Kacau

1.5K 160 28
                                    

Setelah perkara di rumah kemarin ternyata tidak membuat Rani mengungkapkan kesalahannya dan meminta maaf pada Dimas. Rani pergi lagi dari rumah, Iqbaal sudah lelah menghadapinya, ia juga tinggal di rumah Frendy beberapa hari ini. Dimas? Iqbaal tidak tahu, terakhir ia dirumah, Dimas tidak ada.

Iqbaal belum siap menceritakan ini kepada Frendy. Ia tidak mau orang lain mengkhawatirkan kondisi keluarganya. Ia hanya pendam sendiri.

Iqbaal duduk di belakang sekolah sendirian. Kepalanya terasa berat beberapa hari ini. Ia hanya butuh menenangkan diri. Walaupun menyendiri tidak membuatnya lebih baik.

"Kak Iqbaal"

Iqbaal terkejut, ia mendongak mendapati (Namakamu) yang berdiri di hadapannya tak jauh.

"Kok tau gue disini?"

(Namakamu) berjalan mendekatinya.

"Tau dari kak Frendy, boleh duduk?" tanyanya seraya menunjuk tempat kosong di sebelah Iqbaal, ia mengangguk.

"Gue boleh nanya sesuatu?"

"Apa?" tanya (Namakamu). Ia bingung akhir akhir ini wajah Iqbaal terlihat lebih murung dari biasanya. Mau menanyakan ada apa namun gengsinya terlalu melangit.

"Keluarga lo baik baik aja?"

(Namakamu) mengerutkan keningnya dalam dalam. "Maksudnya?"

"Jawab aja"

"Hmm... Iyaa baik baik aja" Iqbaal hanya mengangguk paham.

"Kenapa? Kok gitu nanyanya? Aneh banget"

"Boleh nanya lagi?"

(Namakamu) duduk menyamping. "Apa?"

"Gue inget waktu lo bilang bokap lo akhir akhir ini selalu mentingin pekerjaan dari pada keluarga.."

"Apa bokap lo beneran sibuk kerjaannya?"

"Iya" (Namakamu) mengangguk. Ia semakin tidak mengerti mengapa Iqbaal menanyakan privasi keluarganya seperti ini. Namun ia tidak berpikir hal buruk tentang Iqbaal.

"Kok lo nanyanya soal ini? Ada apa? Lo lagi ada masalah? Lo bisa cerita sama gue" ucap (Namakamu). Raut wajahnya sedikit berubah khawatir pada Iqbaal.

"Gue gapapa"ucapnya sambil menatap lurus ke depan.

"Gue tau lo sedang ada apa apa, mungkin lo gak bisa cerita lo ke gue itu karena itu privasi lo, gapapa gue ngerti" Iqbaal menoleh pada (Namakamu). Insting (Namakamu) kuat ternyata, pikirnya.

(Namakamu) tersenyum tipis. Iqbaal membalasnya dengan jauh lebih tipis.

"Pulang sekolah nanti temenin gue ke toko buku ya" (Namakamu) mengangguk.

***

"Kak gue pulang sama Iqbaal yaa, mau ke toko buku " pinta (Namakamu) pada Karel yang baru saja sampai ke parkiran.

"Ngedate mulu lo"Karel menarik gemas hidung (Namakamu).

"Duh!" (Namakamu) mengelus hidungnya yang memerah.

"Kita tungguin sampai Iqbaal dateng" ujar Devano.

"Repot bener kak" (Namakamu) terkekeh.

"Gapapa kan pong?" tanya Devano pada Steffi yang menggeleng seraya tersenyum manis.

"Gapapa"

Tak lama Iqbaal datang.

"Ada apa nih rame bener?" tanya Iqbaal sok terkejut.

"Nungguin lo" ujar Devano.

"Ngapain?" bingung Iqbaal.

"Biar adek gue gak sendiri"

One Day (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang