Chapter 69

48 9 67
                                    

"Besok akan menjadi hari yang panjang. Apapun yang terjadi aku hanya ingin mengatakan... senang bertemu denganmu dan... selamat tinggal."

***

Perkataan tiba-tiba Han Jian hanya mendiamkan Zi Chuan yang menatap. Tidak tahu harus bersikap seperti apa dengan perkataan mengejutkan itu dan terasa udara yang tadinya hangat sekarang berubah menjadi dingin. Bahkan, sesaat Zi Chuan tidak bisa mengatakan apa-apa. Seolah suaranya hilang termakan rasa terkejut dan hanya bisa meneteskan air mata sebagai gantinya.

"Tidak pernah dalam hidupku, aku menyukai seseorang sebesar dirimu. Berpikir banyak mana yang terbaik untuk di jalani dan mana yang tidak. Hanya dirimu yang bisa dan...."

"Apa maksudmu? Apa... maksud arah pembicaraanmu?" tanya Zi Chuan memotong.

Han Jian hanya menatap lalu menghapus air mata Zi Chuan. Air mata yang terasa seperti senjata bagi Han Jian dan menggenggam kedua tangannya yang terkepal dingin.

"Aku hanya mengatakan perpisahan pada dirimu yang masih manusia. Tidak ada arti atau maksud lain," kata Han Jian dengan senyum kecil.

"Harusnya kau beri tahu bukannya mengejutkanku. Apa kau tahu apa yang kupikirkan? Jantungku rasanya berhenti berdetak." Jawab Zi Chuan menangis.

Melihat Zi Chuan perlahan membuat mata Han Jian berkaca-kaca hingga ingin menetes. Saat itu, dia segera memeluk Zi Chuan dengan air matanya menetes di bahu Zi Chuan. Tidak ingin Zi Chuan mengetahui dirinya yang menangis dan berusaha menenangkan tangisan Zi Chuan dengan mengelus-ngelus kepalanya.

Aku baru sadar, wajah Han Jian terlihat tidak asing. Apa sebelum di dunia mimpi aku pernah bertemu? Tapi di mana dan kapan? Zi Chuan... kau memang punya ingatan yang buruk. Sudahlah... lupakan saja.

"Kita harus kembali dan istirahat lebih awal karena besok akan menjadi hari bersejarah kita." Kata Zi Chuan.

"Sebentar lagi... hanya sebentar setelah itu kita akan kembali."

Han Jian memeluk Zi Chuan dengan lebih erat. Menghapus air matanya dan memejamkan mata tampak nyaman tapi jika dilihat baik-baik, bukan hanya merasa nyaman melainkan pelukan tidak ingin berpisah satu sama lain.

***

Hari yang di tunggu-tunggu Zi Chuan akhirnya tiba. Hari di mana masa lajangnya berakhir bersama pilihannya dengan mengorbankan kehidupannya sebagai manusia serta keluarga dan teman. Sebuah keputusan yang berat tapi pantas untuk diperjuangkan paling tidak bagi kebahagiaan sendiri yang diyakininya.

Pagi ini, Zi Chuan bangun lebih awal. Duduk dekat jendela merindukan dan mengingat kembali kenangan bersama kedua orang tuanya. Saat di mana mereka makan bersama, dirinya dimarahi sampai dipukul, tertawa dan menangis bersama, dan saat di mana bahagianya mereka saat membuka restoran.

Hari ini adalah akhir dari semua perjalanan dan aku memilih dirinya... maafkan aku Ma... Pa. Aku sungguh putri yang tidak berbakti tapi jangan khawatir karena semua akan baik-baik saja. Begitu pula dengan kalian yang harus hidup dengan baik. Tunjukkan padaku bahwa pilihanku salah dengan meninggalkan kalian hingga membuatku iri dan ingin kembali lagi pada kalian.

Zi Chuan menghapus air matanya yang tak kunjung kering. Menghela napas berat dadanya hingga dua pelayan masuk untuk membantunya bersiap-siap. Terlihat ruangan sudah terhiasi dengan dekorasi merah cerah bahkan di seluruh rumah. Dengan halaman depan yang akan menjadi altar pernikahan.

Sementara Han Jian dalam kamar, hanya duduk termenung di samping pakaian pengantinnya dengan gelang mimpi dalam tangannya. Tidak tampak akan segera bersiap-siap melainkan terlihat tetesan air mata jatuh tepat pada gelang mimpi yang seketika membuat cuaca mendung dan berangin dingin.

Di sisi lain tepatnya dunia nyata. Feng Jun bingung untuk datang atau tidak tapi dia menepati permintaan Han Jian untuk tidak memberitahu pembicaraan terakhir mereka pada orang tua Zi Chuan. Hanya saja, Feng Jun tidak yakin dengan tujuan Han Jian mengundangnya. Akankah hal yang baik atau malah sebaliknya.

"Kurasa tidak ada salahnya kau datang. Mungkin saja ada hal baik yang ingin dia tunjukkan padamu." Kata Biksu Yong.

"Bagaimana jika sebaliknya?"

"Jika begitu maka tidak perlu baginya memintamu merahasiakan pembicaraan kalian pada orang tua Zi Chuan."

"Pada dasarnya Han Jian adalah iblis yang baik dan dia mengerti baik mana yang tepat dan mana yang tidak. Meskipun awalnya sempat terjerumus dalam hati serakahnya." Ujar Biksu Yong lagi.

"Aku tahu dan sadar saat berbicara dengannya. Dia memang punya hati yang baik dan terpancar dari matanya. Jika bukan karena dia iblis, maka dengan senang aku merelakan Zi Chuan padanya."

"Maka datanglah ke sana, baik atau buruk akan kau putuskan nanti. Lihat dan dengar jawaban apa yang ingin ditunjukkan." Kata Biksu Yong.

Suara gong memenuhi kuil yang damai serta menenangkan hati. Mengubah keraguan Feng Jun menjadi keyakinan. Keyakinan akan datang dan mendengar langsung jawaban dari Han Jian.

"Takdir hidup sudah diputuskan dan kita hanya mencari tahu dan menjalankan takdir tersebut." Kata Biksu Yong.

"Aku akan pergi. Tolong biksu bawa aku ke sana."

"Ikutlah aku."

Melalui bayangan cermin terlihat Zi Chuan yang sangat cantik dengan ornamen merah dan keemasan menghiasi kepalanya. Sama halnya dengan pakaian yang dikenakan, terlihat mewah dan terkesan anggun di tubuh ramping Zi Chuan.

"Nona kau terlihat sangat luar biasa," puji salah satu pelayan.

Mata Zi Chuan berbinar cerah dengan wajah yang tidak bisa menyembunyikan senyuman. Bahkan, dirinya sendiri tidak membantah betapa indah dirinya saat ini.

Ttookk ttokkk!

"Kalian keluarlah."

"Tapi tuan... tuan belum diizinkan bertemu nona sekarang."

"Apa aku harus mengulanginya!?" tegas Han Jian.

Kedua pelayan keluar meninggalkan mereka sendiri. Bukan keluar melainkan menghilang begitu melangkahkan kaki keluar kamar. Dan bukan hanya kedua pelayan itu saja melainkan seluruh pelayan di rumah tanpa Zi Chuan ketahui. Sementara langit semakin dan semakin mendung dengan suara gemuruh yang terkadang terdengar.

"Pakaian itu sungguh cocok untukmu. Aku benar-benar punya mata yang bagus bukan." Kata Zi Chuan.

Dia bangun dari kursinya lalu berdiri di sebelah kanan Han Jian. Melihat bayangan mereka dalam cermin dengan senyum lebar.

"Kau sudah cantik dari sebelumnya bahkan hatimu jauh lebih cantik dan itu yang membuat diriku tidak bisa lepas darimu bahkan untuk ke depannya."

Han Jian memegang kedua bahu Zi Chuan, menatap dalam lalu mencium kening Zi Chuan. Perlahan senyum Zi Chuan pudar, dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan dari sorot mata Han Jian barusan. Sesuatu yang terasa tidak benar dan tampak seperti suatu kesedihan bukan sukacita.

Apa ini? Kenapa aku merasa dan berpikir seperti ini?

Batin Zi Chuan berbicara namun tidak berani mengatakan dan bertanya langsung pada Han Jian. Lebih tepatnya Zi Chuan sendiri tidak yakin dengan perasaan ragunya sekarang dan berpikir mungkin itu semua karena dia terlalu khawatir dengan momen pernikahan hari ini.

"Mari kita mulai dan mengakhiri semuanya." Kata Han Jian.

In Real And Dream World (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang