Please di vote comment jangan baca terus pergi tanpa jejak kaya doi yang cuma read chat tanpa bales *eh
Happy Reading..
***
Kedua pasang kaki ini melangkah menyusuri luasnya Dufan. Keduanya bercanda tawa seraya menunggu kedatangan Devano bersama Steffi. Matahari tak segan membakar kulit yang telanjang. Namun (Namakamu) tida peduli dengan itu. Ia sedang bahagia.
'Tring!'
(Namakamu) meraih ponselnya di sling bag yang ia bawa.
"Eh kak Dev udah sampai nih"
"Dimana dia?" tanya Iqbaal.
(Namakamu) membawa pesan yang dikirimkan Devano.
"Oh di biang lala"
"Ya udah yuk" Iqbaal menyelipkan jemarinya diantara sela sela jari (Namakamu).
(Namakamu) tersenyum menatap genggaman tangan Iqbaal yang seolah tidak ingin melepasnya sedetik pun.
"Nih udah gue beliin empat tiket" Devano menunjukkan tiket biang lala yang sudah ia bayar.
"Kak Dev! Gue kan takut ketinggian! Lo ngapain beli segala sih!" (Namakamu) mengerucutkan bibirnya.
"Kan ada Iqbaal" ujar Devano.
"Enggak! Gue enggak mau" (Namakamu) menggelengkan kepalanya seraya bersidekap dada.
"Enggak apa apa tahu (Nam).. Tenang aja ada pacarnya tuh" bujuk Steffi setengah menggoda.
Iqbaal gemas dengan (Namakamu) yang bertingkah seperti ini.
"Kenapa sih takut sama ketinggian? Enggak banget deh kamu"
"Aku jagain kok tenang" Iqbaal mengacak pelan rambut (Namakamu).
"Enggak mau kak" (Namakamu) memasang puppy eyes andalannya. Tidak, Iqbaal tidak akan luluh dengannya.
"Seret Baal" ujar Devano merangkul Steffi untuk mengantri masuk ke biang lala.
Iqbaal akhirnya merangkul leher (Namakamu) dan membawanya paksa , terkesan menyeret.
"Kak Iqbaal! Anjir!"
Keempatnya sudah masuk ke biang lala Devano duduk disebelah kiri Steffi dan duduk berhadapan dengan (Namakamu) dan Iqbaal.
Wajah (Namakamu) mulai memucat. Biang lala di dufan cukup tinggi. Ia tidak mau berpikir yang tidak tidak, namun tidak bisa. Ia sering bermimpi jika ia jatuh dari ketinggian. Hal itulah yang membuatnya menjadi phobia sendirinya. Ia takut jika mimpinya menjadi kenyataan.
"Ya ampun (Namakamu) pucat" ujar Steffi, ia menepuk kaki Devano. Devano dan Iqbaal lantas menoleh menatao wajah datar (Namakamu) yang memutih.
"Dibilangin aku enggak mau naik" (Namakamu) memeluk Iqbaal saat biang lala mulai bergerak ke atas.
Iqbaal memeluk erat (Namakamu). Dilihatnya mata (Namakamu) mulai berkaca kaca. Ia tidak menyangka (Namakamu) akan seperti ini.
Iqbaal mengode Devano seolah berkata.
"Nangis nih"
"(Nam) maaf ya aku udah maksa, jangan takut"
"Dek, lo enggak apa apa?" tanya Devano. (Namakamu) sepertinya kesal dan mendiaminya.
"Liat deh pemandangannya bagus (Nam)" ujar Iqbaal berusaha menghilangkan rasa takut (Namakamu).
(Namakamu) perlahan menoleh ke jendala. Dilihatnya memang indah pemandangannya. Biang lala mutar turun, perlahan rasa leganya muncul namun kembali saat kembali berputar naik ia mengeratkan pelukannya dengan Iqbaal. Memeluk Iqbaal seperti ini dan melihat pemandangan indah. Perlahan ia lupa dengan rasa takutnya. Ia mulai menikmati pemandangan dan tentunya pelukan sang kekasih. Devabo dan Steffi hanya terkekeh melihat sepasang kekasih didepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day (COMPLETE)
JugendliteraturGimana rasanya punya kakak rasa pacar, kalau gak ada dia sehari kosong deh hidup lo dan punya idola sekolah yang kepedean banget sama lo?? Tiap hari selalu digangguin, emosi terus deh pokoknya kalau udah berhadapan dengan dia "Kita itu kaya matahari...