Memang pengecut

1.4K 151 18
                                    

Setelah turun dari motor, (Namakamu) langsung melangkah masuk ke dalam rumah, pipinya sudah basah oleh air matanya. Tadi Devano yang mengantar (Namakamu) pulang, Karel yang mengantar Steffi pulang atas permintaan Devano.

(Namakamu) melewati Dira begitu saja yang memasang wajah kaget sekaligus bingungnya.

"Dek kamu kenapa?" tanya Dira tentunya tidak dijawab (Namakamu).

Devano berlari menyusul (Namakamu), ia tahu (Namakamu) sedikit shock dengan kejadian tadi.

"Kak adek kenapa?"

"Bentar yaa ma" Devano berlalu begitu saja. Ia menyusulnya ke kamar.

Devano membuka knop pintu, namun (Namakamu) menguncinya dari dalam.

"Buka dek" ujar Devano seraya mengetuk pintu kamar (Namakamu).

"Biarin adek sendiri!" teriak (Namakamu). Ia menenggelamkan wajahnya pada bantal.

(Namakamu) tidak menyangka, Iqbaal tega menyakitinya dengan cara ini. Kali ini hatinya lebih sakit dari pada kemarin. Seolah pisau yang kemarin menggores hatinya baru saja di asah.

"Gue benci sama lo..hiks!" ujarnya walau hatinya tidak berkata demikian sepenuhnya.

Iqbaal adalah cinta pertamanya, begitu bodoh jatuh ke hati yang salah. Ia mengira Iqbaal bisa membalas perasaannya, ternyata tidak. Bahkan ia tidak menyangka bahwa dirinya jatuh hati pada Iqbaal. Padahal ia sudah wanti wanti sejak lama. Senua sudah terjadi, tidak ada yang perlu disesali.

'Clek!'

(Namakamu) mendongakkan wajahnya ketika pintu terbuka. Ah, sudah pasti dibuka dengan kunci cadangan.

Devano berjalan menghampirinya. (Namakamu) merubah posisi menjadi duduk. Devano lalu duduk di tepi kasur.

"Lupain dia, dia bukan cowok yang baik buat lo dek" Devano merengkuh tubuh mungil (Namakamu). Ia selalu nyaman dipeluk oleh Devano seperti ini. Ia memejamkan matanya. Mencoba agar tidak terisak lagi.

"Jangan deketin dia lagi, kakak khawatir" (Namakamu) hanya mengangguk pelan namun dapat dirasakan Devano.

Devano melepas pelukannya. "Jangan nangis lagi" ia mengelap pipi (Namakamu) yang basah dengan kedua jempolnya.

(Namakamu) hanya tersenyum tipis. Devano ikut tersenyum.

"Jangan bilang mama yaa" Devano mengangguk mengerti.

"Iya, nanti biar kakak yang cari alasan buat jelasin ke mama"

"Thanks kak"

***

'Dugh!'

"Sialan lo kampret!" Frendy beranjak bangun dari tidurnya ketika Iqbaal melemparkan tas mengenai wajah Frendy.

"Ngapain lo ke kamar gue?" Frendy melihat rambut Iqbaal yang berantakan dengan seragamnya yang sedikit kusut.

"Kenapa sih?" tanya Frendy ketika Iqbaal membantingkan tubuhnya di kursi belajar Frendy.

"Lo habis kesurupan?" Iqbaal tak kunjung menjawab membawa Frendy kesal bukan main.

Frendy melemparkan kembali tas Iqbaal mengenai kepala bagian belakangnya. Iqbaal tetap tak berkutik. Frendy mulai merinding sendiri. Ia perlahan turun dari kasur.

"Baal lo kenapa sih?" tanyanya sedikit lebih santai. Takut saja jika yang ada di tubuh Iqbaal makhluk lain.

Frendy perlahan mendekati Iqbaal. Ia mengernyit melihat sudut bibir Iqbaal yang sedikit memar.

"Baal lo habis tawuran dimana?" tanyanya asal.

Iqbaal melirik sinis, bulu kuduk Frendy berdiri seketika.

"Tawuran pala lo!"

"Lo Iqbaal kan?"

"Bukan, setan!" Frendy melototkan matanya.

"Gue serius!" balas Frendy.

"Gue udah ngelakuin hal bodoh Fren" gumamnya.

"Yang jelas, jangan kode kode, gue bukan cewek"

"Kampret lo!"

"Gue tadi hampir nyium (Namakamu) dan dia kelihatan ketakutan" lanjutnya.

Frendy mengeplak kepala Iqbaal. "Gila lo!"

"Katanya lo mau move on Baal! Tapi lo baperin anak orang lagi!" Frendy menggeleng gelengkan kepalanya.

"Enggak gitu! (Namakamu) terus maksa gue buat kasih tau alasannya, dan akhirnya gue gak bisa nahan emosi, waktu gue mau nyium dia, Devano dateng, gue di hajar sama dia"

"Haduhh baal baal!! Bego lo tolol!!" umpat Frendy.

"Lo besok harus minta maaf!" lanjut Frendy.

"Gue rasa gak perlu, kalau dengan gitu dia benci sama gue, gue gapapa"

Frendy tidak habis pikir dengan Iqbaal. "Pengecut!" umpatnya. Setelahnya Iqbaal beranjak kemudian setelah mengambil tasnya yang tergeletak di lantai ia keluar dari kamar Frendy.

"Lo laki gak sih!" teriak Frendy. Ia hanya bisa mengelus dadanya. Ia tidak berhak ikut campur.

***

Malam sudah menggantikan siang. Farhan baru saja pulang, ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Dira masuk ke kamar kemudian membuka lemari menyiapkan pakaian Farhan.

'Drrtt! Drrtt!'

Ponsel Farhan di atas nakas bergetar mengalihkan perhatian Dira. Ia melamgkah meraih ponselnya. Ia mengernyit melihat nama yang tertera adalah '2'.

"Siapa nih?" gumamnya. Ia memutuskan untuk mengangkatnya. Mungkin saja penting.

"Mas, anakmu ingin bertemu, sudah lama kamu tidak ke rumah" suara di seberang membuat Dira mengernyit dalam.

"Ini siapa ya?" tanya Dira. Namun sambungan terputus begitu saja.

"Aneh banget"

Farhan baru saja keluar dari kamar mandi.

"Ngapain ma?" tanya Farhan, Dira menoleh.

"Ini siapa pa? Nama di ponselnya 2, terus perempuan lagi, pake bilang anakmu mau ketemu segala, salah sambung kali ya?" wajah Farhan memucat seketika. Ia langsung merebut ponselnya membuat Dira tersentak.

"Kenapa ?"

"Ga.. Gapapa" ujar Farhan seraya menggosokkan handuk ke kepalanya.

"Itu siapa pa?" tanya Dira lagi. Ia berusaha berpikir positif dan tidak memikirkan yang aneh. Apalagi teringat ucapan Kayla tadi siang.

"Papa gak Kenal, salah sambung mungkin, papa gak pernah save nomernya, mungkin kepencet" Dira hanya mengangguk mengerti. Setelahnya ia keluar dari kamar.

Setelah pintu tertutup. Farhan menelepon balik nomor tadi. Tak lama panggilan terhubung.

"Kamu ceroboh banget, aku kan udah bilang jangan ngomong setelah pastiin suara aku"

"Maaf mas dari tadi Sasha nangis terus"

"Aku gak bisa pergi sekarang, besok aku akan menemui Sasha"

Terdengar helaan nafas berat dari seberang.

"Kamu bilang ke Sasha aku bakal ke sana besok"

"Iya" Farhan mengakhiri sambungan teleponnya. Setelah selesai mengeringkan rambut, ia keluar dari kamar untuk makan malam.

Bersambung..

Hayoo perempuan mana lagiii nih duhh ada ada aja deh papanya (Namakamu)..

Vote 60+ comment 10+?
Besok lebih panjang 3000+ kata kalau perlu 😂

Salam sayang,
Meliyana

One Day (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang