Chapter 19

61 22 89
                                    

Pagi telah tiba, sesuai dengan perkataan ibu semalam, mereka pun pergi ke kuil. Melihat sepinya kuil dan hanya terdapat beberapa biksu dengan suasana sunyi dan tenang disertai suara burung yang meramaikan pagi.

"Tidakkah kita terlalu kepagian? Lihatlah tidak ada siapapun. Bukankah kita hanya menganggu para biksu." Kata ayah.

Ibu melihat sekitar dengan mengabaikan perkataan suaminya dan terdiam melihat ke suatu arah.

"Itu... pria itu adalah pria kemarin." Kata ibu mendekati pria itu.

"Selamat pagi, aku tidak tahu bahwa tuan ternyata seorang biksu."

"Selamat pagi. Ikutlah aku."

Biksu itu membawa mereka dalam suatu ruang, menawarkan dan menyajikan teh yang beraroma harum pada mereka.

"Aku merasa tidak tenang setelah anda menyampaikan perkataan mengenai putriku kemarin. Aku sudah bertanya padanya dan dia bilang tidak merahasiakan apapun dariku." Kata ibu.

"Apakah ada sesuatu yang aneh pada putri kalian seperti tidur dalam waktu yang lama?"

"Tidak ada. Bisakah anda memberitahu kami, apa ada sesuatu yang buruk pada putri kami?" tanya ibu.

"Aku hanya merasa ada sesuatu yang mengikuti putri kalian. Itu hanya kecurigaanku, selama kalian bilang semuanya normal maka harusnya tidak ada apa-apa. Tapi, jika terjadi hal yang mencurigakan seperti putri kalian tertidur dalam waktu yang lama bahkan sampai berhari-hari dan kondisi tubuhnya semakin lemah maka segera kemari."

"Baiklah, kami mengerti. Terima kasih biksu." Kata ayah

"Panggil saja saya Biksu Yong."

Mereka memberi hormat lalu pergi menuju kedai. Selama dalam perjalanan ke sana, ayah tiada henti berusaha menenangkan istrinya yang khawatir. Sedangkan Zi Chuan bangun lebih siang dari biasanya dalam kondisi rumah sepi. Dia merasa sekujur tubuhnya terasa pegal dan sakit bahkan setelah tidur nyenyak sekalipun. Hal itu membuatnya malas untuk pergi ke kedai.

Dengan gontai, Zi Chuan menuju meja makan yang sudah disiapi oleh orang tuanya. Melihat tangan kanannya tenggelam dalam pikiran yang membuat dia tersenyum. Senyuman yang biasa dilakukan saat seseorang bersama orang yang dicintai. Senyuman yang biasa Zi Chuan lakukan saat bersama Chen Wu.

"Jangan biarkan mimpi menguasaimu. Ingatlah, dalam dunia nyata ini ada orang yang lebih menyayangimu dan mereka nyata."

Perkataan itu terlintas dalam benak Zi Chuan yang membuat dia tersadar, menggelengkan kepala untuk menghilangkan pikiran itu dari kepalanya dan melanjutkan makan untuk segera membantu di kedai makan.

"Mereka pasti akan mengoceh,"

"Aku harus cepat untuk kehidupan damaiku hari ini."

Dengan terburu-buru, Zi Chuan berlarian menuju kedai. Tiba di sana dengan napas terengah-engah dan keringat mengalir diwajahnya.

Kemana mereka? Kenapa belum buka? Apa terjadi sesuatu?

Zi Chuan melihat sekitar dan menanyakan orang-orang di sekitar kedai, mereka menjawab bahwa belum melihat kedua orang tuanya hari ini.

"Bukankah itu mereka?"

"Ohhh... terima kasih bibi. Aku permisi dulu." Kata Zi Chuan.

Dia menghampiri kedua orang tuanya yang sibuk membuka kedai makan. Melihat mereka dengan ekspresi wajah tidak seperti biasanya.

Perasaan apa ini? Kenapa terasa tidak seperti biasanya. Mungkinkah mereka...!

"BERTENGKAR!"

Teriakan Zi Chuan membuat orang-orang sekitar diam sesaat melihatnya. Sadar diperhatikan oleh orang-orang, Zi Chuan hanya tersenyum canggung dan meminta mereka untuk mengabaikannya.

"Apanya yang bertengkar? Cepat kemari dan memotong sayuran." Kata ibu sambil menarik Zi Chuan.

"Aku kira kalian bertengkar. Tapi, pergi kemana kalian? Aku datang agak siang tapi melihat kalian belum membuka kedai bahkan bersikap aneh."

"Tidak ada yang aneh. Cepat kemarilah sebelum pelanggan datang." Kata ayah.

Zi Chuan mulai memotong sayuran dan pelanggan satu per satu datang hingga membuat kedai mereka ramai. Seiring berjalannya waktu, kedua orang tua Zi Chuan mulai melupakan hal yang disampaikan biksu tadi pagi dan perlahan rasa khawatir mereka menghilang. Mereka memutuskan untuk lebih percaya dengan apa yang dilihat daripada percaya kecurigaan dari Biksu Yong. Hingga malam tiba dan mereka kembali pulang seperti hari biasanya.

Ttokkk ttokkk ttokk

"Masuklah,"

"Pa, ada apa?"

"Minumlah air hangat sebelum tidur."

"Pa, tidak perlu melakukan hal ini dan istirahatlah ini sudah malam."

"Zi Chuan, kami sangat senang melihat Zi Chuan yang dulu sudah kembali dan berharap tidak ada hal buruk yang menimpamu. Ingat untuk selalu memberitahu kami apapun yang kau alami. Apa kau mengerti?" kata ayah.

"Jangan khawatir, putrimu baik-baik saja."

Ayah tersenyum mendengar hal itu, menepuk bahu Zi Chuan kemudian keluar meninggalkan Zi Chuan yang menatap ke arah pintu bahkan saat ayahnya sudah pergi beberapa saat lalu.

Maafkan aku tidak bisa memberitahu kalian. Aku hanya tidak ingin kalian khawatir jika tahu aku masih belum bisa melupakan Chen Wu yang membuatku selalu bermimpi setiap malam.

Zi Chuan menarik selimutnya, menangis dengan menutup mulutnya tanpa sadar perlahan terlelap.

In Real And Dream World (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang