9-Who you are?🔫

970 154 12
                                    

"Stop, jangan mendekat lagi!" katanya. "Kenapa kamu ada disini?" tanya Zelda.

"Harusnya aku yang bertanya, kenapa kamu bisa berada di sini?" Alban membalikan kembali pertanyaan itu kepada Zelda.

"Jadi bener kamu itu orang jahat?. Sejak pertama kali, bahkan sebelum aku menginjakkan kaki di kota ini aku sudah terkena masalah, begitu juga dengan hari ini. Setiap kali aku mendapat masalah pasti disitu ada kamu, kenapa?" tanyanya dengan nada frustasi.

"Mending kalo masalahnya biasa. Ini apa? Harus berurusan sama orang-orang berjas, bawa senjata api," jelasnya lagi sambil menahan tangis.

Alban masih bingung dengan keadaan ini. Yang ia pikirkan hanyalah, mengapa gadis ini datang ke perusahaannya kemudian menanyakan hal yang tidak seharusnya ia tanyakan.

"Terus saja kamu bilang saya orang jahat, kapan? Kapan kamu melihat saya melakukan kejahatan?" Alban mebubah bahasanya menjadi formal saat ini.

"Zelda, dengarkan saya. Jika kamu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tolong jangan langsung menyimpulkan. Apa yang ada di pikiran kamu itu belum tentu benar. Apa yang kamu lihat ataupun kamu dengar sekalipun itu belum tentu benar, jadi saya tegaskan! Cari fakta sebelum anda berbicara!" tegasnya dengan nada yang begitu dingin.

"Apa lagi Alban ... Apa lagi yang mau dijelaskan?" Tanya Zelda lagi dibarengi gestur tubuh frustasinya.

"Kalau saya orang jahat, mungkin kamu tidak akan sampai di kota ini. Saya tinggalkan kamu di pesawat dan biarkan kamu ikut terbakar bersama ledakannya, saya tidak akan membawa kamu ke rumah sakit, atau bahkan saya tidak melepaskanmu hari ini karena kamu sudah melanggar privasi perusahaan Ayah saya!" Setelah berbicara seperti itu Alban hendak meninggalkan Zelda diruangan itu.

Mendengar kata terakhir yang Alban ucapkan, Zelda sadar mengapa ia sampai ditahan di ruangan ini.

"Tunggu," cegahnya pada Alban, namun Alban tetap melanjutkan langkahnya menuju pintu.

"Kalo kamu orang baik, tolong yakinkan aku. Bawa aku keluar dari sini, aku mohon," pinta Zelda pada Alban.

Sesungguhnya Alban memang berniat menemui gadis ini untuk mengembalikan kalungnya, tapi saat ini ia merasa sangat emosi. Bahkan niatnya untuk mengintograsi gadis itupun tidak jadi ia lakukan.

Alban keluar dari ruangan itu.

"Amankan ruangan, jangan sampai ada yang masuk dan jangan sampai dia terluka. Sedikitpun!" kata Alban pada anak buah Ayahnya saat keluar dari pintu ruangan tadi.

Zelda yang kini ditinggal sendirian di ruangan itu kembali menitikan air matanya. Ia meratapi nasibnya, betapa malang dirinya yang berniat mencari ayahnya malah berakhir disini.

"Mungkin aku gagal mah, maafin Nixie kalo gak bisa memenuhi amanat mamah," katanya berbicara sendiri.

---

Setelah sekitar 3 jam Zelda di dalam ruangan itu, kemudian seseorang masuk...

"Ayo ikut aku!" ucap Alban pada Zelda.

"Kemana?"

"Keluar dari sini, kan?" Alban balik bertanya

Zelda malah diam disana.

"Kamu masih nggak percaya sama aku?" Tanya alban, kini bahasa dan nadanya berubah tidak se-formal tadi,

Kemudian Zelda bangkit dari duduknya, lalu ia keluar bersama Alban. Saat keluar dari pintu terlihat banyak pengawal disana, seketat itukah Zelda dijaga di ruangan itu?. Zelda menundukkan pandangan saat dirinya dan Alban menjadi pusat perhatian orang-orang disini.

"Angkat kepalamu Nona," kata Alban lembut yang kini beradaa disampingnya, entah sejak kapan. Setahu Zelda tadi Alban berada di depannya dan dirinya membuntut di belakang. Mungkin Alban mengerti bahwa ia merasa was-was disini.

-•-•-

Kini mereka berdua berada di dalam mobil, saat Zelda bertanya kemana, Alban menjawab akan mengantarnya pulang. Tetapi ada beberapa pertanyaan serius yang Alban lontarkan selama perjalanan. Tentunya dengan suasana lebih cair.

"Jadi, apa tujuanmu menanyakan tentang Altair Grup?" tanya Alban.

Zelda diam, terlihat seperti ingin mengungkapkan sesuatu tetapi ia tahan.

"Emm, itu ..." ucapnya tidak yakin. Melihat gelagat Zelda, Alban kembali membuka suara.

"Katakan saja! Percaya padaku semuanya aman, kau tidak perlu cemas. Terkecuali kamu memang orang suruhan yang ditugaskan meretas privasi perusahaan Ayahku."

Mendengar itu Zelda lantas terkejut, ia sadar mengapa kejadian tadi bisa terjadi. Wajar saja perusahaan besar!
Zelda mengerti maksud perkataan Alban yang seakan-akan menanyakan intinya.

"Alban?" ucap Zelda dengan nada yang entah seperti apa bisa membuat Alban tiba-tiba menginjak pedal rem.

"Aww." Reflek Zelda saat lututnya terbentur mobil.

"Maaf," kata Alban, "lanjutkan ..."

"Aku harap aku ga salah cerita, setelah beberapa kejadian yang aku alami dan disana ada kamu. Sekarang aku percaya sepenuhnya bahwa kamu-" kata Zelda menggantung.

"Emm ... Maaf sempat menuduh dirimu yang tidak-tidak. Tujuanku datang ke kota ini adalah untuk mencari Ayahku, dari awal aku datang sampai hari ini, aku belum menemukan petunjuk apapun.
Setiap hari aku coba mencari informasi di seluruh sumber tapi nihil. Tadinya aku hanya ingin mencari data informasi saja siapa tau ayahku ada di perusahaan itu, sebab aku mencari data di segala sumber yang membahas informasi pribadi Altair Grup itu enggak ada. Mangkanya aku nanya itu," terang Zelda pada Alban.

"Tenang aku bukan orang suruhan siapa-siapa ko, percaya sama aku. Bahkan tadinya aku mau minta tolong kamu buat bantu cari Ayahku tapi aku gatau kamu dimana, eh malah ketemu lagi. Meskipun ketemunya selalu gini si," ucap Zelda kikuk.

Alban rasa apa yang diucapkan Zelda benar adanya. Baiklah mungkin ia bisa percaya pada gadis itu, tak ada hubungannya dengan musuh.

Mereka sudah sampai di depan rumah Nevva, sebelum Zelda keluar Alban mengeluarkan sesuatu dari kantongnya dan menunjukkannya pada Zelda.

"I-itukan kalung aku," ucap Zelda sedikit terkejut, "ya ampun, aku kira hilang dimana, untungnya ada di kamu, makasih ya Al itu penting banget buat aku," kata Zelda hendak meraih kalung itu namun Alban menjauhkannya.

"Kalungnya aku simpan, sebagai jaminan aku harus percaya kamu atau nggak," kata Alban.

"Loh ko gitu?" tanya Zelda

Alban menaikan sebelah alisnya.

"Baiklah yang penting aman, awas kalo ilang. Ngomong-ngomong mau mampir dulu?" ucapnya seraya melepas sealtbet. Alban menjawabnya dengan gelengan, kemudian Zelda keluar dari mobil Alban.

"Terimakasih banyak Alban Rigel Putra," kata Zelda sambil tersenyum manis kepada Alban, tanpa sadar Alban pun membalas senyuman itu meskipun tidak terlalu jelas. Setelah itu mobil Alban melaju dan Zelda melambaikan tangannya.

-•-•-

Diseberang sana terlihat seorang laki-laki sedang mengepalkan tangannya sambil berucap..

"Sepertinya di dunia ini kita memang ditakdirkan untuk menjadi lawan bersaing dalam segala hal."

•••

Salam Hangat 🌹

HERETOFORE [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang