22-Dinner🔫

538 67 2
                                    


Setelah kejadian di halaman rumah, sampai sore ini mood-nya belum baik. Pasalnya, Zelda merasa bersalah, bersalah pada Alban. Mengapa saat itu ia menerima ajakan Arpiar jalan bersamanya ... Dan yang ia sesalkan adalah, ternyata Arpiar ini dari perusahaan musuh Ayahnya Alban.

"Zel udahlah... Kenapa sih daritadi cemberut mulu?" tanya Nevva.

"Aku gatau kalo ternyata Arpiar itu musuhnya Alban, pantes aja waktu Alban liat aku sama dia, dia langsung marah ..."

"Cie ... Dilema nih ceritanya, gara-gara diperebutkan dua cowo yang dari dasarnya udah musuhan." Nevva menggoda Zelda sambil menekan-nekan benda pipih, memindahkan saluran channel TV.

"Bukan itu masalahnya Va, kamu inget kan waktu penyerangan di pesawat? Badge yang dipake Arpiar itu sama persis kayak yang dipake dua orang penyerang itu." Zelda menerka-nerka.

"What?? Lo yakin, masa sih! Salah liat kali."

"Aku baru sadar, waktu aku nyari informasi papa aku, aku nanya kenapa Altair Grup gabisa di cari informasinya dan kamu bilang kalo Altair Grup sama Antares Grup itu memang perusahaan besar yang ber-privasi. Dan kebetulan kedua grup itu punya persaingan berat iya kan?" Seperti sedang menyusun fakta, gadis itu mulai menyadari fakta-fakta yang sebelumnya ia ketahui.

"Maksud lo, Alban datang dari Altair Grup gitu? Ko lo baru ngasih tau gue si Zel! Kalo gue tau dari, awal mungkin gue gak akan bilang sama Arpiar tadi kalo orang yang dimaksud nada itu Alban. Kalo udah gini gimana dong?"

"Mau gimana lagi, aku udah kejebak." Zelda acuh tak acuh.

"Ini fatal menurut gue ...." Mendengar itu, Zelda malah melenggang dari sana. Tidak melanjutkan obrolannya dengan Nevva,

Hari sudah mulai petang, Ia memilih untuk pergi ke kamarnya dan bersiap-siap untuk acara dinner-nya bersama Alban dan Ayah Alban.

•••

Sekarang sudah pukul 6.30 PM yang artinya setengah jam lagi Alban akan menjemput dirinya. Zelda kali ini sudah selesai dengan kegiatan dandannya.
Dengan memakai baju atasan berwarna pink yang imut, dipadukan dengan celana jeans berwarna biru tua.
Rambut yang biasa ia kuncir satu pun kali ini sengaja terkepang asal namun terlihat rapi.

Rambut yang biasa ia kuncir satu pun kali ini sengaja terkepang asal namun terlihat rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kakak Zel kayak Princess." Nada memuji, bocah 6 tahun itu memang sangat akrab dengan Zelda sejak pertama bertemu. Mungkin karena sikap Zelda yang periang membuat anak itu nyaman bersamanya ....

"Terimakasih Nada, kamu juga cantik kok kayak tuan puteri." Zelda mencubit gemas pipi anak itu.

"Semoga lancar ya acaranya," ujar Nevva.

"Thanks Va."

Tak lama setelah itu Alban datang, Zelda pun langsung berpamitan kepada Nevva dan Nada.

"Bawa pulang lagi, jangan di apa-apain ya!" Alban yang mendengar itu langsung membalas dengan acungan jempol.

Di perjalanan menuju rumah Alban, Zelda hanya terduduk diam. Pasalnya ia tahu Alban memang belum memerhatikan penampilannya,

'arghh... Mengapa aku berpikiran seperti itu? Dan kenapa suasananya menjadi canggung begini.'

Alban berdeham memecah keheningan, kemudian melirik ke arah Zelda. Zelda pun ikut mengarahkan pandangannya ke arah Alban, menunggu apa yang akan pria itu katakan ....

"Kamu mau jadi Ice Cream Strawberry?" tanya Alban dengan nada serius. Zelda yang mendengar penuturan Alban itu mendengus kesal, bukannya memuji penampilannya ia malah meledeknya.

"Masa disamain kayak makanan sih," Zelda mengerucutkan bibirnya.

'Menggemaskan' itulah yang ada di pikiran Alban saat ini.

"Your beautiful more than a princess!"

Zelda melirik Alban sekilas kemudian mengalihkan pandangan keluar jendela, apa yang Alban katakan tadi? OMG!!! Zelda ingin berteriak saat ini.

Setelah selesai mengatur nafas dan meredam rona merah diwajahnya, Zelda bertanya pada pria itu.

"Apa katamu?"

"Emm... Bukan apa-apa,"

"Bisa katakan lagi?"

"Kalo bicara seperti itu kamu mirip Dora, katakan sekali lagi ..." Alban menirukan gaya bicara tokoh kartun Dora the Explorer itu.

"Cih... Dasar Peter Pan," ledek Zelda.

"Kalau aku Pan, kamu jadi Wendi Darling dong!! Memangnya kamu mau jatuh cinta sama orang yang gak berperasaan?"

"Yaudah sih emangnya aku udah jatuh cinta, kebetulan juga kamu orangnya gak berperasaan!" Zelda berbicara begitu saja. Sepertinya ia tidak sadar, karena saat ini ekspresinya sedang terkejut menyimak kata yang ia lontarkan sendiri.

"I-itu tadi emm ... Just kidding!"

Alban tidak menanggapinya.

Saat ini mereka sedang berada di sebuah jalan satu arah. Sebuah pintu gerbang berwarna hitam menjulang tinggi disana, saat mobil Alban tiba beberapa orang langsung membukakan pintu gerbang itu.

Zelda mengarahkan pandangan ke sekelilingnya. Bukan sebuah bangunan yang ia dapati melainkan masih sebuah jalan dihiasi lampu-lampu temaram serta beberapa buah lentera.
Kemudian ia melihat sebuah hiasan air mancur terpapar cahaya lampu berwarna biru, dengan sebuah patung berbentuk senjata api ditengahnya.
Sekitar 500m barulah ia mendapati sebuah mansion yang begitu mewah dan besar. Beberapa petugas berjas hitam tampak berlalu lalang disana, ada pula beberapa pelayan wanita juga yang sepertinya sengaja menunggu kedatangan mereka berdua.

Alban berhenti tepat di depan tangga utama bangunan besar itu, beberapa orang kemudian membukakan pintu mereka.

Alban keluar dari mobilnya begitu pula dengan Zelda.

"Selamat datang Tuan dan Nona, sudah ditunggu Tuan Besar di ruang utama," ucap salah seorang pelayan yang ditanggapi anggukan oleh Alban.

Zelda merasa dirinya sangat gugup. Tiba-tiba saja Alban menggandeng tangannya, memperlakukannya seperti pasangan ratu dan raja yang dikawal memasuki istana.

"A-aku nanti harus bicara apa," Gadis itu gugup, terdengar dari nada bicaranya.

"Tenangkan dirimu Nona." Nada lembut itu berasal dari Alban.

••••

Be enjoy :)

#Stayathome #Readingtogether

-

Don't forget to vote and comment for this story🖤

HERETOFORE [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang