Devano tidak tega melihat (Namakamu) yang terus menampakkan wajah murungnya, setelah pulang bersama Aldi kemarin, wajahnya tetap kusut.
Devano tidak bisa diam saja, ia harus bicara dengan Iqbaal. Ia menghampiri Iqbaal dan Frendy yang tengah makan di kantin.
"Baal" Iqbaal mendongak, Frendy juga. Wajah Devano terlihat tidak mengenakkan. Sepertinya Iqbaal sudah tahu apa yang akan Devano katakan.
"Apa?" tanya Iqbaal.
"Gue mau ngomong sama lo"
"Gue tau lo mau ngomong apa, ngomong disini aja" tidak masalah ada Frendy, pria itu sudah tahu semuanya.
Devano duduk di samping Frendy, berhadapan dengan Iqbaal.
"Maksud lo apa ngomong gitu ke (Namakamu)?"
"Gue cuma gamau dia makin sakit hati"
"Nyatanya lo udah sakitin dia" balas Devano
"Gue punya alasan Dev" Iqbaal menatap serius Devano, Frendy hanya diam tidak berniat ikut campur. Ia menyeruput teh manis miliknya.
"Apa alasan lo?"
"Gue gak bisa kasih tau itu sekarang, kalau pun gue kasih tau, lo dan (Namakamu) gak bakal percaya omongan gue"
"Lo jangan jadi cowok pengecut yaa baal, bisanya lo tinggalin adek gue setelah dia suka sama lo"
"Gue serius" ucap Iqbaal tenang.
"Bilang sama adek lo, gue bakal lupain perasaan gue, dan tolong dia juga lupain perasaannya ke gue"
Devano menahan emosi sebenarnya. Iqbaal pergi begitu saja. Meninggalkkan Frendy yang menggantungkan mie di mulutnya sambil menatap Devano.
Devano menghela nafas, ia beranjak pergi, tidak puas dengan jawaban yang ia berikan. Baginya, itu hanylah alasan dari alasannya Iqbaal.
"Gue duluan"
"Iya" balas Frendy.
***
Kayla tengah makan di sebuah cafe, rasa lapar tidak bisa ia tahan lagi, jalanan macet dan ia tidak bisa sampai ke rumah dengan cepat. Dirinya sendiri tidak bersama Wirga yang masih berada kantor.
Setelah selesai makan dan membayar, ia keluar dari cafe. Ia membuka pintu mobil hendak masuk namun terhenti saat melihat sepasang insan yang berjalan memasuki cafe, Kayla memicingkan matanya untuk memperjelas penglihatannya. Namun matanya membulat seketika.
"Farhan.." lirihnya. Apa ia salah lihat Farhan menggandeng seorang wanita seusianya memasuki cafe, dan ia pastikan itu bukan Dira. Ia menutup kembali pintu mobil. Ia mengikuti keduanya untuk memastikan. Ia mengintip lewat jendela besar cafe ini. Terlihat Farhan menarikkan kursi untuk wanita tersebut. Kayla menyaksikan semuanya. Ia memutuskan untuk masuk ke dalam mobil.
Setelah di mobil ia menghubungi Dira melalui ponselnya.
"Hallo Dir" sapanya setelah sambungan terhubung.
"Kenapa kak?"
"Farhan dimana?"
"Masih di kantor kak, kenapa?"
"Aku ke rumah sekarang" Kayla memutuskan sambungan secara sepihak.
Kayla melajukan mobilnya menuju rumah Dira.
***
"Ada apa sih? Kok wajahmu panik?" tanya Dira setelah Kayla datang.
"Dir, aku gak tau harus gimana? Aku bingung mau sampaikan ini ke kamu, tapi.." Kayla menggantungkan ucapannya. Apa ia harus bilang ke Dira. Tapi ia sudah yakin dengan apa yang ia lihat tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day (COMPLETE)
JugendliteraturGimana rasanya punya kakak rasa pacar, kalau gak ada dia sehari kosong deh hidup lo dan punya idola sekolah yang kepedean banget sama lo?? Tiap hari selalu digangguin, emosi terus deh pokoknya kalau udah berhadapan dengan dia "Kita itu kaya matahari...