Cup!

1.7K 160 15
                                    

(Namakamu) memasuki rumah dengan wajah cemberutnya.

"Kenapa dek mukanya ditekuk gitu?" tanya Dira yang duduk di sofa seraya menonton siaran televisi.

"Gapapa"

"Oh iya" langkah (Namakamu) terhenti.

"Tadi adek ketemu papa di mall"

Devano dan Karel baru saja masuk setelah memarkirkan motor dengan baik.

"Hah? Papa kan di luar kota dek?"

"Iya, tadi papa bilang gak sempet kabarin, papa nginep di rumah temennya, besok baru pulang" Dira mengernyit. 

"Gak sempet kabarin tapi sempet ke mall? Gimana sih?"

(Namakamu) memiringkan kepalanya.

"Iya juga yaa"

"Beneran kak tadi ketemu papa?"

"Kakak gatau, adek yang ketemu" Devano mengedikkan bahunya.

"Ya udah kalian istirahat sana besok sekolah kan?"

"Iya ma"

Ketiganya beranjak menuju kamar sementara Dira terlihat bingung dan timbul berbagai macam pertanyaan didalam batinnya. Lebih baik ia tanyakan langsung besok.

***

Iqbaal sampai ke rumah, langsung menuju kamar dan membanting pintu kamar. Ia terlihat berengsek meninggalkan (Namakamu) sendirian yang pasti menimbulkan banyak pertanyaan. Ia sendiri juga tidak mengerti mengapa dirinya langsung pergi begitu saja tanpa pamit tadi.

Iqbaal kepikiran dengan pria yang di panggil 'papa' oleh (Namakamu). Pria itu pernah ia lihat di cafe saat ia mengikuti bundanya. Bundanya bersama pria itu. Apa benar ayah (Namakamu) selingkuhan bundanya selama ini yang sering di sebut ayahnya. Tapi mengapa seperti ini. Ia juga belum bisa memastikan siapa pria itu.

Iqbaal berharap lelaki itu tidak mempunyai hubungan dengan bundanya. Terlebih lagi ia adalah ayah (Namakamu). Saat bergandengan dengan (Namakamu) tadi, Iqbaal sudah menyakinkan dirinya bahwa ia menyukai (Namakamu). Ia merasa nyaman bersamanya dan jantungnya selalu berpacu cepat berada di dekatnya. Lalu kenapa semua seakan rumit seperti ini. Ia tidak mengerti harus menyikapinya seperti apa. Jika ayah (Namakamu) berhubungan dengan ibunya, maka hubungannya dengan (Namakamu) juga akan menjadi tidak baik. Ia tidak mau hal itu terjadi.

"Arghh!!!" erangnya seraya menggaruk gusar rambutnya. Ia benci keadaan seperti ini. Sedrama ini.

***

Frendh baru saja melihat Iqbaal masuk ke kelas dengan menggendong sebelah ranselnya di pundak kanan. Ia tertarik untuk menggodanya menanyakan soal semalam kencannya bersama (Namakamu).

"Gimana semalam kencannya?" tanyanya saat Iqbaal melempar ransel ke atas meja. Keduanya duduk bersebelahan.

"Kencan pala lo"

"Gak jadi emang?"

"Jadi"

"Terus?" Frendy tidak mengerti maksud Iqbaal.

"Gak usah bahas" wajah Iqbaal pagi ini lebih kusut dari biasanya, Frendy baru menyadarinya.

Iqbaal berjalan keluar kelas namun dirinya dikejutkan dengan seseorang.

"Kak Iqbaal"

"Kenapa?"

"Lo semalem kenapa? Kok pergi tiba tiba? Lo marah sama gue?"

Gadis yang tak lain adalah (Namakamu). Sedari semalam ia susah tidur, kepikiran dengan Iqbaal. Dan sekarang, ia meminta jawaban pasti dari Iqbaal.

One Day (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang