24-Dress For Party🔫

562 57 2
                                    

Alban mengantarkan Zelda pulang ke rumah Nevva pukul 10 malam. Tak ada perbincangan saat diperjalanan pulang, Zelda masih bergelut dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada dipikirannya.

Saat hendak tidur, Zelda mengecek ponselnya dan terpampang sebuah notifikasi pesan disana.

WhatsApp

Alban Pan : Besok kita ke butik, beli baju untuk acara Anniversary perusahaan Ayah.

Zelda: hmm ... Jadi.
aku seriusan diundang?


Alban Pan : kamu pikir?
          : Ayahku bukan orang yang sering becanda, begitu pula dengan aku. Jadi, kalau memang tidak mau bilang saja.

Zelda : bukan begitu,
aku siap.   


Alban Pan : siap untuk?

Zelda : itu yang kata Tn.Gerald


Tak ada balasan lagi setelahnya.

"Ini manusia ko aneh ya, kadang manis, eh, tiba-tiba berubah. Terus apa maksudnya coba dia bawa aku ke Ayahnya, sedangkan hubungan aku sama dia juga kan nggak jelas. Tapi kok Tn.Gerald langsung bilang begitu seakan-akan aku itu orang penting di hidup Alban. Heran ...." Zelda menatap handphone, melihat roomchat-nya dengan Alban.

Satu hal yang tentunya harus selalu Zelda ingat,

Tujuannya datang ke Vancouver!

—•—•—

Terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumah, tak lama pintu terbuka menampilkan seorang lelaki dengan perawakan jangkung disana.

"Bagaimana?" tanya Ny.Collins yang langsung menyambut anaknya di sofa ruang tamu, mengingat saat itu Arpiar bilang ia akan menemui Zelda dengan menunjukan identitas perusahaannya.

"Ck ... Benar saja gadis itu sudah dekat dengan Alban, bahkan aku lihat Alban membawa Zelda ke mansion ayahnya! Dan dia ... Menghindariku."

"Lagi dan lagi, hidupmu hanya penuh rencana tapi tak terlihat bukti nyata! Kamu bilang akan memperkenalkan gadis itu pada Ibumu ini. Nyatanya, malah anak si Gerald itu yang menang lagi." Ny.Collins merasa kecewa pada tindakan anaknya yang terkesan 'No Action Talk Only'

"Tapi itu lebih bagus kan, aku bisa mengatur rencana lain." Arpiar mengambil sebuah vape miliknya yang berada di lemari, kemudian menghisapnya.

"No, no ... Mulai sekarang rencanamu cukup kamu saja yang tau, susun sebaik mungkin, lakukan semaksimal mungkin, kalau sudah ada hasilnya, baru bilang pada Ibu! Lebih baik, sekarang kamu pikirkan rencana untuk menghancurkan pesta besar Altair Grup yang akan diadakan beberapa hari lagi."

"Lihat saja nanti." Arpiar mengepalkan tangannya.

'I will destroy you, Alban.'

—•—•—

"Mengapa mengajakku kesini?" tanya Zelda yang saat ini sedang berada di lobi sebuah butik mewah.

"Menurutmu? Kita kesini untuk membeli makanan." Alban terus berjalan memasuki butik tersebut.

Zelda menghembuskan nafas gusar, sepertinya jika dengan pria ini ia tidak boleh salah bertanya.

"Ah ayolah Al, aku tidak mengerti sungguh." Gadis itu butuh jawaban, bukan tidak peka, sebenarnya semalam Alban sudah memberi tahu tujuan ajakannya, namun Zelda merupakan tipe manusia yang bila mendapat penjelasan, harus detail, sedetail-detailnya.

"Pilih baju yang kamu suka untuk digunakan ke acara besar Ayahku," terang Alban kemudian melangkah mendahului Zelda.

"Al tunggu, memang benar kata Ayahmu, nantinya disana aku sebagai emm ... Orang yang menemani kamu?" tanya Zelda sambil mengejar langkah Alban, ia sengaja menggunakan kata itu karena untuk kata 'pasangan' rasanya berlebihan.

Alban tidak menanggapi pertanyaan Zelda dan tetap berjalan, sedangkan Zelda merasa sulit mengimbangi langkah besar Alban.

"Ih, jalannya cepet banget sih Al!" Tanpa aba-aba, lelaki itu berhenti mendadak sehingga Zelda menabrak punggung tegapnya.

Alban mundur satu langkah kemudian meraih tangan Zelda agar bisa berjalan beriringan dengannya. Seketika Zelda membelalakan matanya.
Beberapa pelayan butik itu memperhatikan mereka, ada yang menutup mulutnya tak percaya, ada yang melihat keduanya dengan tatapan iri, adapula yang berbisik-bisik. Sepertinya para petugas butik itu mengenal siapa Alban.

"Hai Bro, baru lagi liat lo kesini," sapa seseorang dengan pakaian rapi yang datang dari arah depan keduanya. Kelihatannya seperti pemilik butik.

Alban menjabat tangan lelaki itu. "Apa kabar?"

"Baik, gimana Altair Grup? Gue denger mau ada acara pesta ya. Ayah lo ngundang Draco Grup juga, nanti gue dateng." Senyuman tercetak diwajah lelaki itu.

"Iya," jawab Alban singkat.

Zelda merasa keadaannya tidak disadari orang itu sehingga ia berdeham, mencoba menyudahi kecanggungan dirinya sendiri.

"Eh iya, tumben bawa cewek. Siapa?" tanya lelaki yang ternyata namanya adalah Deris, teman bisnis Alban.

Zelda memunculkan dirinya yang sendari tadi berada dipinggir Alban.

"Hai, Zelda Nixie, temannya Alban." Zelda memulai perkenalan itu. Bukan bermaksud genit, hanya bentuk kesopanan mengenal orang baru.

Deris menaikan sebelah alisnya sebelum membalas uluran tangan itu, "Deris Jeff."

"Aku mau mencari sebuah dress ..." Tak ingin berlama-lama gadis itu langsung mengikuti arahan Alban tadi, mencari baju untuk digunakan di acara ayahnya.

Lelaki itu kemudian memanggil salah satu pegawainya, lalu menyuruhnya untuk mencarikan sebuah dress yang cocok untuk Zelda. Tentu saja Zelda mengikuti penjaga toko itu dan meninggalkan Alban dan Deris.

"Tadi itu, cewek lo?" tanya Deris. Mereka memang sudah kenal lama jadi untuk pertanyaan seperti itu wajar menurutnya.

Alban hanya menanggapi Deris dengan sebuah senyum tipis. Sedangkan Deris masih dengan pikirannya yang keheranan.

'tidak salah lagi, gadis itu adalah gadis yang ia temui saat dirinya sedang bersama Arpiar di pusat perbelanjaan Vancouver. Bahkan ia memotret keduanya saat mereka sedang bermain, mengapa kini gadis itu bersama dengan temannya, Alban. Rasanya sangat tidak masuk akal.'

Zelda kembali saat sudah menemukan gaun yang ia rasa cocok untuknya. Kemudian Alban dan Zelda menuju kasir dan berpamitan pada Deris.

•••

Sudah terjawab siapa yang diam-diam fotoin Zelda sama Arpiar waktu itu.

Ikuti terus kisahnya, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab.
Tentunya akan ada konflik yang lebih menarik pula.

Keep enjoy this story 🖤

Follow Instagram @mwrldy

Salam Hangat 🌹

HERETOFORE [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang