28-Apartement🔫

541 45 4
                                    

'Terlambat Zel, orangnya sudah disini. Dan kita sedang dalam bahaya. Gue harap lo segera kesini tolongin gue.'

"Iya Zel," jawab Nevva. Saat itu pula Zelda mematikan sambungan teleponnya.

"Oke pertanyaannya. Siapa Zelda? Apa tujuannya datang kemari? Latar belakang keluarganya dan ... Apa yang sedang ia cari?" Arpiar langsung melontarkan pertanyaan secara bertubi-tubi dengan nada mengintimidasi.

"Bukannya lo udah tau jawabannya pas hari itu," jawab Nevva.

Arpiar tertawa mendengarnya. "Hahaha, anda pikir saya orang bodoh, hmm? Mana mungkin saya bisa percaya begitu saja. Dari obrolan hari itu, mengingat gerak-gerik kalian saja saya tidak pernah langsung percaya," tandasnya, tidak ada tatapan damai, bahkan bahasa yang digunakan Arpiar berubah menjadi formal. "Jangan bermain-main denganku, jika kamu tidak jujur dalam waktu 30 detik mereka berdua akan mati!"

Orang suruhannya itu langsung mendekatkan pisau yang mereka pegang masing-masing pada leher Nada dan Bi Jehan.

"O-oke stop!" Nevva mengangkat tangannya.

'Zel, maafin gue ya. Gue terpaksa harus ngasih tau identitas lo demi keselamatan ade gue.'

Nevva menarik nafas dalam. "Zelda datang dari Toronto, tujuan dia kesini untuk mencari ayahnya, dimana kata mendiang ibunya, ayahnya pergi ke tempat ini dan meninggalkan mereka saat Zelda berusia 3 tahun. Nama ibunya adalah Adeeva Tifan Aurora kemudian ayah yang dicarinya bernama Jison Abelardo."

"Baik, saya lepaskan mereka dengan satu syarat. Jangan pernah beritahukan kejadian ini kepada siapapun. Baik Zelda maupun Alban, apalagi sampai kamu melapor ke polisi. Saya jamin kalian bertiga akan kehilangan nyawa!"

"I-iya oke gue janji gak bakalan cerita ke siapapun jadi gue mohon, sekarang lepaskan mereka."

Setelah itu mereka melepaskan Nada dan Bi Jehan. Kemudian pergi dari sana.

—•—•—

Alban dan Zelda mendatangi rumah Nevva. Nevva mencoba menutupi ekspresi ketegangannya agar bisa bersikap biasa di depan keduanya. Begitu pula dengan Bi Jehan serta Nada yang diperingatkan Nevva untuk tidak angkat bicara.

"Va, nggak ada hal yang aneh kan?" sambar Zelda yang baru saja datang.

"E-enggak Zel, emangnya ada apa sih?" Sedikit sulit untuk bersikap tidak mencurigakan.

"Ceritanya panjang, semalem Arpiar hampir melakukan hal yang nggak baik ke aku. Kamu tau? Ternyata dia orang yang nyerang dipesawat itu dan kelihatannya dia bakal ngincar aku, mangkanya aku tanya ke kamu takutnya dia malah nyelaka-in kamu juga," terang Zelda sambil menghembuskan nafasnya, "jadi, mulai hari ini kayaknya aku gak bakal tinggal disini lagi deh Va. Aku bakal pindah."

"Kemana?"

"Mungkin di apartemen aku," tutur Alban.

Nevva melirik ke arah Alban. "Kamu yakin Zelda aman disana?" Pertanyaan itu ditanggapi anggukan oleh Alban.

"Aku takut kalo misalnya aku disini nanti kamu malah kebawa-bawa Va."

'Udah Zel, gue harap lo bakal selalu baik-baik aja atas apa yang terjadi hari ini. Gue takut Arpiar nyusun rencana lebih buruk buat nangkep lo.'

"Yaudah, lo jaga diri baik-baik ya. Gue sayang sama lo Zel, gue pasti bakalan kangen. Begitupun dengan Nada, rumah ini jadi sepi lagi deh," ucap Nevva sedih.

"Makasih banyak ya Va, kamu udah selalu baik sama aku, direpotin terus, makasih juga udah mau jadi sahabat aku." Zelda menghampiri Nevva kemudian mereka berpelukan.

HERETOFORE [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang