Tatapan heran mengarah pada datangnya kembali delapan gadis yang nyatanya sudah di keluarkan dari sekolah ini,namun mereka tak akan runtuh begitu saja mereka akan membuktikan kalau kebenaran itu lebih kuat
Mereka berjalan santai menuju kelas mereka dimana semua rasa kesal tertampung di sana,yang nantinya pasti akan menjadi kenangan bagi mereka semua
Sampai di depan kelas seperti biasa belum ada orang lain selain mereka yang memang selalu datang pagi mereka mengutus kan untuk janjian pada 1 tempat dan akan berangkat ke sekolah secara bersamaan
Salah satu tangan terulur untuk membuka pintu kelas,pintu terbuka memperlihatkan pemandangan yang tak enak untuk di pandang yah inilah yang mereka takutkan jika tak ada mereka di sini bukan merasa sombong atau apa
Di kelas mereka wanita yang aktif hanya lah kedelapan gadis ini selebihnya tidak mereka hanya menikmati kelas mereka saja tanpa mau merawat nya
"Yah...untung aja kita masuk sih"ucap Risti dia pun melempar tasnya ke arah meja juga tempat duduk yang ia tempati tapi lemparannya meleset dan tasnya pun berada di belakang
"Ck.selalu meleset!"ucapnya kesal kapan lemparannya itu akan tepat sasaran?
"Hah...kenapa sih selalu gini!"ucap Dilla,dia pun berjalan ke belakang kelas tepatnya menuju lemari yang berisikan alat kebersihan kelas
"Eh?"ucapnya saat ia hendak mengambil kunci lemari di saku roknya tapi hasilnya nihil tak ada
"Kenapa?"tanya Dinda saat melihat Dilla dengan muka panik nya
"Aku ga bawa kunci"ucap Dilla,Dinda menghela nafasnya lalu menatap Dilla setelah itu menatap jam yang ada di depan kelas
"Rumah lu Deket ambil cepet"suruh Dinda,Dilla mengangguk dan langsung berlari keluar kelas
Tak lama sekitar 10 menit mereka kira pintu terbuka akan menampakkan sahabat mereka yang tengah mengambil kunci tapi ternyata bukan,yang datang pun terkejut kenapa mereka masih saja masuk ke sekolah ini?
"Wah ga nyangka gue kalian bakal masuk!ga punya kuping ya?"tanya Ardiaz saat masuk dan melihat kedelapan gadis ini yang masih masuk
"Ga nyangka gue sumpah deh!"ucapnya sambil memasukkan tangannya ke kantung celana dan berjalan menuju kursinya
Dan tak lama juga Dilla datang dengan nafasnya yang tak teratur dengan gesit Shinta menghampiri Dilla yang diam sambil menyender pada dinding kelas dekat pintu
"Nih"ucap Shinta sambil memberi sebotol minuman Dilla pun menerima dan meminumnya hingga sisa setengah
"Nta maap jadi abis"ucap Dilla tak enak Shinta pun menghiraukan Dilla dan kembali duduk ke tempatnya
"Istirahat beliin aku minum"ucap Shinta yang langsung di balas oleh Dilla
"Okey"ucap Dilla dia pun berjalan ke belakang dan membuka pintu lemari dia mengambil sapu juga serokan
Dilla pun mulai membersihkan kelasnya yang sudah seperti kapal pecah ini apalagi pada papan tulis yang sudah seperti lukisan abstrak
"Gila ya ngotorin kelas tapi ga ada satu orang pun yang tanggung jawab"sindir Dilla yah ia menyindir laki laki itu yang sekarang tengah mengobrol tapi mereka hentikan saat Dilla mulai bicara
"Ga yakin kalo kita pindah gimana nasib nih kelas"ucap Dilla yang entah ia tunjukkan pada siapa tapi mampu membuat laki laki itu kesal
Mungkin jika Dilla laki laki nasibnya tak akan seperti sekarang yang masih terlihat sehat,mungkin jika benar ia laki laki nyawanya hanya tinggal setengah
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Ayam VS Serigala
Teen FictionHanya kisah sehari hari delapan gadis ceria,dengan kegilaan yang melebihi batas maksimal. -solidaritas gak menjamin terus bersama.-