12-Betrayal🔫

820 102 8
                                    

Alban saat ini merasa sangat emosi, ia menuju ruangannya dan membanting pintu disana. Seorang asisten yang melihat kejadian itu langsung mengetuk pintu ...

"Pak, Anda tidak apa-apa?" tanyanya cemas, namun tak ada jawaban di sana.

Beberapa menit kemudian pintu ruangan Alban terbuka, menampilkan Tn.Gerald

"Alban," panggilnya.

"Kenapa Ayah datang kemari? biasanya pun Ayah selalu menyuruhku datang ke ruangan Ayah!"

"Apa yang terjadi denganmu?" tanya ayahnya. "Ayah dengar kamu tadi marah-marah," lanjutnya.

Asisten itu benar-benar memberi tahu ayahnya.

"Tidak apa-apa," jawab Alban

"Bagaimana gadis kemarin? Sudah kamu periksa?"

Seketika Alban bingung harus menjawab apa. Apakah ia kecolongan saat ini ...

"Bukan siapa-siapa, cuma gadis rantau," kata Alban menutupi kebingungan yang kini melanda dirinya.

"Kamu kenal dia?" tanya Tn.Gerald

"No," jawab Alban

"Kenapa berbohong?" tanya Tn.Gerald,

"Darimana ayah tahu?" Alban yang melontarkan pertanyaan itu merasa dirinya begitu bodoh. 'Pertanyaan konyol' katanya pada dirinya sendiri. Untuk apa bertanya sudah jelas keamanan kantor Ayahnya ini begitu ketat.

Tuan Gerald tertawa mendengar penuturan anaknya. "Mengapa Albanku menjadi bodoh seperti ini. Siapa gadis itu? Pacarmu?" Tanya Ayahnya lagi.

"Bukan!" jawabnya dengan nada yang terdengar frustasi.

"Lalu kenapa? Kenapa dengan sikapmu hari ini. Semua orang bertanya kepadaku 'siapa gadis yang dibawa Tuan Alban kemarin, mengapa ia membawanya ke dalam mobil? Mengapa ini itu' huh ramai sekali!" Jelas Ayahnya, mencoba mencairkan suasana.

Alban tidak menanggapi perkataan ayahnya.

"Tetaplah berhati-hati. Kita sedang menjalankan misi besar, jangan sampai kau lengah Alban. Ayah pergi dulu," ucap tuan Gerald menasehati sambil menepuk pundak Anaknya, kemudian bergegas menuju pintu...

"Satu lagi," tambahnya "jangan sampai fokusmu terganggu, apalagi karena seorang perempuan ... Dan yang terpenting jangan sampai bodoh karena cinta," kemudian Tn.Gerald keluar dari ruangan itu.

Entah kenapa saat Ayahnya berbicara seperti itu, ia langsung teringat...

Brak

Pintu ruangannya dibuka secara kasar.

Andy, rekan kerja sekaligus bawahannya itu tiba-tiba masuk dengan nafas tersengal-sengal.

"Al, tempat lo yang di North deket pantai diretas musuh," kata Andy, bukan tidak sopan memanggil Alban seperti itu, Alban yang menyuruhnya memanggil nama saat sedang berdua. Terkecuali memang saat rapat atau di lingkungan kerja, Andy memanggilnya dengan subjek 'Pak'.

Andy ini memang sudah berteman lama dengan Alban. Ia selalu menemani Alban menyelesaikan masalah perusahaannya. Tangan kanan, Bisa dibilang begitu.

Alban menarik nafas panjang. Kemudian meninju meja berlapis kaca didepannya.

Bugh..

Prang..

Andy yang melihat itu begitu terkejut, pasalnya Alban tidak pernah marah seperti itu. Ia tahu sahabatnya ini bukan tipe orang yang kasar. Apakah saat ini moodnya sedang tidak baik? Pikir Andy.

HERETOFORE [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang