Bell pulang sekolah sudah berbunyi tadi. Kini seluruh siswa SMA pelita Bangsa sibuk berhamburan keluar kelas.
Iqbaal dan frendy menyusun rencana jahilnya. Frendy tengah berdiri di ujung tangga paling atas, area kelas XI. Sedangkan Iqbaal menunggu di ujung tangga bawah. Entah apa yang akan mereka lakukan.
(Namakamu) dan Maura keluar kelas bersamaan. Frendy segera membelakanginya agar tidak mengetahui keberadaannya. Ia pun mengode pada Iqbaal yang berada di bawah dan kini sedikit bersembunyi agar tidak kelihatan saat (Namakamu) dan Maura turun.
Keduanya melewati Frendy dan sudah menuruni anak tangga. Frendy mengikutinya diam-diam dari belakang. Hingga sisa dua anak tangga di bawah, Frendy menolak punggung (Namakamu). Gadis itu terkejut dan kehilangan keseimbangannya, ia terhuyung ke depan. Nyawanya seakan melayang, ia memejamkan matanya. Maura pun tak terkejut dan tak sempat memegangi (Namakamu).
(Namakamu) merasakan dirinya tidak terjatuh di lantai. Melainkan mengenai tubuh seseorang yang kini setengah memeluknya, memegangi lengan (Namakamu), ia sempat lega dan segera membuka matanya. Namun ia melototkan kedua matanya kala melihat wajah Iqbaal dengan jarak yang dekat. Ia segera mendorong Iqbaal menjauh.
Maura menutup mulutnya agar tidak berteriak. Untungnya di sekitar sini tidak terlalu ramai. Jadi tidak ada yang berteriak histeris
Frendy yang entah sejak kapan sudah berdiri di sebelah Iqbaal, di depan Maura.
"Lo apa-apaan sih kak!!"
"Yeh.. Di tolongin malah marah marah"
"Pasti lo yang dorong gue tadi!!" (Namakamu) menatap sinis pada Frendy.
Frendy mengibaskam kedua tangannya di depan dada. "Bukan gue, sembarang kalau ngomong"
"Halahh banyak alasan!" (Namakamu) segera menarik lengan Maura pergi, tidak ingin berurusan lebih lama dengan dua makhluk gaib itu.
"Byee kak Iqbaal!!" Maura menoleh ke belakang dan melambaikan tangannya pada Iqbaal.
"Coba kecium tadi baal!" Frendy berdecak.
"Ih ogah gue first kiss gue bro!"
"Dih, siapa yang suruh cium bibirnya, tuh kan otak lo ngeres!" Frendy menunding Iqbaal yang menatapnya sinis.
"Lo yang ngeres!" Keduanya berjalan meninggalkan koridor sekolah.
***
"(Nam) rasanya gimana di peluk kak iqbaal, aaaaa gue jadi pengen! Beruntung banget sih lo!" Gerutu Maura sedari tadi sambil membayangkan jika dirnya berada di posisi (Namakamu).
"Beruntung dari hongkong! Yang ada buntung gue!"
"Lo mau gak sih tukeran nyawa sama gue?" Lanjut (Namakamu) bertanya.
"Dengan senang hati!" Maura bersorak.
"Tapi sayangnya gak bisa!" Maura menemani (Namakamu) menuju parkiran. Devano pasti sudah menunggunya disana. Benar saja Devano tengah duduk di motornya sambil memainkan ponselnya.
"Gue duluan yaa (Nam), bye!" Maura pamit kepada (Namakamu). Devano pun menoleh.
"Kak Dev duluan yaa" maura juga pamit pada Devano yang kini juga tersenyum dan melambaikan tangannya.
"Muka lo kenapa kusut gitu dek?" Tanya Devano sambil memasukkan ponselnya ke saku celana. Kemudian ia memberikan helm pada (Namakamu) dan segera memakainya.
"Oh ho gue tau.. Pasti Iqbaal gangguin lo kan?" Lanjutnya ketika (Namakamu) tidak membuka suara.
"Iya kakk!!! Lo tau gak, masa tadi gue di dorong temennya terus gue kepeluk sama kak Iqbaal!! Gatel gatel nih badan gue!" Protesnya langsung menggaruk garuk lengannya seakan terserang penyakit gatal gatal akibat dipeluk Iqbaal.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day (COMPLETE)
Teen FictionGimana rasanya punya kakak rasa pacar, kalau gak ada dia sehari kosong deh hidup lo dan punya idola sekolah yang kepedean banget sama lo?? Tiap hari selalu digangguin, emosi terus deh pokoknya kalau udah berhadapan dengan dia "Kita itu kaya matahari...