(Namakamu) tengah mencari ponselnya. Ia membongkar isi ranselnya sehingga peralatan tulis dan buku berantakkan di permukaan meja.
"Hp gue mana sih!" gerutu (Namakamu) seraya merongoh saku roknya namun tidak menemukan.
(Namakamu) berhenti beraktivitas sejenak. Mencoba berpikir keras. Tadi jam istirahag ia mengeluarkan ponselnya untuk bercermin di layar ponselnya. Kemudian..
"Oh iya sama Kak Iqbaal, Astaga!" Iqbaal tadi meminjam ponselnya entah untuk apa. Hingga bel masuk berbunyi (Namakamu) segera ke kelas tanpa mengambil kembali ponselnya. Ia segera keluar dari kelas untuk meminta ponselnya kembali.
"Kak Frendy!" panggil (Namakanu) dari jauh pada Frendy yang tengah nongkrong di depan kelas bersama anak basket lainnya.
"Kenapa?"
"Kak Iqbaal mana?"
"Tadi ke belakang katanya" belakang? Oh (Namakamu) tahu.
"Ok Thanks"
(Namakamu) sekiranya tahu, belakang sekolah. Sesampainya di sana, ia mematung dengan pemandangan di depan.
Iqbaal tengah memeluk Maura yang juga memeluknya. (Namakamu) membulatkan matanya. Apa ini?
Dengan hati yang teriris, perih. Ia segera meninggalkan tempat tersebut sesegera mungkin. Ia kembali ke kelas dengan nafas tak teratur. Ia menghempaskan tubuhnya di kursi. Menenggelamkan wajahnya di antara kedua lipatan tangannya. Apa yang mereka lakukan?
"(Nam)" (Namakamu) tahu itu suara Maura.
"Gue minta maaf ya"
(Namakamu) pura pura tidur saja. Wajahnya membelakangi Maura. Sehingga Maura tidak tahu (Namakamu) tidur atau enggak.
Setelahnya Maura tidak mengeluarkan suara. Ia pikir (Namakamu) tidur, jadi ia membiarkan saja.
***
"Gue duluan" ucap (Namakamu) sedikit jutek pada Maura.
"Iya" balas Maura.
'Kenapa tuh anak? Marah sama gue?' batinnya.
(Namakamu) menuju parkiran.
Namun Iqbaal menghadangnya di ujung koridor. (Namakamu) menatap datar.
"Pulang bareng kan?"
"Gak usah" (Namakamu) melewatinya begitu saja.
"Hei, kenapa?"
Iqbaal menyusul lalu berdiri di hadapanya.
"Kamu kenapa?" (Namakamu) bukan tipe orang yang sanggup memendam perasaannya sendiri.
"Kamu yang kenapa kak?"
"Maksudnya? Aku gak ngerti?"
"Ngapain meluk Maura?"
Sedetik kemudian Iqbaal tersenyum membuat (Namakamu) mengerutkan kening. Dirinya marah, kenapa Iqbaal tersenyum? Aneh.
"Kenapa senyum?" jutek (Namakamu).
"Kamu cemburu?"
(Namakamu) berdecak kesal. Di tanya serius malah begini jawabnya.
"Serius, kamu ngapain?"
***
Iqbaal meminjam ponsel (Namakamu). Keduanya sedang berada di kantin. Iqbaal mengirim pesan pada Maura menggunakan ponsel (Namakamu) memintanya untuk menemui dirinya saat istirahat kedua nanti.
"Kenapa kak?" Maura menghampiri Iqbaal yang sedang duduk di depan kelas seraya melemparkan bola basket ke dinding yang kemudian memantul lagi ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day (COMPLETE)
Roman pour AdolescentsGimana rasanya punya kakak rasa pacar, kalau gak ada dia sehari kosong deh hidup lo dan punya idola sekolah yang kepedean banget sama lo?? Tiap hari selalu digangguin, emosi terus deh pokoknya kalau udah berhadapan dengan dia "Kita itu kaya matahari...