38-Break The Heart🔫

432 42 1
                                    

Setelah keberhasilan misinya di Amsterdam, Alban langsung kembali ke Vancouver. Sesampainya di bandara ia langsung menuju kantor pusat Altair Grup untuk melaporkan hasilnya, tak lupa ia akan menemui gadisnya yang sudah sangat ia rindukan itu. 'Ingin sekali memeluknya untuk melepas rasa rindu yang sudah meronta itu.'

Tiba di depan kantor Alban langsung melangkahkan kakinya. Ia disambut beberapa orang berpakaian jas hitam disana, setelah itu Alban bergegas untuk masuk ke dalam.

Pemandangan yang pertama ia lihat adalah Ayahnya yang sudah menanti kedatangannya, Alban datang dengan senyum tipisnya saat menatap Tn.Gerald, namun senyumannya tiba-tiba luntur saat melihat seorang gadis yang baru saja datang dan berdiri di sebelah Tn.Gerald.

Alban memperlambat langkahnya, rasanya ingin ia memutar balik badannya. Namun, ia tak boleh terlihat lemah seperti itu, mau tidak mau ia harus tetap menjaga wibawanya.

"Selamat anakku, you got it! Good job!" sambut Tn.Gerald sambil menjabat tangan Anaknya itu.

Tn.Gerald menggerakan matanya ke samping seakan memberi isyarat bahwa siapa yang ada disampingnya.

"Selamat Gel, kamu hebat," kata Ditha sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Alban. Ingin merasa terlihat baik-baik saja di depan papanya. Ia meraih tangan Ditha dan menyalaminya singkat.

"Sudah selesai kan pa? Aku ingin kembali ke apart—"

"Tetap disini, ayo ke ruangan. Ada yang mau papa bicarakan," ucap Tn.Gerald memotong pembicaraan Alban. Mau tidak mau Alban harus menurutinya.

—•—•—

Saat ini mereka berdua sedang berada di dalam ruangan Tn.Gerald.

"Kenapa reaksi mu biasa saja saat bertemu Ditha?" tanya Tn.Gerald pada anaknya.

"Memangnya sikapku harus seperti apa?" Alban berjalan ke arah sofa kemudian duduk disana.

"Bukankah kau masih mencintainya? Kini ia kembali Al, ternyata ia masih hidup." Tn.Gerald memerhatikan gerak-gerik Alban sendari tadi, nampaknya ia tak melihat respon baik dari ekspresi anaknya itu.

"Kembalilah menjalin hubungan dengan dia!" dalihnya.

Mendengar ucapan itu, Alban langsung mengepalkan tangannya.

"Bagiku dia sudah mati pah, tak ada lagi hatiku untuknya, lagipula, kali ini aku sudah bersama Zelda. Aku tidak mungkin memiliki dua wanita sekaligus," jawab Alban sambil membuka dasi yang ia kenakan.

"Tinggalkan dia!"

Alban mengalihkan pandangannya kepada Tn.Gerald, apa maksud dari perkataan ayahnya itu? dengan pancaran emosi pada matanya. Alban kembali bertanya ...

"Kenapa begitu?"

"Jauhi gadis itu, dia tak pantas bersanding denganmu, Alban!" kata-kata Tn.Gerald begitu menusuk.

"Atas dasar apa Ayah berbicara seperti itu? Mengapa tiba-tiba ayah menyuruhku menjauhi Zelda. Apa ini semua karena datangnya Ditha?" Alban bangkit dari duduknya.

"No, one reason to explain this! Intinya kamu tidak perlu menemui gadis itu lagi!"

"Never, Dad, aku menyayanginya dan—"

"Buang rasa itu jauh-jauh. Pergilah bersama Ditha, perlakukan dia seperti saat kamu begitu mencintainya. Jika kamu tetap berniat menemui gadis itu, Ayah tidak akan segan-segan membuangnya jauh-jauh dari kota ini, kalau perlu Ayah musnahkan dia!"

Alban bungkam. Apa yang diucapkan ayahnya tidak pernah main-main. Meskipun ia bingung mengapa ayahnya bisa berbicara demikian, ia tidak akan pernah bisa menentang ayahnya itu.

HERETOFORE [END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang