Jam istirahat sudah dimulai beberapa menit lalu, kedua gadis ini baru saja membeli burger untuk di santap. Keduanya berjalan meninggalkan kantin yang sesak.
"Lo laper?" tanya (Namakamu) melihat Maura yang makan dengan kecepatan penuh, layaknya orang tidak makan tiga hari.
Maura hanya mengangguk membuat rasa iba timbul dalam batin (Namakamu). Ia melanjutkan makannya dengan santai.
(Namakamu) melihat Iqbaal dan frendy yang baru saja keluar dari kelasnya membuatnya membulatkan mata. Ia menelan kunyahannya dengan susah payah, jantungnya mulai berpacu cepat. Jarak (Namakamu) dengan keduanya tidak terlalu dekat juga tidak terlalu jauh. Hingga tatapan Iqbaal jatuh di manik matanya. Bayangan tentang kejadian kemarin terlintas di benaknya dengan jelas. Entah magnet apa yang menarik kedua sudut bibirnya. Ia tersenyum manis pada Iqbaal. Senyum yang jarang ia tunjukkan. Lebih persis di bilang senyum senyum malu.
Iqbaal pun menarik kedua sudut bibirnya dan tangannya terangkat menggaruk tengkuknya tak gatal. Mendadak ia salah tingkah melihat gadis itu.
Frendy yang di sebelahnya menatap bingung pada Iqbaal, lalu ia menyorot ke mana arah sorot mata Iqbaal. Frendy tersenyum remeh.
"Woi! Jatuh cinta ya lo berdua!" Frendy menyenggol lengan Iqbaal dan menunding dirinya dan (Namakamu) bergantian. (Namakamu) sedikit terkejut terpergok oleh temannya Iqbaal.
"Eh eh Maura apaan sih!" (Namakamu) mengahlihkan pamdangannya saat burger miliknua di rampas Maura dengan tak santai dan saus burger mengenai pipinya.
"Habis bukannya di makan malah liat tempat lain! Yaudah gue laper gue makan aja!"
"Ish! Rese banget sih, liat nih!" (Namakamu) menunjuk pipinya yang kotor. Maura hanya cekikikan.
"Apaan sih Fren!" ujar Iqbaal.
"Terus apa tadi senyum senyum"
"Apa sih! Siapa yang senyum? Halu lo!" ujar Iqbaal meninggalkan Frendy.
"Yehhh kok gue di bilang halu! Lo tuh yang halu!!"
"Lo laper bukannya beli makanan berat, mana kenyang lo makan burger!" gerutu (Namakamu) seraya masuk ke toilet untuk membersihkan wajahnya.
"Tunggu lo disini, jangan ke mana mana!" Maura tidak ikut masuk karena masih sibuk memakan burger milik (Namakamu).
Beberapa saat kemudian (Namakamu) keluar namun tidak mendapati Maura. Ia celingak celinguk ke segala arah namun nihil.
"Ihh!! Dibilangin jangan ke mana mana malah hilang sekarang! Tau ah!" (Namakamu) menghentak hentakkan kakinya kesal ia menuju kantin untuk membeli makanam lagi karena masih merasa lapar.
"Nasi goreng aja deh, keburu masuk entar" (Namakamu) bermonolog pada dirinya sendiri seraya melangkah menuju penjual nasi goreng di kantin
"Kang nasi gorengnya satu"
"Bungkus neng?"
"Gak usah kang"
"Hai" (Namakamu) menoleh belakang dan mendongak. Ia terkejut mendapati Iqbaal dengan jarak sedekat ini. Reflek ia memundurkan langkahnya dan menabrak orang di belakangnya yang kini menatap heran padanya.
"Maaf" ujarnya.
Tangan Iqbaal menhhinggap di lengannya menahannya agar tidak mundur dan menabrak orang lain lagi.
"Kenapa kak?" tanyanya dengan susah payah. Tangan Iqbaal yang tadi memegangnya kini ia gunakan untuk menggaruk tengkuknya.
"Ini neng nasi gorengnya" ujar penjual nasi goreng tersebut membuat (Namakamu) membalikkan badannya untuk memgambilnya. Ia meraih uang yang disimpan di saku osisnya kemudian serahkan.
"Makasih neng"
"Makasih kembali"
"Hmm gak makan?"
"Gak deh, liatin lo makan gue udah kenyang"
"Apaan sih" (Namakamu) terkekeh kemudian melangkah mencari tempat duduk diekori Iqbaal dari belakang.
Setelah mendapati tempat duduk, Iqbaal duduk di hadapannya dan menopang dagunya sambil menatap (Namakamu) yang sedang menyantap makanannya.
"Jangan diliatin dong! Gak selera makan nih!"
"Masa lo jadi gak selera liat wajah tampan gue?"
"Uhuk!!" (Namakamu) tersedak tiba tiba. Iqbaal panik karena tidak ada air yang bisa di berikan.
"Bentar bentar gue beli minum" tak lama Iqbaal kembali dengan sebotol mineral dan segera (Namakamu) teguk.
"Kalau ngomong di saring dong, hampir mati gue" setelah merasa lebih enakan ia menaruh kembali minumannya.
"Yeh maaf kali, tapi emang fakta, lo aja yang gengsi dari kemarin"
"Serah deh" setelahnua tidak ada percakapan. Karena tidak baik berbicara pada orang yang sedang makan. Sesekali Iqbaal mencuri pandang pada (Namakamu) yang menguyah nasi gorengnya.
"Walah walah adek gue lagi berduaan tapi makan sendiri"
"Eh kak Dev" (Namakamu) tercengir saat melihat Devano sudah berada di sebelahnya bersama Aldi dan Karel. Terlihat Aldi memasang wajah cemberutnya.
"Kok bisa berdua? Mana Maura?"
"Gatau kak, ngilang" (Namakamu) menggedikkan bahunya.
"Suapin Iqbaalnya (Nam)" ujar Karel membuat wajah Aldi semakin berasap.
"Apa sih kak!" (Namakamu) terkekeh. Iqbaal hanya diam memasang wajah datar.
"Gak pacaran kan lo berdua?" tanya Aldi langsung pada intinya.
"Enggak" jawab keduanya bersamaan.
"Bentar lagi jadian nih! Ngomong aja barengan!" ujar Karel diakhiri tawanya sambil menepuk nepuk pundak Aldi.
(Namakamu) baru saja menyelesaikan makanannya.
"Lo mau pacarin adek gue baal?" tanya Devano terkekeh. Sementara pipi (Namakamu) memanas padahal suhu di luar tidak meningkat.
"Boleh aja" Iqbaal tersenyum sombong dan menaik turunkan alisnya membuat (Namakamu) tercekat.
"Emang adek gue mau gitu sama lo?"
"Gue bikin sampai mau" Iqbaal berdiri dari duduknya.
"Duluan ya sayang!" ucap Iqbaal pada (Namakamu) yang hanya membungkam mulutnya.
"Widih parah dek!" Devano berdecak pada kelakuan Iqbaal.
"PD nya melebihi gue" balas Karel.
"Emangnya lo mau (Nam)?" lanjut Aldi bertanya. Sementara (Namakamu) masih menatap punggung Iqbaal yang menjauh.
"Mau.." lirihnya pelan namun masih terdengar.
"APAA!" Kaget ketiganya. Entah (Namakamu) sadar tidak dengan ucapannya atau sedang kesambet roh jahat dari mana.
Bersambung..
Maaf ye baru next
Baru memungkinkan gue untuk berimajinasi soalnya hehe:((
Please Vote terus di Comment dong yaaaa
Biar gue semangattt 😂
MakasiiiSalam sayang,
Meliyana
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day (COMPLETE)
Teen FictionGimana rasanya punya kakak rasa pacar, kalau gak ada dia sehari kosong deh hidup lo dan punya idola sekolah yang kepedean banget sama lo?? Tiap hari selalu digangguin, emosi terus deh pokoknya kalau udah berhadapan dengan dia "Kita itu kaya matahari...