Iqbaal Bacot

1.5K 163 9
                                    

Hari ini seluruh siswa sibuk membersihkan kelas dan menyusun meja untuk pelaksanaan ujian semester ganjil besok.

(Namakamu) duduk di kursi semen yang menyatu dengan dinding kelasnya. Tangannya memegang kain lap yang sudah kotor.

"Cape gue!" Maura berjalan gontai menghampiri (Namakamu) dan duduk di sebelahnya. Ia baru saja menyelesaikan tugasnya yang sama seperti (Namakamu), yaitu membersihkan jendela.

"Udah lecek banget baju gue, untung gue bawa baju ganti" gerutu (Namakamu). Seragam yang tadinya putih bersih kini sedikit berdebu.

"Gue enggak bawa dong!" seru Maura.

"Gue bawa dua, gue tau lo enggak bakalan bawa"

"Ah makasih sayangku!" Maura hendak memeluk (Namakamu) yang sudah beranjak dari duduknya.

(Namakamu) menjulurkan lidahnya.

"Dah Ra!" (Namakamu) melambaikan tangannya yang membawa kain kotor seraya berlari kecil.

'Plup!'

Seorang pria memejamkan matanya. Kain yang di bawa (Namakamu) mengenai wajahnya persis. (Namakamu) menoleh, ingin saja ia tertawa.

"(Namakamu)!"

"Kak Karel sayang, gue enggak sengaja"

Devano dan Steffi yang melihat nasib Karel hanya menertawainya saja.

"(Nam), lo tahu gue ganteng? Kalau muka gue jadi jelek gimana?"

"Emang bisa gitu?" ledek (Namakamu).

"Lo emang selalu malang deh Rel" kekeh Steffi.

"Maaf ya kak, serius, enggak sengaja"

Karel berdecak.

"Kak, udah lama gue enggak ngelihat kalian bareng kak Aldi?"

"Oh, marahan mereka, Devano kan labrak Aldi" (Namakamu) membulatkan matanya. Sementara Devano ingin sekali menyumpal mulut Karel dengan sampah sampah kertas yang kini penuh di tong sampah.

"Kak Dev! Kan udah gue bilang!" (Namakamu) menghentakkan kakinya kesal.

"Gue enggak mukul deh serius! Gue ngomonng baik baik kok! Nanti deh pulang sekolah gue ceritain, jangan marah dong!" (Namakamu) berjalan berbalik arah kembali ke kelas sementara Devano menjambak jambak rambut Karel yang meringis seraya mendorong wajah Devano. Steffi hanya menatap geli pada keduanya.

***

Iqbaal menggendong ranselnya sebelah.

"Fren buruan!"

"Sabar anjir" Frendy mencari bukunya yang hilang di laci dengan meja yang sudah disusun acak membuatnya kesusahan.

Iqbaal memutar bola matanya.

"Nah ini!" Frendy bersorak ketika berhasil mendapatkan bukunya kembali.

"Ayo"

Keduanya berjalan menunggu (Namakamu) dan Maura di ujung tangga. Setelah (Namakamu) dan Maura ini sudah turun Iqbaal dan Frendy serentak merangkul lehernya membuat kedua terkejut karena Iqbaal dan Frendy tadi bersembunyi di balik tangga. Untung saja tidak jantungan.

"Hallo pacar Iqbaal tampan manis tidak sombong sejagat raya dengan sejuta pesonanya!" ujar Iqbaal tanpa menggunakan spasi. Frendy hanya bisa menirukan reaksi ingin muntah.

"Mau seperti tetangga?" tanya Frendy pada Maura.

"Ih! Apaan sih? Geli tahu!" (Namakamu) bergidik menjauh dari Iqbaal.

Maura menggeleng. "Alay"

"Eh kabur masa depan gue" ujarnya pada Frendy seraya menunjuk (Namakamu).

"Bodo Baal Bodo! Enggak Peduli!"

"Buktinya kabur" Frendy tertawa bersama Maura.

Iqbaal langsung menyusul (Namakamu).

"Mau ke mana nona?" Iqbaal berhenti di depannya. (Namakamu) menatapnya datar.

"Pulang lah"

"Pulang sama siapa?"

"Kak Karel lah"

"Mana kakak mu itu nona? Udah pada pulang!" Iqbaal menggeser tubuhnya agar (Namakamu) bisa melihat parkiram dari kejauhan yang memang sudah tidak ada orang.

"Ish! Kok gue di tinggalin sih!" (Namakamu) berdecak, pasalnya Karel tidak mungkin marah padanya karena kejadian tadi.

"Aku yang minta mereka duluan, biar aku yang anter" Iqbaal terkekeh kemudian memgacak rambut (Namakamu) gemas.

"Dasar! Kesempatan dalam kesempitan" gumam (Namakamu) seraya merapikan rambutnya.

"Kan mulai besok sampai seminggu ke depan udah ujian, jadi mana bisa berduaan gini" Iqbaal mengeluarkan motornya.

"Iya deh" (Namakamu) kemudian menaiki motor Iqbaal.

"Pacarnya licik" ujar Frendy.

"Emangnya kamu enggak?" tanya Maura.

"Aku mah apa adanya ke kamu" Frendy menyentil pelan hidung Maura yang kemudian mendengus.

"Halah, lo pacarin gue karna mau jatah makanan gue kan?"

"Ra enggak usah ngajak ribut deh"

***

"Mungkin minggu ini aku jarang hubungi kamu dulu ya" motor Iqbaal berhenti dengan mulus di depan rumah (Namakamu).

"Aku juga kak"

"Tapi tenang, habis ujian kita bisa ketemuan langsung" Iqbaal menaik turunkan alisnya menggoda.

"Ih, apaan sih!" (Namakamu) mencubit pipi kiri Iqbaal dengan gemas.

"Aw! Sakit sayang!"

"Kak Iqbaal!" seru (Namakamu) tertahan ketika Iqbaal terus menggodanya seperti ini. Pipinya memanas. Pastinya sudah merona.

"Merah yaa" Iqbaal menusuk pipi (Namakamu) yang kemudian memukul tangan Iqbaal.

"Aku pulang dulu, jangan rindu ya"

"Enggak bakal"

"Lihat saja siapa yang bakal rindu duluan" tantang Iqbaal.

"Dih! Sana pulang"

"Ngusir?"

"Enggak usah bacot kak, sana" Iqbaal terkekeh kemudian melambaikan tangannya.

"Hati hati"

Bersambung..

Pendek doang maaf elah
Gak ada ide

Btw
Baca sampai habis nih
Info!

Hmmm

Gue minta maaf sebelumnya

Alone gak jadi gue publish deh .
Karna alasan tertentu
Sebagai gantinya yaa romance aja lagi yaaa hehe

Yaa thanks yang udah baca sampai disini

VOTE 80+ COMMENT 25+?

gak nyampe sad ending😂

Ngancemnya kok gitu🙄

Follow ig gue yaa @meliyana.j

Thankyou

Salam sayang,
Meliyana

One Day (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang