5-Caffe🔫

1.4K 196 4
                                    

Zelda tidak sadar sejak menyelesaikan acara mengisi perutnya, ia tertidur begitu pulas dan cukup lama.

Jam sudah menunjukkan pukul 09 malam, waktunya cafe ditutup.

———

"Permisi Tuan, cafenya akan segera ditutup," ucap pelayan wanita dengan sopan.

"Ah ya, saya akan segera ke—" ucapan Alban terhenti saat seorang perempuan di ujung kiri depan cafe berteriak histeris.

"Kyaaa ... maafkan saya tuan, maafkan saya."

Beberapa petugas cafe menghampiri seorang gadis yang sepertinya sedang mengigau. Kemudian mereka berusaha membangunkan gadis itu.

"Nona anda tidak apa-apa?" ucap seorang petugas cafe.

Zelda yang masih merasa syok dengan mimpi buruknya tidak langsung menjawab pertanyaan itu.

"Silahkan minum dulu," pelayan wanita itu menyodorkan segelas air putih.

"Terimakasih, maaf saya jadi merepotkan," Zelda menerima air itu.

Saat melihat ke jendela, langit sudah berwarna hitam pekat, lantas Zelda melirik jam yang melingkar di tangannya.

"Astaga, lama banget aku tidur," Ia tahu cafe akan segera ditutup, masih dengan kondisi bangun tidur ia beranjak dari duduknya sambil meminta maaf atas ketidaksadaran—nya.

Saat Zelda hendak keluar cafe, ia masih linglung dan kurang fokus memerhatikan jalan. Tidak sadar ada pintu di depannya ...

Dug

"Aww," jeritnya refleks.

Saat itu pula Alban hendak keluar dari cafe. Melihat kejadian itu ia menggelengkan kepalanya.

"Gadis bodoh," ejeknya.

Zelda mendengar suara lelaki di belakangnya. Merasa tersinggung atas ucapan itu, ia langsung membalikan badan dan menginjak kaki Alban.

"Kurang ajar, orang kena musibah bukannya ditolongin malah ngatain, emang dasar ya cowok—"
Sambil terus berbicara Zelda menonggakan kepalanya ke atas, saat itu pula ia sadar siapa yang sedang ia ajak bicara.

"Ka ... kamu," Zelda terbata-bata.

"Udah marah-marahnya?. Tadi mau bilang dasar cowok apa?" kata Alban dengan santai.

"Cowok aneh, ngapain kamu disini. Kamu ngikutin aku kan? Ngaku ga. Atau jangan-jangan kamu orang jahat?" ucapnya dengan nada sedikit keras.

Merasa tempat ini tidak tepat untuk berdebat sampai petugas cafe mulai terlihat memerhatikan mereka, Alban menarik gadis itu keluar dari caffe dan membawanya menuju arah parkiran mobil.

"Ih lepasin ga, kamu mau bawa aku kemana. Lepasin ... sakit tau!" Gadis itu memberontak.

"Masuk!" titah Alban.

"Enggak," Zelda menolak. Saat ini tangannya masih di cekal oleh Alban.

"Saya bilang masuk!" titahnya dengan nada lebih mengintimidasi.

Mendengar nada itu, Zelda beralih menatap mata Alban. Saat itu pula ia menuruti perintah laki-laki yang dini hari tadi sempat membawanya ke rumah sakit.

Alban menutup pintu mobil, kemudian ia lanjut memasuki mobil dikursi kemudi.

Saat di dalam mobil, Alban melirik ke arah Zelda sebentar kemudian berbicara dengan pandangan tetap lurus ke arah depan.

"Nona dengar, apapun yang terjadi tentang pertemuan anda dengan saya sebelumnya. Tolong jangan bahas lagi kejadian itu, Anda ingat surat yang saya berikan? Sudah saya tuliskan salam perpisahan disana bagaimana mungkin anda bisa berpikir saya mengikuti anda.
Pertemuan ini hanya kebetulan. Jadi tolong, cukup anda membahas kejadian panjang hari ini. Jikalau kita bertemu lagi, anggap kita belum pernah bertemu sebelumnya. Paham?" terang Alban.

Merasa tak ada jawaban disana, Alban beralih melirik ke arah Zelda dan kemudian menatap gadis itu, namun yang ia lihat hanyalah tatapan kosong disana,

"Nona," Alban mengguncangkan bahu Zelda.

Zelda beralih menatap Alban tapi reaksi yang ia berikan hanyalah mata yang mulai berkaca-kaca dan mulut yang masih enggan mengeluarkan satu kata pun.

"Hey," ucap Alban dengan nada sedikit lebih pelan.

"Maaf, apa yang salah?" tambahnya.

Zelda berbalik ke arah jendela dengan posisinya kini membelakangi Alban.

Alban sedikit menyesal karena terlalu menuruti emosinya saat berbicara tadi. Alhasil, ia bingung sendiri apa yang harus ia lakukan saat ini.

———

"Aku mau pulang," kata itulah yang diucapkan Zelda.

Alban menghembuskan nafas lega, akhirnya setelah sekitar 5 menit mereka terdiam, Zelda berbicara juga.

"Dimana rumahmu?" tanya Alban.

"Aku bisa pulang sendiri," Zelda mecoba membuka pintu mobil.

"No!" cegah Alban. Kembali menarik Zelda duduk di mobilnya.

"Biar saya yang antar. Sebagai permintaan maaf telah mengejutkanmu."

"Enggak perlu," ucap Zelda dengan nada biasa.

"Harus!" Katanya sambil melajukan mobilnya membelah jalan kota di pinggir pelabuhan itu.








•••

Jangan lupa tinggalkan jejak:)

Salam Hangat 🌹

HERETOFORE [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang