Ucap Nyai Sumayyah menarik tangan Naya untuk duduk di sebelahnya.

Dengan wajah yang penuh tanda tanya. Naya mengikuti perintah Ibu Nyai Sumayyah.

"Ibu Nyai Shofiya, perkenalkan... Ini Ust Fatan, beliau mengajar disini, dan beliau sudah kami anggap sebagai anak sendiri, dan Nak Fatan, ini keluarga Ibu Nyai Shofiya dari Surabaya, saudara Kiai Fudail... "

Jelas Nyai Sumayyah.

Fatan menundukkan kepala. Memandangi Fahad yang begitu anteng berada di dekapannya.

"Dan ini Fahad, Cucu Nyai Shofiya dan ini menantunya.. "

Lanjut Nyai Sumayyah.

Nafas Fatan seolah olah terhenti. Tepat di kata 'menantu' yang disampaikan ibu Nyai Sumayyah, dari situ Fatan faham bahwa anak yang tengah digendongnya, adalah anak Naya. Dan Fatan harus benar benar menerima kenyataan bahwa Naya sudah menikah dan memiliki seorang putra.

Untukmu, ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang