(Namakamu) sudah sampai dirumah, lamgsung masuk ke kamar menyerahkan diri ke ranjang. Hanya sunyi setelah Iqbaal jauh. Menunggu delapan jam untuk Iqbaal sampai ke negara asing. Rasa khawatir dengan Iqbaal tentunya ada, sekalipun Iqbaal seorang lelaki.
"Lambat banget geraknya" (Namakamu) melirik detak jam di pergelangan tangannya. Seolah begitu lambat walaupun sedetik saja. Apalagi delapan jam.
Devano membuka pintu, bersidekap dada menatap sang adik yang tak berdaya disana.
"Segan hidup dek?" (Namakamu) membalikkan badannya.
"Lemes aja gue" ujarnya dengan tak bertenaga.
"Beli coklat yuk" Devano tahu apa yang membuatnya kembali hidup.
Mata (Namakamu) berbinar. Ia segera beranjak menghampiri sang kakak.
"Ayo!"
***
Devano hanya meringis melihat belanjaan (Namakamu) yang begitu banyak. Ia melirik miris isi dompetnya yang pasti terkuras.
"Napa muka lo gitu? Nyesel ya bawa gue belanja?"
"Enggak gitu sih, tapi buat beli coklwt doang ini lo malah beli makanan untung jatah sebulan" Devano mengacak gusar rambutnya.
"Ya elah, biar bisa nyetok kali, kalau gue galau tiba tiba kan bisa gue makan"
"Iqbaal pulang nanti pasti langsung mutusin lo deh" ucap Devano yakin.
"Heh!" sentak (Namakamu) tak terima.
"Badan lo pasti ngembang" ledek Devano. (Namakamu) mengerucutkan bibir menggerutu
"Ish! Nyebelin!"
***
"Ya ampun dek!" Devano tersentak melihat bungkusan berserakan di lantai kamar (Namakamu). Hampir seperempat cemilan ia habiskan sendiri."Gue dari tadi nunggu kak Iqbaal telepon, jadinya gue makan deh sambil nunggu"
"Itu makanan dua hari juga habis!"
"Beli lagi"
"Yeh! Ngomong lo gampang, duitnya! Pake uang lo jangan pake uang gue!"
"Gak ikhlas banget"
Ponsel (Namakamu) bergetas di atas kasur.
"Kak Iqbaal!" pekik (Namakamu) langsung menyambungan video call dari Iqbaal.
"Hai (Namakamu)" sapa Iqbaal. Pria ini berada di kamar dan sepertinya baru selesai mandi karena rambutnya masih basah.
"Maaf ya baru kabarin, tadi aku sampai dua jam yang lalu, capek banget terus tidur deh bentar habis itu mandi baru nih telepon kamu" jelas Iqbaal sambil menyengir
"Gapapa kok aku ngerti"
"Halah! Bacot! Dari tadi tunggu lo Baal sampe lemes banget kayak segan buat hidup!" teriak Devano, setelah itu ia keluar dari kamar.
"Kak!"
"Wah segitunya kamu" kekeh Iqbaal.
(Namakamu) tersenyum kikuk
"Gimana di sana? Seru? Nanti ajak aku ke sana ya"
"Iya tempatnya bagus, pokoknya aku bakal bawa kamu ke sini"
"Banyak bule cantik?"
"Banyak dong" Iqbaal menutup mulutnya seketika. (Namakamu) melotot dari layar.
"Canda sayang"
"Cantikan kamu"
"Gak ada yang bisa gantiin posisi kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day (COMPLETE)
Fiksi RemajaGimana rasanya punya kakak rasa pacar, kalau gak ada dia sehari kosong deh hidup lo dan punya idola sekolah yang kepedean banget sama lo?? Tiap hari selalu digangguin, emosi terus deh pokoknya kalau udah berhadapan dengan dia "Kita itu kaya matahari...