Jam pelajaran sedang berlangsung, bu Gita memberi tugas lalu izin keluar kelas.
Maura meletakkan pulpennya di meja, sedari tadi ia tidak fokus dengan tugasnya. Ucapan seseorang berputar di kepalanya.
"(Namakamu), lo beneran suka kak Iqbaal ya?" tanyanya langsung pada intinya. Ia tidak suka basa basi.
(Namakamu) menghentikan aktivitas menulisnya, ia menoleh pada Maura dengan dahi berkerut.
"Kan udah gue bilang gue gak akan suka sama dia"
"Lo pasti bohong kan?"
"Kok bohong?"
"Kak Frendy yang bilang ke gue kalau lo suka kak Iqbaal"
"Hah?" (Namakamu) hanya menganga dengan ucapan Maura. Lagipula, Frendy tau dari mana. Apa ia anak titisan dukun?
***
Maura mengigit burger lalu menguyah dengan antusias. Tiba tiba seseorang menepuk bahunya reflek ia menoleh.
"Sini bentar" Frendy menarik lengan Maura menjauh dari toilet. Keduanya seraya berjalan di sepanjang koridor.
"Eh kayanya kita harus kasih kejutan buat Iqbaal sama temen lo itu deh"
Maura mengernyit. Ia menghabiskan burgernya.
"Kenapa? (Namakamu) gak ulang tahun kak" ujarnya dengan polos.
"Mereka berdua saling suka, perlu kita comblangin itu mah! Dari pada gak ada yang maju kan gengsian!"
"Hah? Saling suka? Yang bener lo kak, jangan bercanda"
"Ih gue serius, gue liat sendiri tuh tadi diem diem saling liat terus senyum senyum sendiri, apa coba kalau gak suka? Feeling gue itu kuat asal lo tau"
Maura merasakan hatinya remuk. Yang benar saja (Namakamu) mengkhianatinya. Ia sudah berjanji bahkan bersumpah tidak akan suka pada Iqbaal. Tapi ucapan Frendy sukses menghancurkan hati dan harapannya pada Iqbaal yang mengambang di udara.
"Serius? Beneran? Sumpah lo kak?" Maura menganga sambil meremas jarinya sendiri. Sementara Frendy mengangguk antusias dengan senyum mengembang. Dan ekspresi itu sangat membuat Maura kesal dan ingin sekali meninjunya. Tapi ia masih mau hidup dan mengurungkan niatnya.
Maura berjalan meninggalkan Frendy begitu saja. Ia lebih memilih duduk diam di kelas ketimbang berbicara dengannya.
"Heh! Mau kemana? Belum selesai nih woi!" teriak Frendy namun Maura tidak menghiraukannya dan terus berjalan.
***
"Masa lo percaya sama kak Frendy sih?"
"Yaa gatau gue" Maura menggedikkan bahunya kemudian kembali menulis. Ia pikir lebih baik ia buktikan sendiri dari pada mendengar dari orang lain.
"Enggak, itu gak bener, mana mungkin gue suka ra" ujar (Namakamu). Namun jauh di dalam hatinya memberontak. Ia mengutuk dirinya sendiri.
(Namakamu) melihat dari sudut matanya sepertinya di depan kelas terdapat seseorang yang sedang melambaikan tangannya. Ia segera melihat ke arah pintu. Dan benar saja. Ia sedikit terkejut dan melirik Maura yang kini juga meliriknya.
"Sini!" ucapnya pelan.
(Namakamu) mengernyit. Bingung siapa yang di panggil tetapi pria ini menatap dirinya. Ia menunjuk dirinya sendiri seraya berkata 'aku?' tanpa suara. Pria itu menggangguk. Ia segera menghampirinya. Seisi kelas mendadak bersorak membuatnya risih.
"Kenapa kak? Kok ke sini sih?" tanya (Namakamu). Pria tadi sudah sedikit menjauh dari depan pintu.
"Lagi gak ada guru" ucapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day (COMPLETE)
Novela JuvenilGimana rasanya punya kakak rasa pacar, kalau gak ada dia sehari kosong deh hidup lo dan punya idola sekolah yang kepedean banget sama lo?? Tiap hari selalu digangguin, emosi terus deh pokoknya kalau udah berhadapan dengan dia "Kita itu kaya matahari...